Pemerintah Pertanggungjawaban Rumah Sakit Terhadap Pasien Dalam Jasa Pelayanan Kesehatan Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen

PERMENKES RI No.159bMenkesPerII1988 bahwa fungsi Rumah Sakit sebagai berikut : 104 1 Menyediakan dan menyelenggarakan peralatan medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan perawatan, pelayanann rehabilitas, pencegahan dan peningkatan kesehatan; 2 Sebagai tempat pendidikan dan latihan tenaga medik; 3 Sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu teknologi bidang kesehatan.

3. Pemerintah

Banyaknya barang dan atau jasa yang ditawarkan dalam berbagai jenis, ukuran dan kualitas yang bervariasi baik produk dari dalam negeri maupun luar negeri membuat persaingan dalam dunia perdagangan semakin ketat. Para pelaku usaha juga melakukan berbagai macam cara untuk memasarkan dagangannya. Dengan orientasi untuk meraih keuntungan yang sebanyak-banyaknya, para pelaku usaha sering kali mengabaikan hak-hak konsumen dengan melanggar larangan- larangan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Salah satu usaha pemerintah untuk mengatasi masalah perlindungan konsumen adalah dengan memberlakukan UU No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Agar pelaksanaan dan penerapan 104 Op.Cit, PERMENKES RI No.159bMenkesPerII1988. Natalita Solagracia Situmorang : Pertanggungjawaban Rumah Sakit Terhadap Pasien Dalam Jasa Pelayanan Kesehatan Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen, 2009 Undang-undang Perlindungan Konsumen berjalan dengan baik, maka pemerintah menerbitkan peraturan pelaksanaannya antara lain tentang : 105 a. Peraturan Pemerintah No.57 Tahun 2001 tanggal 21 Juli 2001 tentang Badan Perlindungan Konsumen Nasional BPKN; b. Peraturan Pemerintah No.58 Tahun 2001 tanggal 21 Juli 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelengaraan Perlindungan Konsumen; c. Peraturan Pemerintah No. 59 Tahun 2001 tanggal 21 Juli 2001 tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya LPKSM; d. Keputusan Presiden Republik Indonesia No.90 Tahun 2001 tanggal 21 Juli 2001 tentang Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK pada kota Medan, Palembang, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Malang, Surabaya dan Makasar; e. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.31MPPKep102001 tanggal 24 Oktober 2001 tentang Pengangkatan, Pemberhentian Anggota dan Sekretariat Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen; f. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.252MPPKep102001 tanggal 24 Oktober 2001 tentang Pendaftaran Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat. Selain memberlakukan beberapa peraturan perundang-undangan sebagai pelaksana UU No.8 Tahun 1999, pemerintah juga mendirikan beberapa organisasi 105 http:mediasuaka-mediaperlindungankonsumendiindonesia.com200904peranan- pemerintah.html, diakses pada tanggal 4 April 2009 untuk membantu dalam menyelesaikan masalah konsumen seperti : YLKI, BPKN, BPSK dan LPKSM. Dalam melakukan pengawasan terhadap perilaku para pelaku usaha dalam menjalankan usahanya, pemerintah dibantu oleh masyarakat dan LPKSM. Pemerintah sebagai stakeholder pembangunan memiliki peran vital dalam pembinaan dan penyelenggaraan perlindungan konsumen, yang pelaksanaannya dilakukan secara menyeluruh dari berbagai unsur pemerintah, dunia usaha dan masyarakat. 106 Dalam Pasal 29 UUPK dinyatakan: 107 1. Pemerintah bertanggung jawab atas pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen yang menjamin diperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha serta dilaksanakannya kewajiban konsumen dan pelaku usaha. 2. Pembinaan oleh pemerintah atas penyelenggaraan perlindungan konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan oleh MenteriMenteri teknis terkait. 3. Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat 2 melakukan koordinasi atas penyelenggaraan perlindungan konsumen. 4. Pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat 2 meliputi upaya untuk: a. Terciptanya iklim usaha dan tumbuhnya hubungan yang sehat antata pelaku usaha dan konsumen; 106 Ibid 107 Pasal 29 Undang-undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Natalita Solagracia Situmorang : Pertanggungjawaban Rumah Sakit Terhadap Pasien Dalam Jasa Pelayanan Kesehatan Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen, 2009 b. Berkembangnya lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat; c. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia serta meningkatnya kegiatan penelitian dan pengembangan dibidang perlindungan konsumen. 5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen diatur dengan peraturan pemerintah. Selain pembinaan, peranan pemerintah adalah pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen. Dalam Pasal 30 UUPK disebutkan bahwa pemerintah bersama masyarakat dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat adalah pihak-pihak yang diberi tugas untuk melakukan pengawasan. Pengawasan oleh pemerintah dilakukan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen serta penerapan perundang-undangannya. Pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat, selain dilakukan atas penyelenggaraan perlindungan konsumen serta penerapan ketentuan peraturan perundang-undangannya, juga dilakukan atas barangjasa yang beredar dipasar. Pembinaan perlindungan konsumen yang dilakukan oleh pemerintah dan BPKN antara lain terhadap para pelaku usaha dalam memenuhi standar mutu produksi barang danatau jasa, pencantuman label dan klausula baku, serta pelayanan purna jual barang danatau jasa, peranan BPSK dan BPKN, pemberdayaan konsumen, penelitian terhadap barang danatau jasa yang beredar serta hal-hal lain yang menjadi kewajiban pelaku usaha. 108 Pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen dan penerapan peraturan perundang-undangan dilaksanakan oleh pemerintah, masyarakat dan LPKSM yang dilakukan terhadap barang danatau jasa yang berada di pasar. Pengawasan dilakukan dengan cara penelitian, pengujian dan survei. Aspek pengawasan meliputi permuatan informasi tentang resiko penggunaan barang jika diharuskan, pemasangan label, pengiklanan dan lain-lain yang diisyaratkan berdasarkan ketentuan yang berlaku. Pengujian terhadap barang danatau jasa yang beredar dilaksanakan melalui laboratorium penguji yang telah terakreditasi. 109 Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 983MenkesSKXI1992 selanjutnya disingkat KEPMENKES RI No. 9831992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum disebutkan bahwa Rumah Sakit Umum mempunyai fungsi sebagai berikut : 110 1 Menyelenggarakan pelayanan medik; 2 Menyelenggarakan pelayanan penunjang medik dan non medik; 3 Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan ; 4 Menyelenggarakan pelayanan rujukan; 5 Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan; 108 Op.Cit, http:mediasuaka-mediaperlindungankonsumendiindonesia.com200904peranan pemerintah.html 109 Ibid 110 KEPMENKES RI No. 9831992 Natalita Solagracia Situmorang : Pertanggungjawaban Rumah Sakit Terhadap Pasien Dalam Jasa Pelayanan Kesehatan Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen, 2009 6 Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan ; 7 Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan. Menurut PERMENKES RI No. 159b tahun 1988 disebutkan bahwa pelayanan kesehatan di Rumah Sakit adalah kegiatan pelayanan berupa rawat jalan, pelayanan rawat inap dan perawatan mencakup pelayanan medik dan penunjang medik yang diselenggarakan oleh Pemerintah maupun swasta. 111 Apabila dilihat secara sosiologis, maka tujuan pendirian Rumah Sakit sudah mengalami pergeseran, seperti yang dikemukakan oleh J.Guwandi, sebagai berikut : “….tujuan pendirian Rumah Sakit, baik Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah maupun Swasta yayasan, sudah mengalami pergeseran dari tujuan awal yakni semula bersifat lembaga sosial murni bergeser menjadi lembaga sosial ekonomi, dalam arti bahwa pengelolaan Rumah Sakit harus mempertimbangkan prinsip ekonomi dan manajemen modern dalam pengelolaan Rumah Sakitnya, sehingga seluruh pengeluaran harus ditutupi oleh penerimaan”. 112

