Konsepsi Pertanggungjawaban Rumah Sakit Terhadap Pasien Dalam Jasa Pelayanan Kesehatan Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen

berlangsung tanggal 15-17 Maret 1999 di Jakarta, telah disepakati Kode Etik Rumah Sakit Indonesia yang baru dengan singkatan ”KODERSI” yang dilengkapi dengan penjelasannya. 64

2. Konsepsi

Kerangka konsepsi menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan konsepsi yang digunakan dalam penelitian tesis. Peranan konsep pada dasarnya dalam penelitian adalah untuk menguhubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi dan realitas yang akan digunakan sebagai landasan pada proses untuk melindungi para pengguna jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit. 1. Konsumen Istilah ”konsumen” berasal dari bahasa Belanda ”Konsument”, bahasa Inggris ”Consumer”, yang berarti pemakai. Di Amerika sering kata ini dapat diartikan lebih luas lagi sebagai ”korban pemakaian produk yang cacat”, baik korban pembeli, bukan pembeli tetapi pemakai, bahkan juga korban yang juga bukan pemakai, karena perlindungan hukum dapat dinikmati pula bahkan oleh korban yang bukan pemakai. 65 Di dalam kamus besar bahasa Indonesia juga ada defenisi tentang konsumen yang menyebutkan bahwa konsumen adalah pemakai barang-barang hasil produksi, penerima pesanan iklan dan pemakai jasa pelanggan. 66 64 Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, Kode Etik Rumah Sakit Indonesia, 1999. 65 Mariam Darus Badrulzaman, Perlindungan Terhadap Konsumen Dilihat dari Sudut Perjanjian Baku Standard Bandung: Binacipta, 1986, hal.57. 66 Op.Cit, Shidarta, hal.5. Natalita Solagracia Situmorang : Pertanggungjawaban Rumah Sakit Terhadap Pasien Dalam Jasa Pelayanan Kesehatan Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen, 2009 Pegertian konsumen dalam hal ini adalah pasien. Pasien sebagai konsumen diartikan ”setiap pemakai dan atau pengguna barang dan atau jasa baik kepentingan sendiri maupun kepentingan orang lain”. Pasien adalah orang yang mendapatkan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian dari integral dari pelayanan kesehatan didasarkan kepada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan biopsiko-sosio spritual yang komprehensif, yang ditujukan kepada individu maupun keluarga dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. 67 Menurut pandangan sosiologis dapat dikatakan bahwa pasien maupun tenaga kesehatan memainkan peranan-peranan tertentu dalam masyarakat. Dalam hubungan dengan tenaga kesehatan, pasien dituntut untuk mengikuti nasehat dokter tempat mengadu nasib. Pasien sebagai konsumen dalam hal ini, merasa dirinya tergantung dan aman apabila tenaga kesehatan berusaha untuk menyembuhkan penyakitnya.

