Sekolah Unggul KAJIAN PUSTAKA

8

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Sekolah Unggul

Sekolah unggul adalah sekolah yang dikembangkan untuk mencapai keunggulan dalam keluaran output pendidikannya Depdikbud, 1994 untuk mencapai keunggulan tersebut maka masukan input proses pendidikan, guru dan tenaga kependidikan, manajemen, layanan pendidikan, serta sarana penunjangnya harus diarahkan untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut. Beberapa faktor yang berhubungan dengan fungsi yang menjamin bahwa organisasi itu dapat mengadakan pembaharuan sendiri, dengan berorientasi pada pemecahan masalah. Pertama, nilai-nilai budaya dan dukungan yang baik. Administrator, supervisor dan guru-guru mempunyai harapan yang tinggi antara satu dengan yang lain dan dengan siswa-siswanya. Orang tua murid dan pemimpin masyarakat sama-sama mempunyai kebanggaan pada sistem persekolahan yang ada. Kedua, sekolah mempunyai misi yang jelas, untuk mengembangkan siswa secara optimal. Ketiga, adanya kebijakan sekolah yang memudahkan pencapaian tujuan. Keempat, adanya keseimbangan yang optimal antara “tight” dan “loose”. Pimpinan mempunyai ketetapan secara sistematis dimana keputusan dibuat sebaik mungkin. Sedang Sergiovanni 1995:75 menyebutkan sekolah unggulan dengan membandingkan antara sekolah efektif dan sekolah sukses. Kedua pengertian ini sering digunakan secara bergantian, namun membingungkan. Efektivitas mempunyai pengertian yang lazim dan secara teknis. Ini biasanya dipahami untuk mengartikan kemampuan memperoleh akibat yang diinginkan. Kemudian, pada beberapa sekolah yang memperoleh akibat yang diinginkan dengan beberapa kelompok akan mempertimbangkan efektivitas 9 kelompok tersebut. Tetapi, secara teknis, dalam lingkaran pendidikan, sekolah efektif akan diperoleh dari pengertian secara spesifik dan khusus. Sekolah efektif dipahami sebagai sekolah yang kemampuan siswanya pada keterampilan dasar yang diukur dengan tes kemampuan. Dimensi manajemen, pengajaran, dan kepemimpinan termasuk dalam model sekolah efektif. Sekolah sukses mempunyai kesan lebih komprehensif, ekspansif dan lebih konsisten dengan kualitas sekolah yang tinggi dimana kebanyakan orang Amerika, kaya dan miskin, pedesaan dan perkotaan, muda dan tua, menginginkan untuk anak-anak mereka Goodlad, 1983 dalam Sergiovanni, 1995:77. Dengan demikian, sekolah unggulan merupakan sekolah yang efektif dan sukses dalam penyelenggaraannya serta diakui oleh masyarakat. Menurut Nurkholis 2005, httpwww.depdiknas, menyatakan sebutan sekolah unggulan itu sendiri kurang tepat. Kata “unggul” menyiratkan adanya superioritas dibanding dengan yang lain. Kata ini menunjukkan adanya “kesombongan” intelektual yang sengaja ditanamkan di lingkungan sekolah. Di negara-negara maju, untuk menunjukkan sekolah yang baik tidak menggunakan kata unggul excellent melainkan effective , develop, accelerate, dan essential. Dari sisi ukuran muatan keunggulan, sekolah unggulan di Indonesia juga tidak memenuhi syarat. Sekolah unggulan di Indonesia hanya mengukur sebagian kemampuan akademis. Dalam konsep yang sesungguhnya, sekolah unggul adalah sekolah yang secara terus menerus meningkatkan kinerjanya dan menggunakan sumberdaya yang dimilikinya secara optimal untuk menumbuh-kembangkan prestasi siswa secara menyeluruh. Berarti bukan hanya prestasi akademis saja yang ditumbuh-kembangkan, melainkan potensi psikis, fisik, etik, moral, religi, emosi, spirit, adversity dan intelegensi. 