i. Seleksi lebih ketat dalam cerita pendek dibanding dalam novel.
j. Kelajuan dalam cerita pendek lebih cepat dibanding dalam novel.
k. Unsur-unsur kepadatan dan intensitas lebih diutamakan dalam cerita
pendek dibanding dalam novel. Kesimpulannya, secara umum perbedaan antara cerpen dan novel dapat
diuraikan dalam tabel berikut:
Tabel 1 Perbedaan Cerpen dan Novel
No Cerpen
Novel
1 Alur lebih sederhana
Alur lebih rumit dan lebih panjang. Ditandai oleh perubahan nasib pada diri
sang tokoh. 2
Tokoh yang dimunculkan hanya beberapa orang.
Tokohnya lebih banyak dalam berbagai karakter.
3 Latar yang dilukiskan hanya
sebentar dan sangat terbatas. Latar meliputi wilayah geografi yang
luas dan dalam waktu yang lebih lama. 4
Tema mengupas masalah yang relative sederhana
Tema lebih kompleks, ditandai oleh adanya tema-tema bawahan.
4. Unsur Intrinsik Cerpen
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang secara langsung membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah secara faktual dijumpai oleh pembaca saat
membaca karya sastra. Kepaduan antar unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah cerpen terwujud. Unsur intrinsik dalam cerpen terdiri dari tema, alur,
penokohan, latar, dan sudut pandang.
a Tema
Tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi ciptaan karya sastra. Sastra sendiri merupakan pencerminan
kehidupan bermasyarakat, oleh karena itu, dalam setiap cerita bisa terdapat berabgai macam tema. Tema sendiri bisa berupa permasalahan moral, etika,
sosial, agama, budaya, teknologi, dan tradisi yang erat hubungannya dengan masalah kehidupan. Tema jarang dituliskan secara tersurat oleh pengarangnya.
Untuk dapat merumuskan tema cerita fiksi, seorang pembaca harus terlebih dahulu mnegenali unsur-unsur intrinsik yang dipakai oleh pengarang untuk
mengembangkan cerita fiksinya.
9
Berbagai unsur fiksi seperti alur, penokohan, sudut pandang, latar, dan lain-lain akan berkaitan dan bersinergi mendukung
eksistensi tema. Dengan demikian, disimpulkan jika tema suatu cerita bisa beraneka ragam
dan tema biasanya ditulis secara tersurat oleh penulis. Suatu tema terbangun berdasarkan unsur-unsur yang berkaitan dengan tema itu dan secara bersinergi
mendukung eksistensinya.
b Alur atau Plot
Menurut Abrams the plot in a dramatic or narrative work is constituted by its events and actions, as these are rendered and ordered toward achieving
particular artistic and emotional effects.
10
Brooks dalam Tarigan menyatakan bahwa yang dimaksudkan dengan alur atau plot
adalah “struktur gerak yang terdapat dalam fiksi atau drama”
11
. Pada prinsipnya, suatu fiksi haruslah bergerak dari suatu permula, melalui suatu pertengahan menuju akhir yang
dalam dunia sastra lebih dikenal sebagai eksposisi, komplikasi, dan resolusi. Penjelasan-penjelasan tersebut memperlihatkan bahwa tiap peristiwa tidak
berdiri sendiri. Permulaan peristiwa mengakibatkan timbulnya peristiwa yang
9
E. Kosasih, Op. cit., hlm.61
10
Abrams, Op. cit, hlm. 224
11
Henry Guntur Tarigan, Op. Cit, hlm.126
lain, peristiwa yang lain itu akan menjadi sebab bagi timbulnya peristiwa berikutnya dan seterusnya sampai cerita tersebut berakhir.
Ada pula penjelasan mengenai eksposisi, komplikasi, resolusi, dan klimaks yang dikutip dalam Tarigan sebagai berikut:
a Eksposisi
Dalam suatu fiksi, eksposisi mendasari serta mengatur gerak yang berkaitan dengan masalah-masalah waktu dan tempat. Dalam eksposisi
inilah diperkenalkan para tokoh pelaku kepada para pembaca, mencerminkan situasi para tokoh, merencanakan konflik yang akan terjadi,
dan sementara itu memberikan suatu indikasi mengenai resolusi fiksi tersebut.
b Komplikasi
Bagian tengah atau komplikasi dalam suatu fiksi bertugas mengembangkan konflik. Tokoh utama menemui gangguan-gangguan,
halangan-halangan yang memisahkan serta menjauhkan dia dari tujuannya. Dia menemui masalah paham dalam perjuangannya menumpas
penghalang serta gangguan tersebut. c
Resolusi Resolusi atau bagian akhir adalah bagian akhir suatu fiksi. Di sinilah
sang pengarang memberikan pemecahan masalah dari semua peristiwa yang terjadi.
d Klimaks
Titik yang memisahkan komplikasi dengan resolusi disebut turning point atau klimaks. Justru pada klimaks inilah biasanya terdapat suatu
perubahan penting atau crucial shift dalam nasib, sukses atau tidaknya tokoh utama fiksi tersebut. jadi, klimaks adalah puncak tertinggi dalam
serangkaian puncak tempat kekuatan-kekuatan dalam konflik mencapai intensifikasi yang tertinggi.