B. Sumber Peraturan Perlindungan Konsumen

Perhatian dunia terhadap masalah perlindungan konsumen semakin meningkat. Negara-negara di Asia, Australia dan Amerika telah lama memiliki peraturan tentang Perlindungan Konsumen. Organisasi Dunia seperti PBB juga telah mengeluarkan resolusi Perserikatan Bangsa Bangsa Nomor ARES39248 Tahun 1985. 113 Resolusi tentang perlindungan konsumen Res.PBB No.39248 mencakup hal-hal berikut : 114 111 PERMENKES RI No. 159b Tahun 1988. 112 J. Guwandi, Dokter dan Rumah Sakit, Fakultas Kedokteran UI, Jakarta, 1991, hal.9 113 Jufrina Rizal, Mengakomodasi Masalah Perlindungan terhadap Konsumen dalam Kurikulum Pendidikan Tinggi Indonesia. Makalah disajikan pada Lokakarya Hukum Perlindungan 1. Perbuatan-perbuatan yang tidak mematuhi ketentuan perundang-undangan; 2. Praktik perdagangan yang merugikan konsumen; 3. Pertanggungjawaban produsen yang tidak jelas; 4. Persaingan tidak sehat, sehingga pilihan konsumen dipersempit dan dengan harga yang tidak menjadi murah; 5. Tidak tersedianya suku cadang dan pelayanan purna jual; 6. Kontrak baku sepihak dan penghilangan hak-hak essensial dari konsumen; 7. Persyaratan kredit yang tidak adil. Sebenarnya dalam perkembangan, sudah ada beberapa undang-undang yang bersifat sektoral. Memuat aturan tentang perlindungan konsumen dalam sektornya masing-masing, seperti: 115 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1961 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1961 tentang barang, menjadi Undang-Undang; 2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1966 tentang Hygiene; 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintah di Daerah; 4. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal; Konsumen bagi Dosen dan Praktisi Hukum, Jakarta : Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, 1997, hal. 1-2 114 Ade Maman Suherman, Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global, cet I Jakarta: Galia Indonesia, 2002, hal 70. 115 BPHN, Naskah Akademis Peraturan Perundang-undangan RUU tentang Perdagangan Internasional, DepKeh RI. 1999. Lihat juga Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Natalita Solagracia Situmorang : Pertanggungjawaban Rumah Sakit Terhadap Pasien Dalam Jasa Pelayanan Kesehatan Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen, 2009 5. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan; 6. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1982 tentang Pokok Pers; 7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian; 8. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan; 9. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun 10. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan Industri; 11. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas Angkatan Jalan; 12. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan; 13. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Agreement Establishing The World Trade Organization Pertujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia; 14. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas; 15. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil; 16. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan; 17. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 7 tahun 1987; 18. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten; 19. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 19 tahun 1989 tentang Merk; 20. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 21. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran; 22. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan; 23. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Dalam Pasal 4 Undang-undang Perlindungan Konsumen menyebutkan secara jelas bahwa konsumen berhak untuk mendapatkan kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang atau jasa, konsumen juga memiliki hak penuh untuk memilih barang dan jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi yang dijanjikan. Hal-hal yang diatur di dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen terdiri dari 15 Bab dan 65 Pasal dengan materi sebagai berikut : 116 1. Asas dan tujuan perlindungan konsumen; 2. Hak dan kewajiban konsumen; 3. Perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha; 4. Tanggung jawab pelaku usaha; 5. Pembinaan dan pengawasan penyelengaraan konsumen; 6. Badan perlindungan konsumen nasional; 7. Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat; 8. Penyelesaian sengketa konsumen; 9. Badan penyelesaian sengketa konsumen; 10. Penyidikan tindak pidana di bidang perlindungan konsumen; 116 Undang-undang Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999 Natalita Solagracia Situmorang : Pertanggungjawaban Rumah Sakit Terhadap Pasien Dalam Jasa Pelayanan Kesehatan Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen, 2009 11. Sanksi adminsitratif dan pidana.