10 Sekolah unggulan yang sebenarnya dibangun secara bersama-sama oleh seluruh warga sekolah, bukan hanya oleh pemegang otoritas pendidikan. Dalam konsep sekolah unggulan yang saat ini diterapkan, untuk menciptakan prestasi siswa yang tinggi maka harus dirancang kurikulum yang baik yang diajarkan oleh guru-guru yang berkualitas tinggi. Padahal sekolah unggulan yang sebenarnya, keunggulan akan dapat dicapai apabila seluruh sumber daya sekolah dimanfaatkan secara optimal. Berati tenaga administrasi, pengembang kurikulum di sekolah, kepala sekolah, dan penjaga sekolah pun harus dilibatkan secara aktif. Karena semua sumber daya tersebut akan menciptakan iklim sekolah yang mempu membentuk keunggulan sekolah. Keunggulan sekolah terletak pada bagaimana cara sekolah merancang-bangun sekolah sebagai organisasi. Maksudnya adalah bagaimana struktur organisasi pada sekolah itu disusun, bagaimana warga sekolah berpartisipasi, bagaimana setiap orang memiliki peran dan tanggung jawab yang sesuai dan bagaimana terjadinya pelimpahan dan pendelegasian wewenang yang disertai tangung jawab. Semua itu bermuara kepada kunci utama sekolah unggul adalah keunggulan dalam pelayanan kepada siswa dengan memberikan kesempatan untuk mengembangkan potensinya. Menurut Profesor Suyanto Kompas, 29-4-2002, hal.4, program kelas baca: sekolah unggulan di Indonesia secara pedagogis menyesatkan, bahkan ada yang telah memasuki wilayah malpraktik dan akan merugikan pendidikan kita dalam jangka panjang. Kelas-kelas unggulan diciptakan dengan cara mengelompokkan siswa menurut kemampuan akademisnya tanpa didasari filosofi yang benar. Pengelompokan siswa ke dalam kelas-kelas menurut kemampuan akademis tidak sesuai dengan hakikat kehidupan di masyarakat. Kehidupan di masyarakat tak ada yang memiliki karakteristik homogen. 11 Suyanto kompas, 29-4-2002, hal 4 menyatakan, pelaksanaan sekolah unggulan di Indonesia memiliki banyak kelemahan. Pertama, sekolah unggulan di sini membutuhkan legitimasi dari pemerintah bukan atas inisiatif masyarakat atau pengakuan masyarakat. Sehingga penetapan sekolah unggulan cenderung bermuatan politis dari pada muatan edukatifnya. Apabila sekolah unggulan didasari atas pengakuan masyarakat maka pemerintah tidak perlu mengucurkan dana lebih kepada sekolah unggulan, karena masyarakat akan menanggung semua biaya atas keunggulan sekolah itu. Kedua, sekolah unggulan hanya melayani golongan kaya, sementara itu golongan miskin tidak mungkin mampu mengikuti sekolah unggulan walaupun secara akademis memenuhi syarat. Untuk mengikuti kelas unggulan, selain harus memiliki kemampuan akademis tinggi juga harus menyediakan uang jutaan rupiah. Artinya penyelenggaraan sekolah unggulan bertentangan dengan prinsip equity yaitu terbukanya akses dan kesempatan yang sama bagi setiap orang untuk menikmati pendidikan yang baik. Keadilan dalam penyelenggaraan pendidikan ini amat penting agar kelak melahirkan manusia- manusia unggul yang memiliki hati nurani yang berkeadilan. Ketiga, profil sekolah unggulan kita hanya dilihat dari karakteristik prestasi yang tinggi berupa NEM, input siswa yang memiliki NEM tinggi, ketenagaan berkualitas, sarana prasarana yang lengkap, dana sekolah yang besar, kegiatan belajar mengajar dan pengelolaan sekolah yang kesemuanya sudah unggul. Wajar saja bila bahan masukannya bagus, diproses di tempat yang baik dan dengan cara yang baik pula maka keluarannya otomatis bagus. Yang seharusnya disebut unggul adalah apabila masukan biasa-biasa saja atau kurang baik tetapi diproses ditempat yang baik dengan cara yang baik pula sehingga keluarannya bagus. 12 Oleh karena itu penyelenggaraan sekolah unggulan harus segera direstrukturisasi agar benar-benar bisa melahirkan manusia unggul yang bermanfaat bagi negeri ini. Bibit- bibit manusia unggul di Indonesia cukup besar karena prefalensi anak berbakat sekitar 2 , artinya setiap 1.000 orang terdapat 20 anak berbakat. Berdasarkan prakiraan Lembaga Demografi UI 1991 penduduk usia sekolah di Indonesia tahun 2000 diperkirakan sebesar 76.478.249, maka kita akan memiliki anak berbakat baca: unggul sebanyak 1.529.565 orang. Jumlah ini cukup untuk memenuhi kebutuhan pimpinan dari tingkat nasional, propinsi, kabupatenkota, dan kecamatan Nurkholis, 2005, httpwww.depdiknas.or.id. Maka konsep sekolah unggulan yang tidak unggul ini harus segera direstrukturisasi. Restrukrutisasi