1
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi latar belakang mengapa perlu dilakukan penelitian karakter kepemimpinan siswa, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat
penelitian, pembatasan masalah dan sistematika penulisan.
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu krisis terbesar dunia saat ini adalah krisis keteladanan. Salah satu penyebab utama adalah ketiadaan pemimpin yang visioner, kompeten, dan
memiliki integritas tinggi dalam kepemimpinannya. Pemimpin yang diharapkan adalah yang dapat merajut titik temu dari berbagai elemen yang berbeda baik dari
sisi ideologi, budaya, dan tradisi menjadi suatu tatanan masyarakat baru yang bergerak menuju peradaban baru. Dengan kata lain seorang pemimpin hendaknya
memiliki karakter yang kuat yang dapat menjadi teladan untuk kelangsungan orang yang dipimpinnya.
Krisis karakter kepemimpinan juga terjadi di Indonesia dewasa ini menyebabkan kekecewaan publik yang mengurangi kepercayaan sebagian besar
masyarakat. Bukan hanya pemimpin di tingkat pusat, pemimpin tingkat daerah pun disinyalir tidak memiliki kekuatan karakter. Dampak nyata dari lemahnya
karakter pemimpin adalah makin maraknya korupsi, kesemerawutan sistem tata kota, buruknya pelayanan kesehatan, hilangnya rasa keadilan, pendidikan yang
semakin kehilangan nurani welas asih yang berorientasi pada ahlak mulia dan lain
2 sebagainya. Hal ini menjadikan bangsa indonesia kian terpuruk dan jauh
ketinggalan dari bangsa-bangsa lain di dunia Antonio, 2009. Karakter, watak, sifat, atau trait adalah satu kualitas yang tetap terus
menerus dan relatif menetap yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasi seorang pribadi, suatu objek, atau kejadian Chaplin 2006. Dalam istilah lain,
karakter dapat diartikan sebagai ciri khas dari seseorang agar kita dapat mengenali siapa sebenarnya orang tersebut. Menurut Foerster dalam Muhibbin, 2007
karakter merupakan sesuatu yang mengkualifikasi seorang pribadi, dan karakter menjadi identitas yang mengatasi pengalaman pribadi yang sering berubah.
Karakter seseorang sangatlah penting karena dapat menunjukkan karakter bangsa pada umumnya, sehingga dengan kematangan pribadi serta karakter yang
kuat dari seseorang dapat menunjukkan seberapa kuat bangsa tersebut. Individu- individu yang memiliki karakter kuat tentunya dapat membentuk bangsa yang
kuat pula. Sebaliknya bila individu dari bangsa tersebut lemah, tentunya bangsa tersebut memiliki karakter yang lemah pula.
Karakter dalam diri manusia tidak ada dengan sendirinya, melainkan berproses. Proses penanaman nilai karakter kepemimpinan dapat dimulai dari
masa anak-anak karena karakter seorang pemimpin seyogianya harus sudah dimiliki sejak masa anak-anak, dengan tujuan agar kelak lahir calon pemimpin –
pemimpin bangsa yang berwawasan dan berkemanusiaan. Sehingga penanaman nilai-nilai kepemimpinan yang baik sejak dini sangatlah penting demi
terbentuknya karakter pemimpin yang baik dikemudian hari. Dan dalam proses pembentukan itulah perlu cara yang tepat. Dalam hal ini karakter kepemimpinan
3 perlu dirintis dari sekolah karena dinilai penting sebagai treatment awal
pembentuk karakter kepemimpinan. Sejalan dengan hal tersebut, Hurlock 2003 mengatakan bahwa masa kanak-kanak adalah masa dimana penanaman nilai-nilai
kehidupan berawal. Pembentukan karakter sejak dini dapat dilakukan melalui pendidikan. Baik
yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga pendidikan formal dalam hal ini sekolah ataupun lembaga-lembaga non formal lainnya, yang diharapkan mampu
mencetak generasi yang tangguh serta berkarakter. Kementrian pendidikan nasional telah merancang grand design pembelajaran pendidikan karakter yakni
pengelompokan konfigurasi karakter yang bermuara pada olahhati, olahpikir, olahraga, dan olahkarsa. Olah hati bermuara pada pengelolaan spiritual dan
emosional, olahpikir bermuara pada pengelolaan intelektual, olahraga bermuara pada pengelolaan fisik, sedangkan olahrasa bermuara pada pengelolaan kreativitas
Herawati, dalam Solo Pos 2010. Sekolah sebagai lembaga pendidikan adalah salah satu tempat penanaman
nilai pembentuk karakter kepemimpinan, dengan memberikan pendidikan karakter. Pendidikan karakter akan menumbuhkan kecerdasan emosi siswa yang
meliputi kemampuan mengembangkan potensi diri dan melakukan hubungan sosial dengan manusia lain UU Sisdiknas, 2003.