C. Hak dan Kewajiban Pasien sebagai Konsumen

Perlindungan terhadap konsumen diberikan bertujuan agar konsumen dapat menuntut hak-hak yang selayaknya diperoleh setelah mereka melaksanakan kewajibannya. Selama ini sudah banyak konsumen yang sudah dirugikan baik secara materil maupun immateril oleh pelaku usaha, namun dari pihak konsumen kurang usahanya untuk menuntut hak-haknya. Kenyataan ini disebabkan konsumen kurang menyadari hal-hal apa saja yang menjadi haknya dan masih kurang untuk menjalani proses penuntutan hak-haknya yang lama dan rumit. Lahirnya Undang-undang Perlindungan Konsumen memberikan penjelasan mengenai hal yang menjadi hak-hak konsumen yang tercantum dalam Pasal 4 yaitu : 117 a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang danatau jasa, b. Hak untuk memilih barang danatau jasa serta mendapatkan barang danatau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan, c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur menangani kondisi dan jaminan barang danatau jasa, d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang danatau jasa yang digunakan, 117 Pasal 4 Undang-undang Perlindungan Konsumen No 8 Tahun 1999 e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut, f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen, g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif, h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi danatau penggantian, apabila barang danatau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya, i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. Selain memiliki hak yang dapat dituntut kepada pelaku usaha, konsumen juga memiliki kewajiban yang harus dipenuhi baik terhadap pelaku usaha maupun terhadap dirinya sendiri. Kewajiban tersebut dituangkan dalam Pasal 5 Undang- undang Perlindungan Konsumen yang berbunyi: 118 a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang danatau jasa, demi keamanan dan keselamatan. Inilah yang dimaksud tanggung jawab konsumen terhadap dirinya sendiri. Meskipun pelaku usaha telah mencantumkan informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan suatu barang danatau jasa, tetapi apabila konsumen tidak memperhatikan itu semua, maka kerugian bagi konsumen tidak dapat dihindarkan. Dalam hal ini konsumen tidak dapat menuntut ganti kerugian dari pelaku usaha. b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang danatau jasa. 118 Pasal 5 Undang-undang Perlindungan Konsumen No 8 Tahun 1999 Natalita Solagracia Situmorang : Pertanggungjawaban Rumah Sakit Terhadap Pasien Dalam Jasa Pelayanan Kesehatan Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen, 2009 c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati. Membayar harga yang telah disepakati merupakan kewajiban yang harus dipenuhi konsumen dalam setiap perjanjian dengan pelaku usaha, baik jual beli, sewa menyewa, dll. d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum dengan sengketa perlindungan konsumen secara patut. Sehubungan dengan hak dan kewajiban konsumen ini maka sejak lama sudah dikenal beberapa doktrin seperti doktrin Caveal Emptor 119 , doktrin Sanectity Contract 120 dan doktrin Caveal Venditor 121 . Sehubungan dengan masalah konsumen, pasien sebagai konsumen juga mempunyai hak dan kewajiban yaitu : Memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu merupakan bagian pemenuhan hak konsumen yang utama, yaitu hak untuk terpenuhi kebutuhan dasarnya. Sementara itu, sebagai pengguna jasa layanan konsumen, konsumen juga memiliki sederetan hak. 119 Caveat emptor adalah istilah latin untuk ‘let the buyer awaren konsumen harus berhati- hati. Hal ini berarti bahwa konsumen membeli sesuatu, maka ia harus waspada terhadap kemungkinan adanya cacat pada barang. Dalam Johannes Gunawan, bahan perkuliahan Pertanggungjawaban Produk, Program Pascasarjana magister Hukum Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, 1998. 120 Sanectity of Contract adalah doktrin yang memungkinkan produsen atau penjual “mengakali” konsumen. Menurut doktrin ini, sekali pembeli dan penjual mencapai kesepakatan, pengadilan akan memaksa mereka untuk melaksanakannya tanpa memperdulikan apakah kesepakatan itu adil bagi para pihak. Ibid 121 Caveat Venditor adalah doktrin yang menyatakan bahwa produsen tidak hanya bertanggungjawab kepada konsumen atas dasar tanggungjawab kontraktual. Karena produknya ditawarkan kepada semua orang, maka timbul kepentingan bagi masyarakat untuk mendapatkan jaminan keamanan jika menggunakan produk yang bersangkutan. Ibid Hak-hak pasien diantaranya yaitu : 122 1. Hak untuk memperoleh informasi tentang kondisi dan keadaan apa yang sedang mereka alami. Isi dan waktu pemberian informasi, sangat tergantung dari kondisi pasien dan jenis tindakan yang akan segera dilaksanakan. Informasi harus diberikan langsung kepada pasien