sekolah unggulan yang ditawarkan adalah sebagai berikut : pertama, program sekolah unggulan tidak perlu memisahkan antara anak yang memiliki bakat keunggulan dengan anak yang tidak memiliki bakat keunggulan. Kelas harus dibuat heterogen sehingga anak yang memiliki bakat keunggulan bisa bergaul dan bersosialisasi dengan semua orang dari tingkatan dan latar berlakang yang beraneka ragam. Pelaksanaan pembelajaran harus menyatu dengan kelas biasa, hanya saja siswa yang memiliki bakat keunggulan tertentu disalurkan dan dikembangkan bersama-sama dengan anak yang memiliki bakat keunggulan serupa. Misalnya anak yang memiliki bakat keunggulan seni tetap masuk dalam kelas reguler, namun diberi pengayaan pelajaran seni. Kedua, dasar pemilihan keunggulan tidak hanya didasarkan pada kemampuan inteligensi dalam lingkup sempit yang berupa kemampuan logika-matematika seperti yang diwujudkan dalam test IQ. Keunggulan seseorang dapat dijaring melalui berbagai keberbakatan seperti yang hingga kini dikenal adanya 8 macam kecerdasan. 13 Ketiga, sekolah unggulan jangan hanya menjaring anak yang kaya saja tetapi menjaring semua anak yang memiliki bakat keunggulan dari semua kalangan. Berbagai sekolah unggulan yang dikembangkan di Amerika justru untuk membela kalangan miskin. Misalnya Effectif School yang dikembangkan awal 1980-an oleh Ronald Edmonds di Harvard University adalah untuk membela anak dari kalangan miskin karena prestasinya tak kalah dengan anak kaya. Demikian pula dengan School Development Program yang dikembangkan oleh James Comer ditujukan untuk meningkatkan pendidikan bagi siswa yang berasal dari keluarga miskin. Accellerated School yang diciptakan oleh Henry Levin dari Standford University juga memfokuskan untuk memacu prestasi yang tinggi pada siswa kurang beruntung atau siswa beresiko. Essential school yang diciptakan oleh Theodore Sizer dari Brown University, ditujukan untuk memenuhi kebutuhan siswa kurang mampu. Keempat, sekolah unggulan harus memiliki model manajemen sekolah yang unggul yaitu yang melibatkan partisipasi semua stakeholder sekolah, memiliki kepemimpinan yang kuat, memiliki budaya sekolah yang kuat, mengutamakan pelayanan pada siswa, menghargasi prestasi setiap siswa berdasar kondisinya masing-masing, terpenuhinya harapan siswa dan berbagai pihak terkait dengan memuaskan. Itu semua akan tercapai apabila pengelolaan sekolah telah mandiri di atas pundak sekolah sendiri bukan ditentukan oleh birokrasi yang lebih tinggi. Saat ini amat tepat untuk mengembangkan sekolah unggulan karena terdapat dua suprastruktur yang mendukung. Pertama, UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dimana pendidikan termasuk salah satu bidang yang didesentralisasikan. Dengan adanya kedekatan birokrasi antara 14 sekolah dengan KabupatenKota diharapkan perhatian pemerintah daerah terhadap pengembangan sekolah unggulan semakin serius. Kedua, adanya UU No. 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional Tahun 2000-2004 yang didalamnya memuat bahwa salah satu program pendidikan pra- sekolah, pendidikan dasar dan pendidikan menengah adalah terwujudnya pendidikan berbasis masyarakatsekolah. Melalui pendidikan berbasis masyarakatsekolah inilah warga sekolah akan memiliki kekuasaan penuh dalam mengelola sekolah. Setiap sekolah akan menjadi sekolah unggulan apabila diberi wewenang untuk mengelola dirinya sendiri dan diberi tanggung jawab penuh. Selama sekolah-sekolah hanya dijadikan alat oleh birokrasi di atasnya baca: dinas pendidikan maka sekolah tidak akan pernah menjadi sekolah unggulan. Bisa saja semua sekolah menjadi sekolah unggulan yang berbeda-beda berdasarkan pontensi dan kebutuhan warganya. Apabila semua sekolah telah menjadi sekolah unggulan maka tidak sulit bagi negeri ini untuk bangkit dari keterpurukannya. a. Latar Belakang Perlunya Sekolah Unggul Perlunya perhatian khusus kepada peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa