BAB II ANALISIS TANGGUNG JAWAB RUMAH SAKIT
TERHADAP KONSUMEN PASIEN DI INDONESIA
A. Hukum Perlindungan Konsumen
Setiap manusia pada dasarnya membutuhkan barang danatau jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia sangat beraneka ragam dan dapat
dibedakan atas berbagai macam kebutuhannya. Jika dilihat dari tingkatannya, maka kebutuhan konsumen dapat terbagi menjadi tiga yaitu kebutuhan primer, kebutuhan
sekunder, dan tertier. Selain itu, kebutuhan manusia juga dapat dibagi menjadi kebutuhan jasmani dan rohani.
Adanya bermacam-macam dan berbagai jenis kebutuhan tersebut maka setiap manusia akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik berupa barang
maupun jasa. Berbagai kebutuhan tersebut ditawarkan oleh pelaku usaha sehingga tercipta hubungan timbal balik antara konsumen dan pelaku usaha serta saling
membutuhkan satu dengan yang lainnya. Aneka ragam barang danatau jasa yang ditawarkan oleh para pelaku usaha kepada konsumen sebagai sebuah hubungan
timbal balik.
82
Terdapat saling ketergantungan dan membutuhkan antara konsumen dan pelaku usaha, sehingga sudah seharusnya kedudukan konsumen dan pelaku usaha
82
Purnadi Purwacaraka dan Soerjono Soekanto, Sendi-sendi Ilmu dan Tata Hukum, cetakan V, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1989, hal.43.
Natalita Solagracia Situmorang : Pertanggungjawaban Rumah Sakit Terhadap Pasien Dalam Jasa Pelayanan Kesehatan Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen, 2009
berada pada posisi yang seimbang. Namun dalam kenyataannya, kedudukan konsumen dan pelaku usaha tidaklah seimbang. Konsumen seringkali berada pada
posisi atau kedudukan yang lemah bila dibandingkan dengan kedudukan pelaku usaha.
83
Salah satu yang menyebabkan kedudukan konsumen lebih lemah bila dibandingkan dengan kedudukan pelaku usaha adalah konsumen pada umumnya
kurang mendapatkan akses informasi danatau informasi yang benar, jelas dan dapat dipertanggungjawabkan dari suatu barang atau jasa.
84
Konsumen tidak memiliki kesempatan dan sarana yang cukup untuk mengakses berbagai informasi yang
dibutuhkan dalam penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan suatu barang danatau jasa. Hal ini dapat terjadi karena pelaku usaha sebagai pihak yang memproduksi dan
menawarkan barang danatau jasa tidak memberikan informasi yang jelas mengenai keadaan, cara penggunaan atau jaminan atas barang danatau jasa yang ditawarkan
kepada konsumen. Kurangnya informasi dan akses informasi yang menyesatkan, mengelabui atau tidak jujur kepada konsumen demi kepentingan sepihak untuk
memperoleh keuntungan yang semaksimal mungkin tanpa memperdulikan konsumen. Kurangnya informasi dan akses informasi ini mempunyai dampak yang cukup besar
bagi konsumen, terutama dalam memperoleh kenyamanan, keselamatan danatau kesehatan dalam mengkonsumsi suatu barang danatau jasa.
85
83
Zumrotin K Susilo, Hak-hak Konsumen, cet.I, Jakarta: Puspa Swara, 1996, hal.11-14.
84
Ibid, hal.viii-ix
85
Happy Susanto, Hak-hak Konsumen Jika Dirugikan, Jakarta: Visimedia, 2008, hal.15.
Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa kedudukan konsumen berada pada posisi yang lemah bila dibandingkan dengan pelaku usaha. Ketidakseimbangan
kedudukan antara pelaku usaha dan konsumen inilah yang menyebabkan pentingnya suatu perlindungan konsumen ditegakkan dan dilaksanakan sesuai dengan peraturan
yang berlaku, yaitu Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen sehingga konsumen berada pada posisi seimbang dengan kedudukan
pelaku usaha. Sesuai dengan Pasal 2 UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,
perlindungan konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasarkan 5 lima prinsip yang relevan dalam pembangunan nasional, yaitu:
86
1. Prinsip Manfaat
Dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberi manfaat sebesar-besarnya bagi
kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan. 2.
Prinsip Keadilan Dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujukan secara maksimal
dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.
86
J.Satrio, Hukum Perikatan Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian, Buku I, Cetakan II, Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2001, hal.100.
Natalita Solagracia Situmorang : Pertanggungjawaban Rumah Sakit Terhadap Pasien Dalam Jasa Pelayanan Kesehatan Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen, 2009
3. Prinsip Keseimbangan
Dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam materil maupun spritual.
4. Prinsip Keamanan dan Keselamatan Konsumen