Ciri-ciri Cerpen Hakikat Cerpen

Dari berbagai pendapat para ahli, rumusan-rumusan tersebut tidak sama persis, juga tidak saling bertentangan satu sama lain. Hampir semuanya menyepakati pada satu simpulan bahwa cerita pendek atau cerpen adalah cerita rekaan yang pendek. Cerpen merupakan akronim dari cerita pendek. Karya sastra merupakan wujud dan bentuk dari perilaku yang diciptakan, contoh karya sastra yang sederhana adalah cerpen. Cerpen merupakan karya sastra yang menarik dan sederhana. Menceritakan sebuah konflik secara singkat dan lugas, namun memiliki unsur-unsur sastra yang menarik. Oleh karena itu, cerita pendek pada umumnya bertema sederhana. Jumlah tokohnya terbatas, jalan ceritanya sederhana dan latarnya meliputi ruang lingkup yang terbatas.

2. Ciri-ciri Cerpen

Pada dasarnya sebuah cerpen haruslah mengandung unsur-unsur: 1 interpretasi pengarang tentang konsepsinya mengenai penghidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung, 2 harus menimbulkan suatu empasan dalam pikiran pembaca, 3 harus menimbulkan perasaan pada pembaca sehingga pembaca merasa terbawa jalan cerita, cerpen pertama-tama menarik perasaan dan baru kemudian menarik pikiran, 4 mengandung perincian dan insiden-insiden yang dipilih dengan sengaja serta bisa menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dalam pikiran pembaca. Ukuran panjang pendeknya suatu karya sering dijadikan ciri pembeda yang cukup mudah untuk dikenali, tetapi ia bukanlah satu-satunya aspek. Ini seperti yang tampak pada cerita pendek, novella, novelet, dan novel. Selain unsur ukuran panjang, mereka juga dibedakan dari unsur yang lain, khususnya unsur penanganan plot dan perwataan tokoh-tokohnya. Ukuran panjang cerita pendek biasanya berkisar anatra 1500 sampai 15.000 kata, novella antara 20.000 sampai 25.000 kata, novelet antara 30.000 sampai 50.000 kata, dan novel sekitar 70.000 terkadang sampai 400.000 kata. Cerpen cenderung membatasi diri pada rentang waktu yang pendek daripada menunjukkan adanya perkembangan dan kematangan watak pada diri tokoh. Ia lebih tertarik penonjolan atau eksploitasi saat-saat kritis revelasi, baik internal maupun eksternal. Cerpen jarang menggunakan plot kompleks karena sekali lagi, ia lebih terfokus pada satu episode atau situasi tertentu saja, daripada pada rangkaian peristiwa. Selain itu ada beberapa informasi terkait cerpen antara lain mengenai materi cerita, plot dan penokohan. Materi cerita dalam cerpen disusun di atas semua topik yang memungkinkan. Materinya mencakup humor, petualangan, misteri, realism, drama, detektif, kajian psikologis tokoh, dan sebagainya. 7 Beberapa cerpen modern sendiri tidak memliki plot, sebagian besar masih dibangun secara konvensional. Ceritanya yang didasarkan pada gagasan sentral atau tema, biasanya dialirkan tanpa menunda-nunda sehingga pendahuluannya pendek dan to the point. Klimaks muncul di ujung, kadang- kadang di baris-baris akhir sehingga minat pembaca tetap ditahan hingga akhir cerita. Polanya adalah dengan menempatkan klimaks di awal-awal cerita lalu menggunakan metode kilas balik flashback untuk menunjukkan apa yang menyebabkan klimaks tersebut biasanya hanya ada satu aspek kehidupan yang digarap, dan dalam hal ini cerpen dibedakan dari novel, yang memang memuat banyak aspek. Bagaimanapun, sama dengan novel, cerpen yang baik memanfaatkan plot bukan sebagai tujuan akhir, melainkan sebagai alat untuk mengembangkan penokohan. Sedangkan dalam penokohan, jumlah tokoh biasanya tidak banyak, dan karena sempitnya ruang, mereka tidak digambarkan secara penuh. Simpulan yang dapat diambil berdasarkan uraian-uraian di atas yaitu ciri- ciri cerpen antara lain terdiri dari, alurnya lebih sederhana, tokoh yang 7 Furqonul Aziez dan Abdul Hasim, Menganalisis Fiksi Sebuah Pengantar, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, hlm. 34 dimunculkan hanya beberapa orang, dan latar yang dilukiskan hanya sesaat dan dalam lingkup yang relatif terbatas.

3. Perbedaan Cerpen dengan Novel