melalui sekolah-sekolah yang mengutamakan keunggulan adalah selaras dengan fungsi utama pendidikan yaitu mengembangkan potensi peserta didik secara utuh dan optimal. Pengembangan potensi tersebut memerlukan strategi yang sistematis dan terarah. Salah satu strategi pendidikan yang ditempuh selama ini bersifat massal dengan cara memberikan perlakuan dan pelayanan yang sama kepada semua peserta didik tanpa memperhatikan perbedaan kecerdasan, minat dan bakatnya. Strategi ini hanya pas dalam konteks pemerataan kesempatan, tetapi strategi tersebut kurang mampu menunjang usaha mengoptimalkan pengembangan potensi sumber daya manusia yang cepat. Dengan strategi 15 tersebut munculnya keunggulan terjadi secara acak dan sangat tergantung kepada motivasi belajar setiap peserta didik serta lingkungan belajar dan mengajarnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sekitar sepertiga peserta didik yang dapat digolongkan sebagai siswa berbakat mengalami gejala “prestasi kurang” dan salah satu penyebabnya adalah lingkungan belajar kurang menantang untuk mewujudkan kemampuannya secara optimal. Padahal strategi massal akan mempunyai konsekuensi sumberdaya dana, tenaga dan sarana yang berat. Untuk itu perlu dikembangkan strategi alternatif yang bertujuan menghasilkan peserta didik yang unggul, yaitu berupa pemberian perhatian dan perlakuan khusus kepada peserta didik sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya Ekosusilo, 2003. Namun perlu disadari, bahwa strategi kedua tersebut tidak berarti peningkatan kualitas pendidikan untuk peserta didik secara massal diabaikan, karena pada hakikatnya pengembangan sekolah unggul ini akan memberi peluang bagi semua peserta didik untuk berprestasi secara optimal, justru strategi kedua tersebut untuk mengimbangi kekurangan yang terdapat pada strategi masal-konvensional. Antara strategi pertama dan kedua perbedaannya terletak pada intensitas dan eksistensitas perhatian yang diberikan kepada peserta didik yang disesuaikan dengan kondisi mereka. Dikembangkannya strategi kedua melalui sekolah unggul adalah untuk memacu pemerataan mutu pendidikan nasional. Selama ini data menunjukkan bahwa mutu pendidikan nasional belum merata. Adanya sekolah unggul dapat membekali mereka pengalaman belajar yang berkualitas, dengan sendirinya mereka mempunyai peluang yang lebih besar untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi sesuai dengan pilihannya.berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka perlu dikembangkan sekolah-sekolah unggul dengan manajemen yang tertata rapi. 16 a. Ciri-ciri Sekolah Unggul Dimensi-dimensi keunggulan sebagai ciri sekolah unggul sebagaimana ditegaskan oleh Depdikbud 1994 adalah sebagai berikut : 1 Masukan input yaitu siswa diseleksi secara ketat dengan menggunakan kriteria tertentu dan prosedur yang dapat dipertanggungjawabkan. Kriteria yang dimaksud adalah 1 prestasi belajar superior dengan indikator angka rapor, Nilai Ebtanas Murni NEM, dan hasil ter prestasi akademik; 2 skor psikotes yang meliputi intelegensi dan kreativitas; 3 tes fisik jika diperlukan. 2 Sarana dan prasarana yang menunjang untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa serta menyalurkan minat dan bakatnya, baik dalam kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler. 3 Lingkungan belajar yang kondusif untuk berkembangnya potensi keunggulan menjadi keunggulan yang nyata baik lingkungan fisik maupun sosial psikologis. 4 Guru dan tenaga kependidikan yang menangani harus unggul baik dari segi penguasaan materi pelajaran, metode mengajar, maupun komitmen dalam melaksanakan tugas. Untuk itu perlu disediakan insentif tambahan bagi guru berupa uang maupun fasilitas lainnya seperti perumahan. 