2. Pelaku Usaha

Pelaku usaha, menurut Undang Undang Perlindungan Konsumen Pasal 1 ayat 3 adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam 67 Soerjono Soekanto, Aspek Hukum Kesehatan,cet.I, Jakarta: IND Hill-Co, 1989, hal.75. berbagai bidang ekonomi. 68 Pelaku usaha di sini bergerak di bidang pelayanan kesehatan yaitu rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu yang menyediakan pemondokan yang memberikan jasa pelayanan medik jangka pendek atau jangka panjang yang terdiri dari tindakan observasi diagnostik, terapeutik dan rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita sakit, terluka dan untuk mereka yang mau melahirkan. 69 Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan memiliki hak dan kewajiban yang perlu diketahui oleh semua pihak yang terlibat dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit agar dapat menyesuaikan dengan hak dan kewajiban di bidang profesi masing-masing. Karena hak dan tanggung jawab ini berkaitan erat dengan pasien sebagai penerima jasa, maka masyarakat pun harus mengetahui dan memahaminya. 3. Sarana Kesehatan Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. 70 Sarana kesehatan termasuk rumah sakit. Rumah sakit ini menyediakan tempat bagi pasien konsumen untuk berobat atau menggunakan bentuk pelayanan kesehatan lainnya. Bisa juga di samping itu menyediakan atas dasar berobat jalan kepada pasien-pasien yang bisa langsung pulang. 71 Rumah sakit 68 Lihat, Pasal 1 ayat 3 Undang Undang Perlindungan Konsumen 69 Op.Cit, J.Guwandi, hal.31. 70 Pasal 1 ayat 4 Undang Undang Kesehatan 71 J.Guwandi, Dokter dan Rumah Sakit, Jakarta: FKUI, 1991, hal.25. Natalita Solagracia Situmorang : Pertanggungjawaban Rumah Sakit Terhadap Pasien Dalam Jasa Pelayanan Kesehatan Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen, 2009 menyediakan jasa berupa pelayanan dalam bidang perawatan kesehatan. Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen. 72 Jadi rumah sakit berfungsi sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan. 4. Perlindungan Hukum Hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah bersifat mengatur, dan juga mengandung sifat yang melindungi kepentingan konsumen. Adapun hukum konsumen diartikan sebagai keseluruhan asas-asas dan kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah antar berbagai pihak satu sama lain yang berkaitan dengan barang dan jasa konsumen, di dalam pergaulan hidup. 73 Pengertian hukum konsumen juga meliputi keseluruhan aspek hukum yang terdapat kepentingan pihak konsumen di dalamnya. Jadi intinya bukan pada kaidah yang harus ”mengatur” atau ”memaksa”. 74 5. Tanggung Jawab Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya kalau ada sesuatu hal maka boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dan sebagainya. Tanggung jawab adalah kewajiban untuk memikul pekerjaan atau akibat yang ditimbulkan. 72 Pasal 1 ayat 5 Undang Undang Perlindungan Konsumen 73 Op.Cit, Az.Nasution, hal.61 74 Op.Cit, Shidarta, hal.9 Dasar dalam tanggung jawab medik adalah: 75 a. Wanprestasi, diartikan bahwa dokter tidak memenuhi kewajibannnya yang timbul dari adanya suatu perjanjian tanggung jawab kontraktual; b. Perbuatan melanggar hukum, dimana dokter telah berbuat melawan hukum karena tindakannya bertentangan dengan asas kepatutan, ketelitian serta sikap hati-hati yang diharapkan dari padanya dalam pergaulan dengan sesama warga masyrakat tanggung jawab berdasarkan undang-undang. 6. Wanprestasi Wanprestasi dalam arti harafiah adalah prestasi yang buruk yang pada dasarnya melanggar isikesepakatan dalam suatu perjanjiankontrak oleh salah satu pihak. Pihak yang melanggar bisa disebut pihak debitur. Bentuk nyata pelanggaran debitur ada 4 macam, yaitu: 76 a. Tidak memberikan prestasi sama sekali sebagaimana yang diperjanjikan; b. Memberikan prestasi tidak sebagaimana mestinya, tidak sesuai kualitas atau kuantitas dengan yang diperjanjikan; c. Memberikan prestasi tetapi sudah terlambat tidak tepat waktu sebagaimana yang diperjanjikan; d. Memberikan prestasi yang lain dari yang diperjanjikan. 75 Op.Cit, Hendrojono Soewono, hal.147 76 Adami Chazawi, Malpraktek Kedokteran, Malang: Bayumedia Publishing, 2007, hal.48. Natalita Solagracia Situmorang : Pertanggungjawaban Rumah Sakit Terhadap Pasien Dalam Jasa Pelayanan Kesehatan Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen, 2009 Wanprestasi dalam pelayanan kesehatan terjadi apabila hubungan antara dokter dan pasien terjadi berdasarkan kontrak terapeutik, dimana terjadi pelanggaran kesepakatan oleh pihak dokter.

G. Metode Penelitian

Sebagai sebuah penelitian ilmiah, maka rangkaian kegiatan penelitian mulai dari pengumpulan data sampai pada analisis data dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah penelitian ilmiah, sebagai berikut :

1. Sifat Penelitian

Dokumen yang terkait

Perlindungan Konsumen Terhadap Jasa Pelayanan Tukang Gigi Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

12 99 88

Perlindungan hukum terhadap pasien sebagai konsumen jasa di bidang pelayanan medis berdasarkan kitab undang undang hukum perdata

0 6 97

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN SEBAGAI KONSUMEN PENGGUNA JASA PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT

0 3 109

PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) PADA RUMAH SAKIT ISLAM (RSI) IBNU SINA BUKITTINGGI DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 0 6

TANGGUNG JAWAB RUMAH SAKIT TERHADAP KESELAMATAN PASIEN TERKAIT PELAYANAN RUMAH SAKIT DALAM KEADAAN DARURAT BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT.

0 0 2

PERTANGGUNGJAWABAN PT. KALBE FARMA TERHADAP KORBAN OBAT ANESTESI BERMASALAH DI RUMAH SAKIT SILOAM MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 1 2

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK PASIEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT (STUDI PADA RUMAH SAKIT MULIA HATI WONOGIRI.

0 0 17

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN SEBAGAI KONSUMEN JASA PELAYANAN KESEHATAN DALAM TRANSAKSI TERAPEUTIK

0 0 15

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN SEBAGAI KONSUMEN JASA PELAYANAN KESEHATAN DALAM TRANSAKSI TERAPEUTIK

0 0 20

JURNAL ILMIAH PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PASIEN SEBAGAI KONSUMEN JASA TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 8 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

0 0 22