Untuk mencetak calon-calon pemimpin yang baik serta kompeten dalam bidangnya, dalam dunia kependidikan perlu diadakan alternatif-alternatif
penyampaian program kepada peserta didik melalui metode-metode yang baru dan menarik minat peserta didik. Alternatif penyampaian yang menarik dianggap
4 penting karena diharapkan dapat menarik minat peserta didik yang kemudian akan
menumbuhkan keinginan untuk terus belajar sehingga terbentuk suatu karakter dapat menjadi ciri individu yang diharapkan mampu menjadi identitasnya kelak di
masa datang. Dengan segala keterbatasan dalam dunia pendidikan nasional yang selama ini dijalankan, maka banyak pihak mencoba berbagai alternatif dalam
memberikan pendidikan kepada anak didik. Diantaranya home schooling, boarding school, sekolah alam dan lain-lain. Berbagai metode diterapkan demi
tercapainya tujuan pendidikan yang menghasilkan manusia atau peserta didik yang handal. Berbagai metode pendidikan tersebut intinya ingin memberikan
metode pembelajaran yang menyentuh tiga ranah belajar yaitu area kognitif, afektif dan psikomotorik. Di antara metode yang menarik adalah metode
outbound, yang oleh banyak pihak telah diuji coba dan terbukti efektif dalam menyelesaikan kebuntuan dalam proses belajar Asti, 2009.
Menurut Muhibbin 2007, metode pembelajaran yang efektif harus dapat menyentuh pada tiga aspek tingkatan proses belajar, yaitu area pemikiran
kognitif, perasaan afektif, dan aksi psikomotor. Ketiga unsur tersebut dapat dipadukan sekaligus dengan metode kegiatan belajar dari pengalaman experiental
learning. Sejalan dengan Muhibbin, Tony Stockwell dalam Gordon 2002 berpendapat bahwa untuk mempelajari sesuatu dengan cepat dan efektif kita
harus melihat, mendengar dan merasakan. Dengan karakteristik yang demikian, maka menurut penulis metode outbound adalah metode yang dapat mewakili
unsur-unsur tersebut. Diantaranya dalam permainan yang digunakan sebagai media penyampaian materi biasanya melibatkan ketiga aspek diatas. Kognitif
5 digunakan dalam rangka berfikir untuk penyelesaian masalah dan perasaan
biasanya dilibatkan untuk menimbang apakah keputusan yang diambil tidak merugikan diri sendiri serta orang lain dan aksi diperlukan untuk mencoba
menjalankan hal yang sudah diputuskan. Afani 2004 dalam penelitiannya menyimpulkan hasil yang signifikan
dalam reaksi, pemahaman pengetahuan, dan perubahan perilaku pada individu yang pernah mendapatkan treatment outbound. Sejak awal dikenalkan oleh sang
penggagas bahwa outbound dapat menyebabkan perubahan perilaku terutama karakter individu. Penelitian dalam penanaman karakter kepemimpinan melalui
outbound sejak lama menjadi perhatian para peneliti. Hahn dalam Neill 2004 sebagai penggagas outbound, mendefenisikan outbound sebagai training yang
melibatkan pikiran yang diteruskan ke tubuh dengan berusaha memberikan pengalaman menantang kepada para pemuda dengan format pengajaran yang
merangsang inner strength, karakter dan perubahan. Inti dari Outbund program adalah “development by challenge” perubahan berdasarkan pengalaman.