5 Kurikulumnya diperkaya dengan pengembangan dan improvisasi secara maksimal sesuai dengan tuntutan belajar peserta didik yang memiliki kecepatan belajar serta motivasi belajar yang lebih tinggi dari yang lain. 6 Kurun waktu belajar lebih lama dibanding sekolah lain. Karena itu perlu ada asrama untuk memaksimalkan pembinaan dan menampung para siswa dari berbagai lokasi. Di 17 kompleks asrama perlu ada sarana yang bisa menyalurkan minat dan bakat siswa seperti perpustakaan, alat-alat olah raga, kesenian, dan lain-lain yang diperlukan. 7 Proses belajar mengajar harus berkualitas dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan accountable baik kepada siswa, lembaga maupun masyarakat. 8 Sekolah unggul tidak hanya memberikan manfaat kepada peserta didik di sekolah tersebut, tetapi harus memiliki resonansi sosial kepada lingkungan sekitarnya. 9 Nilai lebih sekolah unggul terletak pada perlakuan tambahan di luar kurikulum nasional melalui pengembangan kurikulum, program pengayaan dan perluasan, pengajaran remidial, pelayanan bimbingan dan konseling yang berkualitas, pembinaan kreativitas dan disiplin. Sejalan dengan dimensi-dimensi sebagai ciri sekolah unggul di atas Djoyonegoro 1998 dalam Ekosusilo, 2003:41 berpendapat bahwa : “Sekolah unggulan adalah sekolah yang mempunyai indikator : 1 prestasi akademik dan non akademik di atas rata-rata sekolah di daerahnya, 2 sarana dan prasarana serta layanan yang lebih lengkap, 3 sistem pembelajaran lebih baik dan waktu belajar lebih panjang, 4 melakukan seleksi yang cukup ketat terhadap pendaftar, 5 mendapat animo yang besar dari masyarakat yang dibuktikan dengan banyaknya jumlah pendaftar dibanding kapasitas kelas, dan 6 biaya sekolah lebih tinggi dari sekolah lain di sekitarnya”. Lebih lanjut, Wayson 1988, dalam Ekosusilo, 2003:42 menyebutkan bahwa karakteristik sekolah unggulan adalah : “1 tidak kaku, fleksibel, dan tidak tegang, 2 tidak menggunakan pendekatan hukuman, menekankan pada yang positif, 3 tidak elitis, menerima dan memajukan semua siswa, 4 tidak membatasi kurikulum secara sempit pada yang dasar, memberikan kurikulum yang fleksibel dan disesuaikan dengan kebutuhan siswa, 5 tidak tertuju pada tes latihan soal semata, pencapaian prestasi lebih disebabkan karena mereka dilatih proses berpikir tingkat tinggi higher order, 6 bekerja tidak terpaku pada program yang baku, bekerja atas dasar komitmen dan kreativitas pegawai, 7 kepala sekolah tidak otoritarian, tetapi memiliki visi mengenai bagaimana seharusnya sekolah, serta upaya untuk mewujudkan misi tersebut, 8 18 merekrut dan mempekerjakan staf atas dasar keahlian dan memiliki prosedur untuk mengeluarkan mereka yang tidak memiliki kontributisi terhadap sekolah, 9 memiliki pengembangan staff yang intensif, 10 memiliki tujuan yang jelas, penilaian yang baik, serta dapat memperbaiki kekurangan dan menghindari kesalahan, 11 staf dan siswa sama-sama memiliki rasa tanggungjawab dalam pembelajaran, 12 menempatkan kesejahteraan kebaikan siswa di atas yang lain, 13 memiliki struktur yang memungkinkan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dilakukan secara kelompok, bukan individual, 14 memiliki pimpinan yang menggugah semangat dan partisipasi staf serta menggalang dukungan dari pihak luar, 15 merayakan keberhasilan dan memberikan penghargaan kepada staf dan siswa yang berprestasi, dan 16 fleksibel dalam hal cara, namun berpegang teguh pada tujuan”. c. Filosofi Sekolah Unggulan Sekolah unggul di Indonesia didasari filosofi yang berkenaan dengan hakikat manusia, hakikat pembangunan nasional, tujuan pendidikan dan usaha untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut. Pertama , manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa telah dilengkapi dengan berbagai potensi dan kemampuan. Potensi itu pada dasarnya merupakan anugerah kepada manusia yang semestinya dimanfaatkan dan dikembangkan, dan jangan disia-siakan. Di samping memiliki persamaan dalam sifat dan karakteristiknya, potensi tersebut agar menjadi aktual dalam kehidupan, sehingga berguna bagi orang yang bersangkutan, masyarakat dan