dan keluarga; 2. Hak untuk bertanya atau mendiskusikan tentang kondisi atau keadaan dirinya dan apa yang mereka harapkan dari sistem pelayanan yang ada, dalam suasana yang dianggap memadai. Proses ini berlangsung secara pribadi dan didasari rasa saling percaya di antar kedua belah pihak; 3. Hak pasien untuk dilayani secara pribadi. Pasien harus diberitahu siapa dan apa peran mereka masing-masing staf klinik, peneliti, peserta pelatihan dan instrukturnya, penyedia dan sebagainya; 4. Hak untuk memutuskan secara bebas apakah menerima atau menolak suatu pengobatan. Persetujuan merupakan persyaratan dalam melakukan suatu tindakan. Menurut J.Guwandi, hak-hak pasien adalah sebagai berikut: 123 1. Hak atas pelayanan dan manusiawi; 2. Hak memperoleh asuhan perawatan yang bermutu baik; 3. Hak untuk memilih dokternya; 122 Abdul Bari Saiffudin, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta: JNPKR-POGI, 2001,hal 36 123 Loc.Cit, J.Guwandi, hal.93. Natalita Solagracia Situmorang : Pertanggungjawaban Rumah Sakit Terhadap Pasien Dalam Jasa Pelayanan Kesehatan Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen, 2009 4. Hak memerintah dokter yang merawat agar mengadakan konsultasi dengan dokter lain; 5. Hak atas ”privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita; 6. Hak untuk mendapatkan informasi tentang penyakitnya, tindakan medik yang hendak dilakukan, alternatif terapi lainnya, prognosis; 7. Hak meminta tidak diinformasikan tentang penyakitnya; 8. Hak untuk menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya; 9. Hak untuk didampingi keluarganya dalam keadaan kritis. Dalam bukunya Soedarmo Soejitno mengemukakan beberapa hak dasar diantaranya adalah berpartisipasi dalam membuat keputusan tentang penanganan yang menyangkut kesehatan dirinya, mengajukan keluhan atau pengaduan, memperoleh pergantian untuk kerugian yang dideritanya. 124 Selain mempunyai hak, pasien juga mempunyai kewajiban : 125 1. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan tata tertib rumah sakit; 2. Pasien wajib untuk menceritakan sejujur-jujurnya tentang segala sesuatu mengenai penyakit yang dideritanya; 3. Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter dalam rangka pengobatannya; 124 Soedarmo Soejitno, hal 116. Bandingkan juga dengan Pasal 4 dan Pasal 53 ayat 2, Pasal 55 Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 Jo PP 32 Tahun 1996 tentang Tenaga kesehatan Pasal 23. 125 Op.Cit, Abdul Bari Saifuddin, dkk, hal.93. Bandingkan dengan Pasal 5 Undang-Undang Kesehatan. 4. Pasien danatau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan atas jasa pelayanan rumah sakitdokter; 5. Pasien danatau penanggungnya berkewajiban untuk memenuhi segala perjanjian yang ditandatanganinya. Kewajiban pasien di rumah sakit yaitu : 126 1. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan tata-tertib rumah sakit; 2. Pasien wajib untuk menceritakan sejujur-jujurnya tentang segala sesuatu mengenai penyakit yan dideritanya; 3. Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instrusi dokter dalam rangka pengobatannya; 4. Pasien danatau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan atas jasa pelayanan rumah sakitdokter; 5. Pasien danatau penanggungnya berkewajiban untuk memenuhi segala perjanjian yang ditanda tanganinya. Hak pasien : 127 1. Hak atas informasi; 2. Hak memberi consent atas dilaksanakannya tindak medis tertentu; 3. Hak untuk memilih pemberi jasa dokter; 4. Hak untuk memilih sarana kesehatan; 126 Ibid 127 Siti Rahayu, http:ayoe01.multiply.comjournalitem1, diakses tanggal 21 Juli 2009 Natalita Solagracia Situmorang : Pertanggungjawaban Rumah Sakit Terhadap Pasien Dalam Jasa Pelayanan Kesehatan Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen, 2009 5. Hak atas rahasia medis; 6. Hak untuk menolak pengobatan perawatan; 7. Hak untuk menolak tindakan medis tertentu; 8. Hak untuk menghentikan pengobatanperawatan; 9. Hak untuk mendapatkan second opinion; 10. Hak untuk melihat rekam medis inzage. Pasien dalam praktek sehari-hari sering dikelompokkan sebagai berikut : 128 1 Pasien dalam, yaitu pasien yang memperoleh pelayanan tinggal atau dirawat pada suatu unit pelayanan kesehatan tertentu atau dapat juga disebut dengan pasien yang dirawat di Rumah Sakit; 2 Pasien LuarJalan, yaitu pasien yang hanya memperoleh pelayanan kesehatan tertentu ada disebut juga pasien jalan; 3 Pasien opname, yaitu pasien yang memperoleh pelayanan kesehatan dengan cara menginap dan dirawat di Rumah Sakit atau disebut juga dengan pasien rawat inap. Disisi lain, ada pendapat yang mengatakan “pada umumnya pasien dibedakan atas 2 dua macam, apabila dilihat dari cara perawatannya, yaitu pasien opname dan pasien berobat jalan”. 