Program yang diberikan meliputi kemampuan berorganisasi, rescue training, tantangan fisik, dan adventurer. Selintas medium pengajaran yang digunakan
menitik beratkan pada pisik semata, tetapi dibalik itu sangat ber efek pada ranah psikologis dan sosial Neill 2004.
Metode outbound juga dapat dijadikan salah satu jalan keluar dari tingkat kejenuhan yang tinggi para peserta didik akan metode-metode konvensional yang
telah dilakukan selama puluhan tahun. Karena dalam outbound, penyampaian materi yang merupakan simulasi kehidupan yang komplek dibuat menjadi
6 sederhana, menggunakan pendekatan belajar dari pengalaman, dan yang paling
menarik adalah metode ini dilakukan dengan penuh kegembiraan karena penyampaiannya melalui permainan Ancok, 2002
Dalam hal ini sekolah alam sebagai pionir dalam dunia pendidikan di Indonesia telah menggunakan metode outbound sebagai tools dalam pendidikan
kepemimpinan yang diharapkan mampu menyumbang bibit-bibit pemimpin bagi bangsa ini kelak. Sekolah Alam Indonesia dengan penerapan metode outbound-
nya pula serta pendidikan berbasis alam yang diajarkan kepada peserta didiknya mampu menyedot perhatian publik sehingga untuk menyekolahkan anaknya orang
tua perlu antri dan menginap demi mendapatkan formulir pendaftaran detik.com. Dalam proses belajar menjadi seorang pemimpin, selain diperlukan aspek-
aspek di atas, diperlukan juga sebuah kerjasama yang kompak dalam segala hal yang menyangkut proses tersebut, terutama saat belajar di luar ruangan. Dengan
demikian, Sekolah Alam Indonesia, sebuah sekolah yang menjadikan alam terbuka sebagai kelas dan laboratorium, menjadikan metode outbound sebagai
media pembentuk karakter kepemimpinan disamping kurikulum akhlak dan logika berpikir. Metode outbound dipilih karena dirasa cocok dengan karakteristik
proses kegiatan belajar mengajar yang lebih banyak dilakukan di luar ruangan serta terdapat banyak pembelajaran pada tiap permainan yang dilakukan untuk
dapat menumbuhkan karakter kepemimpinan leadership pada setiap siswanya buku panduan Sekolah Alam Indonesia.
Terkait dengan penerapan metode outbound tersebut, maka diperlukan persiapan yang matang dalam berbagai aspek. Aspek tersebut meliputi kurikulum
7 yang berisi kegiatan-kegiatan atau permainan yang terkait unsur pembentuk
karakter kepemimpinan atau team building yang bisa merefleksikan proses memimpin dan dipimpin, sarana yang memadai terkait ketersedian alat terutama
alat-alat yang dapat menunjang proses permainan khususnya alat-alat safety yang direkomendasikan badan safety dunia, dan tidak ketinggalan tenaga pelaksana
yang handal fasilitator, observer dan rescuer, yang memiliki penguasaan materi dan metode pelatihan yang baik sebagai garansi untuk hal yang dijunjung tinggi
dalam dunia outbound, terutama faktor keselamatan Jaelani, 2008 Dari uraian diatas, penulis ingin melihat sejauh mana pengaruh outbound
program terhadap pengembangan karakter kepemimpinan siswa. Dari beberapa penelitian terdahulu yang ternyata signifikan mengubah reaksi, pengetahuan , dan
perilaku, penulis berargumen bahwa outbound sebagai metode alternatif pengembangan karakter serta penanaman nilai-nilai kepemimpinan di sekolah
sangat penting dilakukanuntuk mencetak pemimpin masa depan yang memiliki karakter yang kuat.
1.2 Pertanyaan penelitian