77
berpeluang merespon positif dibanding laki-laki dalam hal kesehatan. Hal ini dikarenakan pada umumnya anak usia remaja sudah memiliki perbedaan
perilaku dalam personal hygiene dan sudah mulai memperhatikan penampilan fisiknya sehingga perempuan lebih mementingkan penampilan
agar terlihat percaya diri dibanding laki-laki yang terkesan cuek dengan penampilan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama 20 tahun oleh Dr. Louann Brizendine, seorang dokter neuro psikiatri, direktur
“Women’s and Teen Girls Mood and Hormone Clinic”di Amerika, perbedaan respon anak
perempuan dengan laki-laki semata-mata ditentukan oleh otak mereka yang memang berbeda. Sejak lahir, otak bayi perempuan telah terstruktur sebagai
otak perempuan yang didominasi oleh hormon estrogen, sedangkan otak bayi laki-laki dikuasai oleh hormon testosteron. Kedua hormon ini membuat
otak perempuan dan laki-laki sungguh berbeda. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori adopsi inovasi kotler, 2009 bahwa faktor jenis kelamin
mempengaruhi seseorang dalam menerima nilai atau suatu hal yang baru. Sesuai teori tersebut, pada penelitian ini mendukung teori tersebut yaitu
perempuan mempunyai kemungkinan untuk dapat menerima nilai-nilai baru yang ada di masyarakat, yaitu terlihat dari responnya yang positif terhadap
iklan. Ada perbedaan objek minat antara laki-laki dan perempuan,
dimana perempuan lebih menyukai yang bersifat praktis dan impulsive daripada laki-laki sesuai dengan sifat feminism yang dimiliki perempuan.
78
Pendapat serupa diungkapkan oleh Staton dalam Rina, 2006 bahwa jenis kelamin merupakan salahsatu variable yang mempengaruhi sikap, sehingga
respon terhadap iklan sesuai dengan perbedaan jenis kelamin.Ditambahkan oleh Kaldenberg 2007 bahwa ternyata perempuan lebih memilih iklan
yang berorientasi pada citra dan lebih mudah dipengaruhi dibanding laki- laki.
6.5 Gambaran Respon dilihat dari Pengetahuan Kesehatan Gigi Siswa
SMP Global Islamic School Jakarta
Pengetahuan berhubungan dengan jumlah informasi yang dimiliki oleh seseorang. Gambaran respon yang dilihat dari pengetahuan responden
mendapatkan hasil responden dengan pengetahuan tinggi yang merespon positif iklan pasta gigi di media massa sebanyak 35 responden dari 42
responden dan responden berpengetahuan rendah yang merespon positif iklan pasta gigi di media massa sebanyak 12 responden dari 23 responden.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Amalia 2009 bahwa seseorang yang mengetahui tentang kesehatan gigi yang baik memungkinkan untuk
mampu berpresepsi yang lebih baik dibandingkan dengan yang berpengetahuan rendah.
Berbagai literatur psikologi dari penelitian-penelitian membuktikan bahwa proses sikap diawali dengan pembentukan kesan, kemudian
melakukan penilaian berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Proses penilaian ini merupakan salah satu komponen sikap yang terdiri dari
79
perasaan atau emosi terhadap objek aktual seperti suka atau tidak suka, setuju dan tidak setuju. Sikap terhadap objek menunjukkan kecenderungan
merespon kemudian menjadi tindakan nyata. Hardinsyah 2007 menyebutkan selain paparan media massa, faktor pengalaman diduga
berpengaruh terhadap pengetahuan kesehatan gigi yang pada akhirnya berimplikasi pada sikap kesehatan gigi pada khususnya.
Hasil ini sejalan dengan yang dikemukakan Notoatmojo 2003 bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam
terbentuknya respon seseorang. Bahwa salah satu faktor menentukan respon adalah pengetahuan. Selain itu, WHO 2003 menganalisa bahwa
pengetahuan merupakan salah satu alasan pokok yang menyebabkan seseorang merespon. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Fariz
2008 bahwa pengetahuan mempengaruhi respon konsumen. Dapat disimpulkan dari hasil pembahasan diatas bahwa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa pengetahuan kesehatan gigi hanya sampai tanggapan afektif yang ditimbulkan.
6.6 Gambaran Respon Siswa SMP Global Islamic School Jakarta dari
Frekuensi Keterpaparan Iklan Pasta Gigi di Media Massa
Dalam Ilmu komunikasi, Iklan merupakan salah satu pesan atau stimulus yang digunakan pelaku bisnis selaku komunikator, untuk
mengkomunikasikan produk yang mereka miliki kepada khalayak selaku komunikan. Stimulus yang diberikan akan menghasilkan respon baik
80
positif maupun negatif. Menurut Andrew 2009 keterpaparan remaja berkaitan dengan pendidikan yang diperoleh remaja karena kesehatan gigi
merupakan proses seumur hidup untuk mendapatkan informasi dan keterampilan, membangun sikap, keyakinan dan nilai-nilai yang terkait
dengan kesehatan gigi. Proses ini dimulai dalam situasi informasi Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas responden sering
melihat iklan pasta gigi di kehidupan sehari-harinya dan mayoritas merespon positif iklan-iklan pasta gigi di media massa. Hasil penelitian ini
sesuai teori yang menunjukkan frekuensi atau intensitas keterpaparan media mempengaruhi respon. Perulangan pesan berkali-kali yang diterima
sasaran dapat memperkokoh keefetivitasan media tersebut terhadap efek yang diinginkan oleh sasaran Elisabeth Noelle dalam Rakhmat, 2008.
Hal ini diperkuat dengan penelitian Handayani 2009 Analisis Pengaruh Pengulangan Pesan Iklan di Televisi Terhadap Konsumen, Pengulangan
pesan iklan berpengaruh positif terhadap pembelajaran konsumen. Dalam teori advertising media menyebutkan, iklan akan
memberikan hasil efektif apabila disampaikan pada tingkat frekuensi efektif, kemudian menerpa pemirsa dalam jumlah efektif Sihombing,
2010. Pada penelitiannya Indiarto 2006 menemukan bahwa pengulangan meningkatkan respon bahkan niat beli dalam iklan. Indriyanti 2002
menyatakan pengulangan pesan iklan cukup berpengaruh dalam menarik perhatian, menimbulkan rasa tertarik, keinginan dan mendorong konsumen
untuk melakukan tindakan pembelian. Karena hakikatnya suatu pesan