129 128 Op Cit, Dalmy Iskandar, hal.57 129 R. doel Djamili dan Lenawti Tedjapurnama, Tanggung Jawab Hukum Seorang Dokter Dalam Menangani Pasien, Jakarta: Abardin, 1988, hal.100. Pasien opname ini memerlukan perawatan khusus dan terus menerus secara teratur serta harus terhindar dari gangguan situasi dan keadaan dari luar yang sangat mempengaruhi proses penyembuhan penyakitnya bahkan dimungkinkan menghambat kesembuhan pasien. Biasanya pasien ini adalah pasien yang telah mendapat diagnosa dari dokter yang berkesimpulan bahwa pasien ini harus dirawat secara khusus. Dalam keadaan demikian dokter akan memerintahkan kepada pasien agar segera masuk ke Rumah Sakit untuk perawatan yang khusus lagi. Hal ini dimaksudkan agar pasien yang dianggap serius mengidap penyakitnya harus dirawat dan diawasi oleh dokter setiap saat. Dengan demikian perawatan yang dilakukan itu akan mengikuti cara-cara pengobatan secara teratur dan terus menerus sehingga diharapkan dalam waktu singkat pasien tersebut akan sembuh. 130 Dilain pihak, ada juga pasien yang diperbolehkan berobat jalan, artinya pasien ini dirawat secara teratur pada waktu-waktu tertentu saja. Pada umumnya pasien ini datang sendiri ke rumah sakit, klinik, puskesmas atau dokter praktek yang tujuannya hanya untuk menjaga kesehatannya, mempertingi kesehatan dan daya tahan tubuhnya terhadap serangan penyakit tertentu atau hanya sekedar berkonsultasi tentang kesehatan dan tidak perlu harus di-opname. Walaupun pasien tersebut tidak dirawat ditempat perawatan, akan tetapi dalam perawatan kesehatannya sama perlakuannya dengan pasien yang opname. Artinya diantara keduanya walaupun berbeda status tapi sama-sama harus mendapat perhatian yang khusus, yang membedakan hanyalah dalam hal tinggal atau tidaknya pasien di tempat perawatan tersebut. Pasien berobat 130 Loc.Cit, Ali Alkatiri, hal.35. Natalita Solagracia Situmorang : Pertanggungjawaban Rumah Sakit Terhadap Pasien Dalam Jasa Pelayanan Kesehatan Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen, 2009 jalan biasanya datang untuk berobat secara teratur pada waktu-waktu yang sudah disepakati, maka kelihatan adanya pengawasan yang tetap oleh dokter. 131 Sehubungan dengan pelayanan kesehatan yang dilakukan dokter pada Rumah Sakit, maka oleh KODEKI mengemukakan bahwa pasien mempunyai hak sebagai berikut : 132 1 Hak untuk hidup, hak atas tubuhnya sendiri dan hak untuk mati secara wajar; 2 Hak memperoleh penjelasan tentang diagnosa dan terapi dari dokter yang mengobatinya; 3 Hak prosedur diagnosis dan terapi dari dokter yang mengobatinya; 4 Hak untuk prosedur diagnosis dan terapi yang direncanakan, bahkan dapat menarik diri dari kontrak terapeutik; 5 Hak memperoleh penjelasan tentang riset kedokteran yang akan diikutinya; 6 Hak menolak atau menerima keikut sertaannya dalam riset kedokteran; 7 Hak untuk dirujuk kepada dokter spesialis kalau diperlukan dan dikembalikan kepada dokter yang merujuknya setelah selesai konsultasi atau pengobatan untuk memperoleh perawatan atau tindak lanjut; 8 Hak kerahasiaan dan rekam mediknya atas hal pribadi; 9 Hak memperoleh penjelasan tentang peraturan-peraturan Rumah Sakit; 10 Hak berhubungan dengan keluarga, penasehat atau rohaniawan dan lain-lainnya yang diperlukan selama perawatan di Rumah Sakit; 131 Ibid, hal 36. 132 Kode Etik Kedokteran Indonesia KODEKI 11 Hak memperoleh penjelasan tentang perincian biaya rawat inap, obat, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan roentgen, Ultrasonografi USG, CT- Scan, Magnetic Reconance Imaging MRI dan sebagainya, biaya kamar bedah, kamar bersalin, imbalan jasa dokter dan lain-lainnya. 133 Hak-hak sebagaimana disebutkan dalam Pasal 4 Undang-Undang Perlindungan Konsumen lebih luas daripada hak-hak dasar konsumen sebagaimana pertama kali dikemukakan oleh Presiden Amerika Serikat J.F. Kenddedy di depan kongres pada tanggal 15 Maret 1962 yaitu terdiri atas : 134 1 Hak memperoleh keamanan; 2 Hak memiliki ; 3 Hak untuk mendapatkan informasi; 4 Hak untuk di dengar. 135 Keempat hak tersebut merupakan bagian dari Deklarasi Hak-Hak Manusia yang dicanangkan PBB pada tanggal 10 Desember 1948. Dalam kerangka hukum perlindungan konsumen, pasien sebagai konsumen jasa pelayanan kesehatann mempunyai hak-hak dasar yang diakui secara International dan dilindungi pemahamannya. 136 133 Op. Cit, M. Yusuf Hanafiah Amri, hal.47. 134 Loc.Cit, Shidarta, hal.80. 