bangsanya, serta menjadi bekal untuk menghambakan diri kepada Tuhan. Dengan demikian usaha untuk mewujudkan anugrah potensi tersebut secara penuh merupakan konsekuensi dari amanah Tuhan. Kedua , dalam pembangunan nasional, manusia merupakan sentral yaitu sebagai subjek pembangunan. Untuk dapat memainkan perannya sebagai subjek, maka manusia Indonesia dikembangkan untuk menjadi manusia yang utuh, yang berkembang segenap dimensi potensinya secara wajar. Pendidikan nasional mengembang tugas dalam 19 mengembangkan manusia Indonesia sehingga menjadi manusia yang utuh dan sekaligus merupakan sumber daya pembangunan. Ketiga , pendidikan nasional berusaha menciptakan keseimbangan antara pemerataan kesempatan dan keadilan. Pemerataan kesempatan berarti membuka kesempatan seluas-luasnya kepada semua peserta didik dari semua lapisan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan tanpa dihambat oleh perbedaan jenis kelamin, suku bangsa dan agama. Akan tetapi memberikan kesempatan yang sama equal opportunity pada akhirnya akan dibatasi oleh kondisi objektif peserta didik, yaitu kapasitasnya untuk dikembangkan. Keempat , dalam upaya mengembangkan kemampuan peserta didik, pendidikan berpegang pada asas keseimbangan dan keselarasan yaitu keseimbangan antara kreativitas dan disiplin, keseimbangan antara persaingan dan kerjasama, keseimbangan antara pengembangan kemampuan berpikir holistik dengan kemampuan berpikir atomistik, dan keseimbangan antara tuntutan dan prakarsa. d. Visi dan Misi Sekolah Unggulan 1 Pengertian Visi dan Misi Visi bukan sekedar penglihatan kasat mata, melainkan penglihatan dengan kekuatan mental atau dengan kacamata batin dalam arti kognitif, afektif dan psikomotorik. Visi dibentuk dengan kecerdasan umum, penghayatan nilai-nilai, pengetahuan dan pengalaman, kemampuan-kemampuan dalam bidang khusus secara konseptual, pemecahan masalah, dan daya-daya keperilakuan lain yang dijadikan unggulan. Dalam pengertian ini, visi merupakan saripati endapan dari sistem nilai dan kaidah-kaidah. Sinamo 1998:4 menegaskan bahwa “secara ringkas visi adalah apa yang didambakan organisasi untuk 20 “dimiliki” atau diperoleh di masa depan what do we want to have”. Agar efektif dan powerful, maka visi dan misi harus jelas, harmonis dan kompatibel. Gaffar 1994 berpendapat bahwa visi adalah daya pandang yang jauh, mendalam dan meluas, merupakan daya fikir abstrak yang memiliki kekuatan amat dasyat dapat menerobos segala batas-batas fisik, waktu dan tempat. Visi adalah kunci energi manusia, kunci atribut pemimpin dan pembuat kebijakan. 2 Ciri-ciri Visi yang Baik Visi terbentuk dari perpaduan antara : aspirasi, imajinasi, insight, nilai-nilai informasi, pengetahuan dan : “judgement”. Agar suatu misi dapat menumbuhkan semangat, menyuburkan inspirasi, menciptakan makna bagi anggota organisasi, maka visi harus disepakati dan dihayati bersama shared vision. Karena itu proses perumusan visi hendaknya dapat mendorong tumbuhnya kepemilikan ownership visi oleh anggota organisasi sejak awal. Visi menunjukkan arah pergerakan organisasi dari posisinya sekarang ke masa depan. Visi merupakan jembatan antara masa kini dan masa depan. Visi yang baik mempunyai ciri-ciri : 1 memperjelas arah dan tujuan, 2 mudah dimengerti dan diartikulasikan dengan baik, 3 mencerminkan cita-cita yang tinggi dan menetapkan standard of excellent , 4 menumbuhkan inspirasi, semangat, kegairahan dan komitmen, 5 menciptakan makna bagi anggota organisasi, 6 merefleksikan keunikan atau keistimewaan organisasi, 7 menyiratkan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh organisasi, 8 kontekstual, dalam arti memperhatikan secara seksama hubungan organisasi dengan lingkungan dan sejarah perkembangan organisasi yang bersangkutan. 21 Terwujudnya visi bergantung kepada usaha yang dilakukan sendiri oleh organisasi dan hal-hal yang terjadi di luar organisasi. Visi dan misi yang kuat sangat diperlukan demi kelangsungan hidup organisasi. Karena itu, visi dan misi harus cocok dengan sejarah, budaya, semangat dan nilai-nilai organisasi. 