2.1.3. Etiologi dan Patogenesis
Penyebab pasti dari psoriasis belum diketahui, namun dikatakan adanya peranan dari genetik, lingkungan maupun respon imun pada penyakit ini. Banyak
penelitian yang mengungkap pentingnya peranan genetik terutama pada psoriasis tipe I, namun peranan genetik ini dalam patogenesis psoriasis belum dimengerti
sepenuhnya. Psoriasis tipe I dihubungkan dengan HLA-Cw6, B5, B13, B57, DRB10701 dan DR7, sedangkan psoriasis tipe II memiliki hubungan dengan
HLA-Cw2 and B27. Kedua tipe tersebut dibedakan berdasarkan usia dari penderita. Kerentanan lokus Psoriasis Susceptibility Locus PSORS terhadap
psoriasis ditemukan pada beberapa jenis kromosom: : PSORS1 pada 6p21.3, PSORS2 pada 17q, PSORS3 pada 4q, PSORS4 pada 1q21, PSORS5 pada 3q21,
PSORS6 pada 19p, PSORS7 pada 1p, PSORS8 pada 16q, PSORS9 pada 4q31, PSORS10 pada 18p11, PSORS11 pada 5q31-q33 dan PSORS12 pada 20q13.
Dimana PSORS1 yang berlokasi 6p21 dalam kompleks HLA merupakan yang paling utama dan berkorelasi dengan gen HLA-Cw6.
21,22
Selain faktor genetik, terdapat pengaruh dari lingkungan terhadap psoriasis seperti cuaca, sosioekonomi, infeksi, stress mental, penggunaan dari berbagai
jenis obat lithium, β-blockers, angiotensin-converting enzyme inhibitors, agen
anti malaria, Interferon alfa IFN- α, kebiasaan merokok, dan trauma fisik bedah
insisi dan tattoo sebagai pencetus kejadian psoriasis yang lebih berat
.23
Sedangkan peran protektif dari sinar matahari menjelaskan rendahnya frekuensi dari psoriasis di negara Afrika, namun hal ini masih membutuhkan penelitian
lebih lanjut. Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tinggi kadar
Universitas Sumatera Utara
polyunsaturated fats dan rendah asam arakidonat berkontribusi dalam menurunkan prevalensi dari penyakit inflamasi seperti psoriasis.
24
Berdasarkan temuan klinis, psoriasis dikarakteristikkan dengan hiperproliferasi dan gangguan diferensiasi dari keratinosit epidermis, inflitrasi
limfosit dan berbagai perubahan pembuluh darah endotel pada lapisan dermis. Pengertian mengenai patogenesis molekular psoriasis berdasarkan atas dua
hubungan interaktif “yinyang relationship” yaitu keseimbangan imunitas bawaan serta didapat dan faktor-faktor yang diproduksi oleh keratinosit epidermis yang
secara langsung berefek pada sel T dan sel dendritik.
21,25
Peneliti saat ini menganggap psoriasis sebagai penyakit kulit inflamasi yang dipengaruhi oleh sel T. Onset awal penyakit psoriasis ditandai dengan
teraktivasinya sel dendritik epidermis dan dermis yang akan memproduksi substansi seperti Tumor Necrosis Factor TNF-
α, dan IL-23 yang akan mempromosikan perkembangan dari sel T helper Th1, dan sel Th17. Sel T ini
akan mensekresikan mediator-mediator yang berkontribusi dalam perubahan pembuluh darah dan epidermis dari psoriasis. Keterlibatan limfosit T pada
patogenesis psoriasis ini digambarkan dalam tiga bentuk kejadian: aktivasi awal dari limfosit T, migrasi limfosit T ke dalam kulit, dan berbagai peran dari sitokin
yang dilepaskan dari limfosit T. Selain limfosit T , sitokin dan kemokin juga memiliki peranan dalam perkembangan dan persistensi lesi. Penelitian dengan
menggunakan mencit severe combined immunodefficient SCID pada lesi psoriasis menemukan infiltrasi didominasi oleh Cluster Differentiation CD4-
positive T-cells T-helper [Th] cells yang akan memproduksi berbagai sitokin
Universitas Sumatera Utara
proinflamasi seperti interferon-gamma IFN ɣ dan IL-17. Sel endotelial, netrofil,
sel natural killer T, molekul adhesi ICAM-1 dikatakan juga berperan.
21,22
Elder et al. menyatakan adanya hubungan yang erat antara keratinosit dan sel pada sistem imunitas sebagai langkah awal dalam patogenesis proriasis. Pada
percobaan mencit transgenik, aktivasi ubiquitous dari faktor transkripsi Nuclear Factor KappaB NFkB, yang merupakan inducer poten respon inflamasi,
dianggap berperan dalam perkembangan penyakit kulit yang menyerupai psoriasis, termasuk akantosis, hiperkeratosis, parakeratosis dan dilatasi dari
pembuluh darah dermis. Dimana mekanisme ini sangat bergantung pada aktivasi faktor NFkB di keratinosit dan sel T. Pada psoriasis lapisan dermis dipenuhi
dengan sel sitokin proinflamasi seperti IFN- ɣ, TNF dan IL-17, serta faktor-faktor
pertumbuhan seperti Transforming Growth Factor Alpha TGF- α yang semakin
memperjelas hubungan antara sel imunitas dan keratinosit dalam patogenesis psoriasis.
Pernyataan tersebut didukung dengan penemuan di awal 1979, yang menunjukkan bahwa pengobatan yang banyak digunakan pada psoriasis seperti
analog vitamin D, retinoid, siklosporin dan sikrolimus dikatakan memiliki efek dari anti-inflamasi dan antiproliferasi. Selain itu dikatakan juga bahwa obat-
obatan tersebut memiliki efek dari aktivitas anti-angiogenik yang kemudian menjadikan proses angiogenesis ini penting dalam patogenesis psoriasis.
19,21,26
Lebih lanjut penelitian mengenai pengobatan Efalizumab yang mentargetkan pada interaksi antar sel T dan sel endotel menunjukkan adanya
interaksi yang kompleks diantara respon imunitas, inflamasi dan angiogenesis. Respon imun dan inflamasi dianggap sebagai inducer dari angiogenesis, dimana
Universitas Sumatera Utara
angiogenesis sendiri akan mempromosikan serta menjaga proses imunitas dan inflamasi. Sehingga angiogenesis bukan hanya sebagai ko-faktor namun juga
inducer perkembangan dari psoriasis. Dikatakan mediator pro-angiogenik banyak ditemukan pada kulit psoriasis, seperti TNF, VEGF, hypoxia inducible Factor
HIF, IL-8 atau angiopoetin.
26
2.1.4. Gambaran Klinis