135 Ahmadi Mira Sutarman Yudo, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2004, hal.38-39 136 Op.Cit, Siti Rahayu, http:ayoe01.multiply.comjournalitem1. Natalita Solagracia Situmorang : Pertanggungjawaban Rumah Sakit Terhadap Pasien Dalam Jasa Pelayanan Kesehatan Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen, 2009 Sebaliknya Soerjono Soekanto yang mengutip dari Leenen mengemukakan bahwa pasien mempunyai kewajiban mendasar yang harus dilaksanakan, berupa kewajiban moral dari pasien untuk memelihara kesehatan yaitu : 137 1 Memberikan informasi kepada tenaga kesehatan, sehingga tenaga kesehatan mempunyai badan yang cukup untuk mengambil keputusan. Hal ini juga sangat penting agar tenaga kesehatan tidak melakukan kesalahan. Landasannya adalah bahwa hubungan antara tenaga kesehatan dengan pasien merupakan hubungan hukum, yang didasarkan atas kepercayaannya sehingga sampai batas-batas tertentu dituntut adanya suatu keterbukaan; 2 Melaksanakan nasehat-nasehat yang diberikan tenaga kesehatan dalam rangka perawatan. Jika pasien meragukan manfaat nasehat itu, yang bersangkutan mempunyai hak untuk meminta penjelasan yang lebih mendalam; 3 Menghormati kerahasiaan diri dan kewajiban tenaga kesehatan untuk menyimpan rahasia kedokteran serta kesendiriannya privacy; 4 Memberikan ganti rugi, apabila tindakan-tindakan pasien merugikan tenaga kesehatan; 5 Berterus terang apabila timbul masalah dalam hubungan tenaga kesehatan dan rumah sakit baik yang berlangsung maupun tidak langsung. 138 Sedangkan M. Yusuf Hanafiah menyebutkan kewajiban pasien adalah sebagai berikut : 139 137 Ibid 138 Soerjono Soekanto, Segi-segi Hukum Hak dan Kewajiban Pasien Dalam Kerangka Hukum Kesehatan, Bandung: CV. Mandar Maju, 1990, hal.39-40. 1 Memeriksa diri sendiri pada dokter. Masyarakat perlu diberikan penyuluhan, bahwa pengobatan penyakit pada stadium dini akan lebih berhasil dan mengurangi komplikasi yang merugikan. Penyakit kanker stadium dini jelas pada umumnya dapat sembuh, jika diberikan terapi yang tepat, sedangkan pada stadium lanjut prognosisnya lebih buruk. Kadang kala pasienkeluarganya membangunkan dokter pada tengah malam, padahal ia telah menderita penyakit beberapa hari sebelumnya. Walaupun dokter harus siap melayani pasien setiap waktu, alangkah baiknya jika pasien dapat berobat pada jam kerja. Sebagai manusia biasa, dokter juga memerlukan istirahat yang cukup kecuali halnya dengan kasus gawat darurat emergency case. 2 Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang penyakitnya Informasi yang benar dan lengkap dari pasienkeluarga merupakan hal yang penting bagi dokter dalam membantu menegakkan diagnosis penyakit. Bila dokter dituntut malpraktek, tuntutan dapat gugur jika terbukti pasien telah memberikan keterangan yang menyesatkan atau menyembunyikan hal-hal yang pernah dialaminya. 3 Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter Pasien berkewajiban mematuhi petunjuk dokter tentang makan berpantang, minum, pemakaian obat-obat, istirahat, kerja, saat berobat berulang dan lain- lainnya. Pasien yang tidak mematuhi petunjuk dokternya, keberhasilan pengobatannya berkurang. 139 Op.Cit , M. Yusuf Hanafiah Amri, hal.50-51. Natalita Solagracia Situmorang : Pertanggungjawaban Rumah Sakit Terhadap Pasien Dalam Jasa Pelayanan Kesehatan Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen, 2009 4 Menandatangani surat-surat PTM, surat jaminan dirawat di Rumah Sakit dan lain sebagainya. Dalam kontrak terapeutik ada tindakan medik, baik untuk tujuan diagnosis maupun untuk terapi yang harus disetujui oleh pasien atau keluarganya, setelah diberikan penjelasan oleh dokter. Surat PTM yang sifatnya tulisan, harus ditanda tangani oleh pasien dan atau keluarganya. 5 Yakin pada dokternya dan yakin akan sembuh Pasien yang telah mempercayai dokter dalam upaya penyembuhannya, berkewajiban menyerahkan dirinya untuk diperiksa dan diobati sesuai kemampuan dokter. Pasien yang tidak yakin lagi pada kemampuan dokternya, dapat memutuskan kontrak terapeutik atau dokternya sendiri yang menolak meneruskan perawatan. 6 Melunasi biaya perawatan di Rumah Sakit, biaya pemeriksaan dan pengobatan serta honorarium dokter. Perlu ditekankan disini bahwa imbalan untuk dokter merupakan penghargaan yang sepantasnya diberi oleh pasienkeluarga atau jerih payah seorang dokter. Kewajiban pasien ini haruslah disesuaikan dengan kemampuannya dan besar kecilnya honorarium dokter tidak boleh mempengaruhi dokter dalam memberikan pelayanan kedokteran yang bermutu, sesuai standar pelayanan medik. Menurut H.T. Syamsul Bahri pada pidato pengukuhan jabatan Guru Besar pada Fakultas Hukum USU Medan pada tanggal 19 Agustus 1998 mengatakan bahwa “Seseorang yang menderita suatu penyakit yang meminta pada seseorang dokter untuk menyembuhkan penyakitnya dan dokter tersebut menyetujuinya maka pada saat itu terjadilah suatu persetujuan atau dengan perkataan lain terjadilah transaksi terapeutik antara dokter dan pasien. 140 Selanjutnya H.T. Syamsul Bahri mengemukakan bahwa : Jasa doker, perawat, Rumah Sakit dan pelayanan kesehatan sangat menentukan hidup matinya seseorang. Tetapi pada prakteknya pertimbangan aspek kemanusiaan yang dikenakan pada konsumen atau pasien masih subjektif. Keadaan tersebut jelas tidak menunjang keberhasilan pembangunan kesehatan. Oleh sebab itu perlindungan hukum terhadap kedua belah pihak antara kepentingan tenaga kesehatan dan pasien harus diutamakan. 