3 Peran Visi dan Misi Peran nilai dalam proses perencanaan proses pendidikan sangat mutlak. Nilailah yang menggerakkan motivasi seluruh anggota organisasi untuk menentukan tujuan dan merumuskan kebijakan ke arah tercapainya tujuan. Tanpa pemahaman nilai-nilai yang mendasarinya, maka konsistensi ketaatan asas tidak dapat dijamin. Karena nilai itu berakar pada tatanan sosial, maka dengan merujuk pada nilai dapatlah dihindarkan pertentangan yang mungkin timbul antara tujuan-tujuan individual dengan kehadiran kebijakan serta wahana pelaksanaannya. Nilai yang seringkali hanya bersifat tersirat implicit mungkin menjadi kabur, atau bahkan terlupakan karena proses perjalanan waktu. Karenanya dengan menjadikan nilai- nilai itu secara tersurat explicit maka nilai-nilai itu dapat menduduki tempat sebagai landasan masyarakat, atau nilai-nilai itu ditolak karena masyarakatnya kacau, dangkal, bahkan rusak. Dengan pemahaman akan nilai, maka kita dapat berada pada posisi yang lebih baik untuk menciptakan keseimbangan yang seharusnya antara tujuan dengan tampilnya tujuan yang salah, serta membatasi kelemahan dan kesengajaan antara tujuan kita dengan sistem wahana pelaksanaan kebijakan. 4 Visi dan Misi Sekolah Unggul Sekolah unggul di dasari visi bahwa upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang bermuara kepada tujuan pembangunan 22 nasional, memerlukan usaha-usaha yang sistematis, terarah dan intensional dalam menggali dan mengembangkan potensi manusia Indonesia secara maksimal sehingga dapat menjadi bangsa yang maju, sejahtera, damai dengan dasar Pancasila, serta dihormati dan diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain dalam percaturan global. Berdasarkan visi tersebut, maka misi sekolah unggul adalah meningkatkan dan mengembangkan potensi sumber daya manusia Indonesia sebagai subjek dan wahana untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Visi dan misi sangat erat kaitannya dengan sistem nilai. Visi merupakan sari pati endapan dari sistem nilai. Visi dapat memacu motivasi serta sikap yang dapat menuntun perbuatan. Visi adalah kunci energi manusia, kunci atribut pemimpin dan pembuat kebijakan. Sedangkan nilai membentuk landasan yang kokoh bagi tujuan dan misi. Visi merupakan inti sekaligus sumber kekuatan organisasi. Jadi visi memegang peran yang penting dalam keberhasilan tujuan organisasi. 5 Sasaran Sekolah Unggul Pada jenjang pendidikan menengah SMA, sasaran yang ingin dicapai adalah menyiapkan para lulusan untuk memasuki jenjang pendidikan tinggi yang bermutu di dalam negeri maupun luar negeri. Dengan bekal kemampuan yang diperolehnya, mereka juga diproyeksikan untuk siap memasuki jalur karir yang lain maupun bekerja mandiri apabila tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. 6 Tujuan Sekolah Unggul Acuan dasar dari tujuan umum sekolah unggul adalah tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam GBHN dan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yaitu menghasilkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 23 berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggungjawab, produktif, sehat jasmani dan rohani, memiliki semangat kebangsaan, cinta tanah air, kesetiakawanan sosial, kesadaran akan sejarah bangsa dan sikap menghargai pahlawan, serta berorientasi masa depan. Secara khusus, sekolah unggul bertujuan untuk menghasilkan keluaran pendidikan yang memiliki keunggulan dalam hal-hal berikut : a keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, b nasionalisme dan patriotisme yang tinggi, c wawasan IPTEK yang mendalam dan luas, d motivasi dan komitmen yang tinggi untuk mencapai prestasi dan keunggulan, e kepekaan sosial dan kepemimpinan, dan f disiplin tinggi ditunjang oleh kondisi fisik yang prima.

2.2. Kepemimpinan Kepala Sekolah