c. Riwayat Keluarga dengan Psoriasis
Berdasarkan anamnesis didapatkan hanya satu pasien dengan riwayat keluarga yang juga menderita psoriasis. Sehingga tidak dapat dilakukan analisis
deskriptif lebih lanjut. Psoriasis adalah penyakit yang kompleks dan multifaktorial, banyak studi
yang menunjukkan kaitan penyakit dengan genetik. Dikatakan 40 dari penderita psoriasis memiliki riwayat keluarga positif terhadap psoriasis. Adanya
insidensi psoriasis pada studi kembar menunjukkan dasar kekeluargaan dari penyakit ini. Konkordasi sebesar 35-75 telah didemonstrasikan pada kembar
monozigot, dibandingkan konkordasi sebesar 12-30 pada kembar dizigotik. Penemuan tersebut juga disertai dengan onset, distribusi penyakit, tingkat
keparahan, dan klinis yang sama.
61
Studi lain yang dilakukan di Korea oleh Kwon et al menunjukkan diantara 129 pasien lansia, 12 pasien 9.3 memiliki riwayat keluarga dengan psoriasis:
delapan yaitu kerabat tingkat pertama dan empat kerabat tingkat kedua. Dikatakan juga bahwa pasien dengan onset lanjut
≥60 tahun memiliki insidensi yang lebih rendah dari riwayat keluarga dibandingkan dengan pasien onset lebih dini 30
tahun atau 30-60 tahun.
62
Penelitian kami menunjukkan bahwa dari 25 sampel yang ada, hanya satu sampel yang menunjukkan adanya riwayat keluarga dengan psoriasis. Dimana
riwayat keluarga pasien tersebut merupakan hubungan kerabat tingkat pertama adik kandung, dan onset penyakit pada usia 41 tahun.
Universitas Sumatera Utara
d. Body Surface Area BSA
Setelah dilakukan analisis deskriptif terhadap nilai BSA, diperoleh bahwa mean adalah 10.60 dengan nilai minimal 2 dan maksimal 24.
Berdasarkan pengukuran BSA, didapatkan frekuensi yang hampir sama banyaknya, yaitu pada BSA 3-10 sebanyak sebelas orang 44 dan BSA 10
sebanyak dua belas orang 48. Diikuti BSA 3 sebanyak dua orang 8.
Diagram 4.8. Frekuensi Berdasarkan BSA
Studi yang dilakukan di klinik kulit di Sarawak, Malaysia menunjukkan dari total 520 pasien, mayoritas memiliki BSA kurang dari 10. Enam puluh satu
pasien 44.2 memiliki BSA 2 dan 59 pasien 42.7 dengan BSA 2-10. Sebelas pasien 8 memiliki BSA 11-90, sedangkan hanya tujuh 5.1
dengan BSA 90.
63
BSA 3 BSA 3 - 10
BSA 10 2
11 12
BSA
Frekuensi
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan studi yang dilakukan oleh Kwon et al menunjukkan dominasi pasien dengan luas keterlibatan psoriasis yang lebih ringan BSA5 pada grup
onset lanjut 1202 pasien dibandingkan grup onset dini dan menengah 63 pasien dan 521 pasien . Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas psoriasis lebih ringan
pada pasien onset lanjut.
62
Penelitian lain pada populasi di Kanada menunjukkan insidensi psoriasis sedang ke berat. Dimana dari 514 sampel, 62 dengann keterlibatan BSA 3.
64
4.2.Vascular Endothelial Growth Factor VEGF
Setelah melakukan proses sampel serum dengan menggunakan alat ELISA analyzer sesuai protokol yang telah ditentukan akan diperoleh kumpulan micro-
wells standar dan uji yang telah diberikan larutan STOP. Kumpulan micro-wells tersebut kemudian diukur absorbansi-nya pada gelombang cahaya 450nm.
Hasil absorbansi kemudian diplot secara otomatis oleh komputer serta perangkat lunaknya menjadi kurva standar. Dari kurva standar akan diperoleh
nilai konversi konsentrasi VEGF serum. Berdasarkan komputerisasi pada alat pemeriksaan, koefisien intra-assay memiliki nilai 6,2, dan inter-assay bernilai
4,3.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1. Tampilan Micro-Wells sebelum Pengukuran Absorbansi dengan ELISA Analyzer.
Kurva 4.1. Kurva Standar untuk Menentukan Konsentrasi VEGF.
Nilai absorbansi VEGF dan konsentrasi VEGF yang diperoleh dari pemeriksaan tertera pada lampiran. VEGF dideskripsikan sebagai Mean 393.53
pgmL, SD 415.62 pgmL. Tabel 4.3
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Box Plot, dapat dilihat informasi bahwa nilai Median VEGF serum sebesar 270.6 pgmL, Min-Max, 11.23 - 1596.7 pgmL. Juga terdapat
informasi adanya beberapa outliers pada nilai VEGF. Terdapat dua nilai outliers pada VEGF dengan nilai outliers sampel nomor 11 sebesar: 1596.7 pgmL, dan
sampel nomor 12 sebesar: 1370.23 pgmL. Gambar 4.2 Outliers atau penyimpangan kadar yang berlebihan dari mean mungkin
diakibatkan oleh adanya hipersekresi VEGF akibat polimorfisme genetik VEGF.