141 Dari sudut pandangan sosiologis dapat dikatakan bahwa pasien maupun tenaga kesehatan memainkan peranan-peranan tertentu dalam masyarakat. Dalam hubungannya dengan tenaga kesehatan, misalnya dokter, tenaga kesehatan mempunyai posisi dominan apabila dibandingkan dengan kedudukan pasien yang awam dalam bidang kesehatan. 142 Pasien dalam hal ini, dituntut untuk mengikuti nasehat dari tenaga kesehatan yang mana lebih mengetahui akan bidang pengetahuan tersebut. Dengan demikian pasien senantiasa harus percaya pada kemampuan dokter tempat dia menyerahkan 140 Tan Kamelo, Butir-Butir Pemikiran Hukum Guru Besar Dari Masa ke Masa, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Fakultas Hukum USU, Pustaka Bangsa Press, 2003, hal.332. 141 Op.Cit, Soerjono Soekanto, hal.50. 142 Ibid Natalita Solagracia Situmorang : Pertanggungjawaban Rumah Sakit Terhadap Pasien Dalam Jasa Pelayanan Kesehatan Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen, 2009 nasibnya. Pasien sebagai konsumen dalam hal ini, merasa dirinya bergantung dan aman apabila tenaga kesehatan berusaha untuk menyembuhkan penyakitnya. Keadaan demikian pada umumnya didasarkan atas kerahasiaan profesi kedokteran dan keawaman masyarakat yang menjadi pasien. Situasi tersebut berakar pada dasar- dasar historis dan kepercayaan yang sudah melembaga dan membudaya di dalam masyarakat. Hingga kini pun kedudukan dan peranan dokter relatif lebih tinggi dan terhormat. 143 Pasien sebagai konsumen jasa di bidang pelayanan medis, dengan melihat perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan yang pesat, resiko yang dihadapi semakin tinggi. Oleh karena itu, dalam hubungan antara tenaga kesehatan dengan pasien, misalnya terdapat kesederajatan. Di samping dokter, maka pasien juga memerlukan perlindungan hukum yang proporsional yang diatur dalam perundang- undangan. Perlindungan tersebut terutama diarahkan kepada kemungkinan- kemunkinan bahwa dokter melakukan kekeliruan karena kelalaian. 144 Dalam kontrak terapeutik ada dua macam hak asasi yang merupakan hak dasar manusia, yang mana hal ini erat hubungannya dengan pasien dalam mengambil sikap yaitu : 145 1. Hak untuk menentukan nasibnya sendiri Hak ini baru mempunyai efek apabila manusia sebagai individu mendapat kesempatan apa yang menjadi tujuan hidupnya. Mandiri maksudnya, bahwa 143 Op.Cit, Wila Chandrawilala, hal.54. 144 Ibid, hal.55. 145 Ibid, hal.56. pasien bertanggung jawab penuh atas apapun keputusan yang telah diambilnya. Kemandirian dalam kaitannya dengan unsur pertanggungjawaban hanya dimiliki oleh mereka yang telah dewasa. Hak untuk menentukan nasib sendiri dapat diartikan dalam 2 hal yaitu : a. Hak untuk menentukan sejauh mungkin segala sesuatu yang berhubungan dengan tubuh dan rohani; b. Hak untuk merencanakan, membentuk dan mengembangkan dirinya sebagaimana yang dikehendaki. 2. Hak atas informasi Hak untuk menentukan nasib sendiri tidak mungkin terwujud secara optimal bila tidak didampingi oleh hak dasar atas informasi, karena keputusan akhir mengenai penentuan nasibnya sendiri itu dapat diberikan apabila pengambilan keputusan tersebut memperoleh informasi yang lengkap tentang segala untung dan ruginya apabila suatu keputusan tidak diambil. Hak pasien : 146 1. Hak atas informasi, adalah hak pasien untuk mendapatkan informasi dari dokter tentang hal-hal yang berhubungan dengan kesehatannya; 2. Hak atas persetujuan yaitu hak asasi pasien untuk menerima atau menolak tindakan medik yang ditawarkan oleh dokter, setelah dokter memberikan informasi; 146 Ibid, hal.57. Natalita Solagracia Situmorang : Pertanggungjawaban Rumah Sakit Terhadap Pasien Dalam Jasa Pelayanan Kesehatan Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen, 2009 3. Hak atas kerahasian kedokteran, yaitu keterangan yang diperoleh dokter dalam melaksanakan profesinya, dikenal dengan nama rahasia kedokteran. Dokter berkewajiban untuk merahasikan keterangan tentang pasien penyakit pasien. Kewajiban dokter ini menjadi hak pasien. Hak ini merupakan hak individu dari pada pasien. 4. Hak atas pendapat kedua second opinion, adalah kejasama antara dokter pertama dengan dokter kedua. Dokter pertama akan memberikan seluruh hasil pekerjaannya kepada dokter kedua, sehingga dengan keterbukaan dari para pakar, dapat menghasilkan pendapat yang lebih baik. 5. Hak untuk melihat rekam medik. Pengertian rekam medik yaitu, menurut Pasal 1 a Permenkes No.749a1989, ”rekam medik adalah berkas yang berisi catatan, dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan. 6. Pasien juga memiliki hak konfidensialitas, yaitu menjamin di depan meja hijau sekalipun bahwa semua informasi tentang dirinya, keadaan fisik dan penyakitnya, harus dipercayakan kepada dokter.