Adapun jenis-jenis alur diantaranya berdasarkan kualitas kepaduannya dan berdasarkan isi ceritanya. Pada kualitas kepaduannya dibagi menjadi dua alur,
yaitu alur erat dan alur longgar. Alur erat adalah hubungan antara peristiwa
yang satu dengan yang lainnya begitu padu sehingga tidak memungkinkan apabila bagian-bagian pembentuk peristiwa itu dilesapkan. Alur longgar
adalah hubungan antara peristiwa yang satu dengan yang lainnya terjalin secara renggang. Pengarang menyelingi peristiwa-peristiwa yang ada itu
dengan peristiwa lainnya yang tidak begitu berhubungan dengan inti cerita sehingga bila peristiwa-peristiwa ditanggalkan maka tidak mengganggu
struktur cerita secara keseluruhan. Dan berdasarkan isi ceritanya ada bermacam-macam alur, yaitu alur gerak, alur pedih, alur tragis, alur
penghukuman, alur sinis, alur sentimental, alur kekaguman, alur kedewasaan, alur perbaikan, dan lain-lain.
12
Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa alur adalah rangkaian peristiwa yang membangun cerita, dengan adanya permulaan dan berlanjut pada sebuah
peristiwa sehingga datanglah sebuah konflik hingga mencapai klimaks dan berakhir dengan penyelesaian.
c Latar
Latar atau setting meliputi tempat, waktu, dan budaya yang digunakan dalam suatu cerita.
13
Secara singkat, Brooks menyatakan bahwa latar adalah “latar fisik, unsur tempat dan ruang, dalam suatu cerita”
14
Unsur prosa cerita yang disebut latar ini menyangkut tentang lingkungan geografi, sejarah, sosial,
dan bahkan kadang-kadang lingkungan politik atau latar belakang kisah itu berlangsung. Latar berfungsi untuk memperkuat atau mempertegas keyakinan
pembaca terhadap jalannya cerita ataupun pada karekter tokoh. Dari penjelasan tersebut maka latar merupakan penggambaran factual
yang meliputi tempat, waktu, dan budaya dalam suatu cerita. Ketiga hal tersebut mampu memperkuat jalannya suatu cerita, sehingga pembaca
menerima gambaran pelaku dan peristiwa yang terjadi pada cerita.
12 Kosasih, Op. Cit, hlm. 65-67 13 Ibid, hlm.67
14 Tarigan, Op. Cit., hlm. 136
d Tokoh dan Penokohan
Dilihat dari fungsi penampilan tokoh, dapat dibedakan ke dalam tokoh antagonis dan tokoh protagonis. Protagonis adalah tokoh yang memegang
peranan pimpinan dalam cerita. Tokoh ini adalah tokoh yang menampilkan sesuatu sesuai pandangan-pandangan kita, harapan-harapan kita, dan
merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal. Tokoh antagonis adalah tokoh penentang dari tokoh protagonis. Untuk
menggambarkan karakter seorang tokoh, pengarang dapat menggunakan teknik analitik dan teknik dramatik
. “teknik analitik, karakter tokoh diceritakan secara langsung oleh pengarang”
15
sedangkan teknik dramatik adalah karakter tokoh yang dilakukan melalui penggambaran fisik dan
perilaku tokoh, penggambaran lingkungan kehidupan tokoh, penggambaran tata kebahasaan tokoh, dan penggambaran oleh tokoh lain.
Penulis dapat menyimpulkan bahwa tokoh dan penokohan termasuk ke dalam salah satu unsur intrinsik yang sangat penting dan tidak mungkin
dipisahkan karena penokohan adalah cara seorang pengarang dalam mengembangkan karakter tokoh-tokoh.
e Sudut Pandang atau Point of View
Sudut pandang atau point of view adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita.
16
Secara garis besar, sudut pandang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu berperan langsung sebagai orang pertama, sebagai
tokoh yang terlibat dalam cerita yang bersangkutan dan hanya sebagai orang ketiga yang berperan sebagai pengamat.
Pada sudut pandang yang menggunakan orang pertama, oengarang memakai sitilah “aku” dalam ceritanya. Pengarang masuk ke dalam cerita
menjadi si “aku”, yaitu tokoh yang mengisahkan kesadaran dirinya sendiri
serta segala peristiwa atau tindakan yang diketahui, didengar, dilihat, dialami,
15 Kosasih, Op. Cit. hlm. 68
16
Ibid, hlm.69
dirasakan, serta sikapnya terhadap tokoh lain, kepada pembaca. Pembaca hanya menerima ap
a yang diceritakan oleh tokoh “aku”. Sebagai konsekuensinya, pembaca hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas
apa yang dilihat dan dirasakan tokoh si “aku” tersebut. Sudut pandang orang pertama dapat dibedakan lagi ke dalam dua golongan
berdasarka n peran dan kedudukan tokoh “aku” dalam cerita, yaitu “aku”
sebagai tokoh utama jika ia menduduki peran utama atau menjadi tokoh utama protagonis
dan “aku” sebagai tokoh tambahan jika ia hanya menduduki peran tambahan, menjadi tokoh tambahan protagonis, atau berlaku sebagai saksi.
Jadi, dalam sudut pandang pengarang bisa menjadi tokoh utama atau bisa menjadi tokoh tambahantokoh pembantu yang hanya berperan kecil.
Adapun pada sudut pandang orang ketiga, pengarang menjadi seseorang yang berada di luar cerita. Pengarang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan
mneyebut nama, atau menggunakan kata ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya tokoh utama, terus menerus disebut, dan sebagai variasi
digunakan kata ganti. Hal ini akan memudahkan pembaca dalam mengenali siapa tokoh yang diceritakan atau siapa yang bertindak.
5. Unsur Ekstrinsik Cerpen