ribu Ha, Kalimantan tengah 148 ribu Ha, Sumatera Selatan 139 ribu Ha didamping propinsi-propinsi lainnya NAD 56 ribu Ha, Jambi 66 ribu Ha, Sultra
65 ribu Ha, Irjabar 65 ribu Ha. Total dana yang dicadangkan untuk program ini sebesar Rp. 35 Trilyun. Selain itu, Pemerintah juga mendorong pembangunan
perkebunan swasta yang diperkirakan tumbuh 2tahun.
4.4.2. Potensi Pengembangan Pasar
Penerimaan pasar terhadap minyak sawit semakin baik yang ditunjukkan dengan naiknya premium CPO harga aktual-harga bayangan dengan laju sekitar
US 9,9tahun. Pada 1997-1998 terjadi kenaikan premium CPO sangat besar sedangkan premium minyak kedele justru turun. Hal ini disebabkan banyaknya
temuan tentang keunggulan nutrisi minyak sawit danatau kelemahan minyak lain terutama dalam kegunaannya minyak-minyak padat seperti margarin. Sebaliknya
dalam 1995-1996 dan 1998-1999, premium CPO turun padahal premium yang diperoleh oleh minyak kedele justru naik. Hal ini disebabkan berkembangnya isu
perusakan lingkungan oleh Perkebunan Kelapa Sawit karena konversi hutan ke perkebunan maupun karena pembakaran saat pembukaan lahan.
Perkembangan konsumsi minyak nabati dunia perlu dikelompokkan ke dalam konsumsi untuk pangan dan non pangan karena faktor penentu
perkembangan untuk keduanya berbeda. Konsumsi minyak nabati untuk pangan ditentukan oleh perkembangan penduduk dan pertumbuhan konsumsikapita yang
berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi. Begitupun, konsumsi dunia akan minyak sawit sangat besar dibanding minyak nabati lainnya. Bila pada tahun 9091 hanya
berkontribusi 13,8, pada tahun 20062007 telah menjadi mayoritas dengan kontribusi 25,2.
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan konsumsi minyak nabati sangat dipengaruhi oleh populasi dan daya beli. Populasi dunia tumbuh dengan laju 1,53tahun. Laju
pertumbuhan tertinggi terjadi di Afrika dengan 2,77, Amerika Latin 2, dan Asia 1,53. Sedangkan di Eropa, populasi tumbuh dengan 0,24 dan di USA
dengan 0,86. Pertumbuhan ekonomi tertinggi sebelum krisis ekonomi juga di Asia. Pemulihan perekonomian diperkirakan akan memacu kembali pertumbuhan
ekonomi di Asia. Data ini menunjukkan bahwa permintaan minyak untuk keperluan pangan terutama datang dari Asia, Afrika dan Amerika Latin.
Secara global, permintaan minyak dunia naik dengan laju 3,01tahun. Laju tersebut lebih tinggi dari laju pertumbuhan produksi beberapa minyak utama
seperti minyak jagung, sedangkan laju pertumbuhan produksi minyak sawit dunia lebih dari 5tahun sehingga minyak sawit mengambil alih pasar dalam beberapa
minyak lain. Penelitian lebih lanjut mendapatkan bahwa tingkat konsumsi aktual masih jauh di bawah kejenuhan pasar minyak sawit sehingga negara tersebut
merupakan pasar potensial. Disektor pangan, faktor lain yang dapat meningkatkan pasar minyak sawit
adalah ditemukannya keunggulan nutrisi dari minyak sawit seperti sifat antioksidan dan bebas transfat. Di sektor non pangan, faktor yang dapat
meningkatkan permintaan minyak sawit adalah perkembangan industri dan permintaan produk oleokimia termasuk biodiesel. Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa pasar minyak sawit masih sangat terbuka. Perkembangan pasar dalam negeri juga sejalan dengan pertumbuhan
penduduk dan ekonomi. Pertambahan penduduk Indonesia bertambah dengan laju sekitar 2tahun. Angka ini menunjukkan bahwa pertumbuhan permintaan
Universitas Sumatera Utara
minyak dalam negeri dengan mengabaikan pertumbuhan ekonomi naik dengan laju 2. Konsumsikapita minyak nabati naik dengan laju sekitar 2 sehingga
total pertumbuhan permintaan adalah sekitar 4tahun.
4.4.3. Potensi Pengembangan Industri 4.4.3.1. Industri Minyak Makan