Tabel 4.3. Analisis Deskriptif VEGF
Nilai VEGF
Mean 393.53
Std. Deviasi 415.62
Gambar 4.2. Box Plot Distribusi VEGF.
Universitas Sumatera Utara
Untuk membuktikan apakah outliers pada penelitian ini disebabkan karena adanya polimorfisme perlu dilakukan gene sequencing, namun hal tersebut bukan
merupakan cakupan dalam penelitian ini. Hal lain yang mungkin menyebabkan timbulnya outliers, dikarenakan pada sampel penelitian ini terdapat berbagai
penderita psoriasis dengan variasi derajat keparahan dari ringan sampai berat. Dimana studi yang sudah ada biasanya menyimpulkan adanya peranan dari
tingkat keparahan psoriasis dalam sekresi dari VEGF serum. Hal ini perlu diteliti lebih lanjut.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Nofal et al. dilaporkan bahwa Mean VEGF serum pada 30 pasien psoriasis vulgaris derajat sedang sampai berat adalah
sebesar 327 pgmL. Penelitian tersebut juga membuktikan adanya peranan VEGF dalam patogenesis psoriasis, dimana terdapat penurunan kadar VEGF serum pada
pasien sesudah terapi. Pasien dibagi menjadi tiga kelompok dan diberi terapi PUVA dua kali tiap minggu 10 pasien kelompok I, acitretin 50 mg per hari 10
pasien kelompok II, kombinasi PUVA dua kali tiap minggu dan acitretin 25 mg per hari 10 pasien kelompok III. Dikatakan bahwa kadar Mean VEGF serum
kelompok I sebelum terapi adalah 323.2 pgmL, setelah terapi 182.9 pgml, kelompok II Mean serum sebelum terapi 311.9 pgmL dan setelah terapi 191.4
pgmL. Sedangkan pada kelompok III, kadar Mean VEGF serum sebelum terapi 337.6 pgmL dan setelah terapi 179.5 pgmL.
65
Hasil yang didapat pada penelitian 122 pasien psoriasis vulgaris di Jepang oleh Takahashi et al menunjukan jumlah VEGF serum sebesar 221 pgml,
sedangkan oleh Zablotna et al melaporkan dari 47 pasien psoriasis populasi
Universitas Sumatera Utara
Northern Polish, Mean VEGF serum yang didapat adalah sebesar 368.43 pgmL.
66,67
Penelitian yang dilakukan Shimauchi et al menunjukkan VEGF serum pasien psoriasis sebesar 545 pgmL, lebih lanjut penelitian tersebut menyatakan
faktor angiogenik VEGF tidak hanya menjadi biomarker penting pada psoriasis vulgaris, penelitian yang dilakukan oleh Shimauchi et al ingin membuktikan peran
VEGF sebagai prediktor respon terhadap terapi biologik. Pada penelitian tersebut dikatakan 28 pasien psoriasis yang menerima terapi ustekinumab n=16,
infliximab n=6 dan adalimumab n= 6, dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok dengan respon baik, respon sedang dan tidak berespon berdasarkan
skor PASI setelah pemberian terapi biologi. Lebih lanjut diamati perubahan biomarker VEGF sebelum dan sesudah pengobatan. Pada kelompok respon tinggi
terjadi penurunan yang sinifikan dari VEGF serum, pada kelompok respon sedang tidak ditemukan adanya perubahan biomarker yang berarti. Sedangkan pada
kelompok yang tidak berespon terlihat adanya peningkatan dari kadar VEGF serum. Namun tidak ditemukannya perbedaan yang signifikan diantaranya,
sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa VEGF merupakan suatu biomarker yang informatif, namun tidak sebagai prediktor terhadap respon terapi.
68
Kuantitas yang bervarisi dari kadar VEGF serum menunjukkan masih belum adanya jumlah yang dianggap dapat mewakili semua populasi psoriasis
vulgaris. Sehingga menjadi suatu hal yang menarik untuk diteliti dan dilaporkan pada berbagai populasi di tiap negara.
Selain pada penyakit psoriasis vulgaris, peran dari faktor angiogenik VEGF
Universitas Sumatera Utara
telah banyak dibuktikan pada penyakit-penyakit kulit lainnya. Seperti yang dilaporkan oleh Fink et al, yang membuktikan peranan VEGF pada penyakit
psoriasis arthritis, dimana pasien dengan psoriasis arthritis yang aktif memiliki kadar VEGF serum yang lebih tinggi dibandingkan psoriasis arthritis yang tidak
aktif. Pasien dengan psoriasis arthritis memiliki Mean VEGF serum 394.4 pgmL, sedangkan psoriasis arthritis yang tidak aktif sebesar 200.4 pgmL.
69
Peran dari VEGF juga terlihat pada penyakit karsinoma sel skuamosa, dimana VEGF
dikatakan dapat menjadi suatu prediktor terhadap tingkat rekurensi dan prognostik penyakit. Dikatakan mean VEGF serum dilaporkan lebih tinggi pada kelompok
pasien dengan rekurensi 731 pgmL dibandingkan yang tidak dengan rekurensi 327.69 pgmL.
70
Universitas Sumatera Utara
4.2.1 VEGF Dibedakan Berdasarkan Jenis Kelamin