D. Hubungan Hukum Rumah Sakit, Dokter, dan Pasien

Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, ”berawal dari hubungan hukum antara dokter dengan pasien dalam bentuk transaksi atau kontrak terapeutik dengan pola hubungan horizontal kontraktual yang bertumpu pada 2 macam hak asasi, yaitu hak untuk menentukan nasib sendiri the right to self determination dan hak atas informasi the right to information” 147

1. Hubungan Hukum antara Dokter dan Pasien

Dokumen yang terkait

Perlindungan Konsumen Terhadap Jasa Pelayanan Tukang Gigi Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

12 99 88

Perlindungan hukum terhadap pasien sebagai konsumen jasa di bidang pelayanan medis berdasarkan kitab undang undang hukum perdata

0 6 97

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN SEBAGAI KONSUMEN PENGGUNA JASA PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT

0 3 109

PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) PADA RUMAH SAKIT ISLAM (RSI) IBNU SINA BUKITTINGGI DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 0 6

TANGGUNG JAWAB RUMAH SAKIT TERHADAP KESELAMATAN PASIEN TERKAIT PELAYANAN RUMAH SAKIT DALAM KEADAAN DARURAT BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT.

0 0 2

PERTANGGUNGJAWABAN PT. KALBE FARMA TERHADAP KORBAN OBAT ANESTESI BERMASALAH DI RUMAH SAKIT SILOAM MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 1 2

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK PASIEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT (STUDI PADA RUMAH SAKIT MULIA HATI WONOGIRI.

0 0 17

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN SEBAGAI KONSUMEN JASA PELAYANAN KESEHATAN DALAM TRANSAKSI TERAPEUTIK

0 0 15

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN SEBAGAI KONSUMEN JASA PELAYANAN KESEHATAN DALAM TRANSAKSI TERAPEUTIK

0 0 20

JURNAL ILMIAH PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PASIEN SEBAGAI KONSUMEN JASA TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 8 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

0 0 22