Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter

20 Dari hal-hal yang telah dikemukakan tentang kepemimpinan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa setiap pemimpin dituntut memiliki karakter serta kepribadian yang kesemuanya tidak ada dengan sendirinya melainkan berproses. Sehingga menarik untuk diteliti dan diangkat menjadi suatu wacana bagaimana kepribadian seorang pemimpin berkembang melalui proses belajar dari masa anak-anak, dalam hal ini peneliti akan melihat sejauh mana perkembangan karakter siswa yang telah mendapatkan pelatihan kepemimpinan melalui metode outbound.

2.1.2.1 Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter

Karakter dibentuk tidak melalui suatu proses yang singkat dan mudah. Karakter dibentuk melalui proses panjang yang membutuhkan konsistensi dan kesinambungan. Karakter, seperti juga kualitas diri yang lainnya, tidak berkembang dengan sendirinya. Perkembangan karakter pada setiap individu dipengaruhi oleh faktor bawaan nature dan faktor lingkungan nurture. Dalam hal apa yang mempengaruhi pengembangan karakter, Campbell dan Bond 1982 menyebutkan beberapa faktor utama dalam pengembangan moral dan perilaku remaja di Amerika kontemporer: 1. Heredity keturunan 2. Early Childhood Experience pengalaman awal masa kanak-kanak 3. Modeling by important adults and older youth pemodelan oleh orang dewasa berpengaruh dan orang yang lebih tua 4. Peer influence pengaruh teman sebaya 21 5. The general physical and social environment lingkungan fisik dan sosial umum 6. The communications media media komunikasi 7. What is taught in the schools and other institutions apa yang diajarkan di sekolah-sekolah dan lembaga lainnya 8. Specific situations and roles that elicit corresponding behavior. spesifik situasi dan peran yang menimbulkan perilaku yang sesuai. Sejalan dengan poin pertama, Kartono 2008 menyatakan bahwa banyak orang berpendapat bahwa kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang pemimpin merupakan ciri bawaan psikologis yang dibawa sejak lahir, yang ada khusus pada dirinya, dan tidak dipunyai orang lain born leader. Karena itu, sifat-sifat kepemimpinannya tidak perlu diajarkan pada dirinya juga tidak bisa ditiru oleh orang lain. Diantara sifat yang dimiliki adalah kepribadian yang unggul dengan bakat dan kharisma yang cemerlang disamping punya bakat seni memimpin yang tidak ada duanya. Faktor lainnya yang tidak kalah berpengaruh dalam perkembangan karakter kepemimpinan adalah faktor lingkungan diluar diri individu nurture. Diantara yang sangat mempengaruhi adalah lingkungan keluarga, peer group, dan sekolah. Bronfenbrenner dalam Santrock, 2007 dalam teori ekologi mengungkapkan bahwa perkembangan dipengaruhi oleh lima sistem lingkungan. Kelima sistem lingkungan itu memberikan kontribusi yang besar dalam perkembangan individu diantaranya, 22 1. Mikrosistem dimana individu tinggal meliputi keluarga, teman sebaya, sekolah dan tetangga. 2. Mesosistem mencakup hubungan antar mikrosistem misalnya hubungan pengalaman dikeluarga dan sekolah, pengalaman teman sebaya dan tempat ibadah 3. Ekosistem, dimana pengalaman dalam lingkungan sosial lain yang individu tidak ada peran aktif langsung mempengaruhi individu dalam konteks langsung contohnya pengalaman disekolah dengan banyak tugas mempengaruhi peran aktif anak dirumah. 4. Makrosistem, mencakup budaya dimana seseorang tinggal dalam hal ini adalah pola perilaku, keyakinan 5. Kronosistem mencakup pembuatan pola kejadian lingkungan dan transisi sepanjang kehidupan. Merujuk pendapat Bronfenbrenner tersebut konteks yang paling sering diteliti adalah konteks mesosistem Santrock,2007 kebanyakan penelitian mengungkapkan bahwa program khusus yang melibatkan keluarga sering dapat membuat perbedaan dalam prestasi anak. Sejalan dengan hal tersebut, Huitt 1999 mengungkapkan bahwa selain faktor nature yang ada dalam diri individu, sekolah memainkan peran penting dalam pembentukan karakter disamping peran keluarga dan masyarakat pada umumnya. Kartono 2007 mengatakan bahwa sebagian orang berpendapat dengan semakin banyaknya tujuan besar dari berbagai pihak dengan latar belakang dan kondisi sosial yang berbeda perlu dipersiapkan seorang pemimpin 23 yang akan menangani hal tersebut. Untuk itu perlu dipersiapkan, dilatih, dan dibentuk secara berencana serta sistematis. Pada mereka diberikan latihan dan pendidikan khusus untuk membiasakan bertingkah laku menurut pola-pola tertentu, agar mampu melaksanaka tugas-tugas kepemimpinan dan sanggup membawa kelompok atau orang-orang yang dipimpinnya ke sasaran yang ingin dicapai. Sekolah adalah salah satu tempat menyiapkan pemimpin, membentuk, melatih, dan memberikan pola tertentu sesuai dengan kebutuhan pemimpin. Paradigma pendidikan di indonesia saat ini sudah mendukung pembentukan karakter di sekolah, bobot atau persentase tentang pendidikan karakter perlu mendapatkan perhatian khusus mulai dari jenjang pra sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sampai perguruan tinggi. Sehingga perlu penegasan, penekankan kembali, dan menginginkan pendidikan karakter menjadi kesadaran semua pihak akan pentingnya pendidikan karakter Nuh, dalam pena pendidikan 2010. Pembentukan karakter disekolah sebagai tempat untuk mendidik, Walsh mendefinisikan pendidikan sebagai proses yang mempersiapkan kaum muda untuk warisan sosial mereka dan pendukung tiga dimensi pendidikan yakni pengembangan pengetahuan, pelatihan kemampuan mental, dan pengembangan karakter. Pengenalan tentang karakter kepemimpinan yang dilakukan dalam lingkungan sekolah dapat berupa rolling pergantianketua kelas, kepanitiaan 24 dalam kelas, dan lain sebagainya. Sedangkan pembinaan yang dilakukan di luar jam pelajaran bisa berupa kurikuler dan ekstra kurikuler. Salah satu kegiatan yang mendukung serta mengarahkan perilaku untuk membiasakan diri berbuat menurut pola tertentu sebagai sarana membentuk karakter kepemimpinan diantaranya dapat dilakukan dalam pelatihan outbound. Dalam hal ini outbound digunakan sebagai media menciptakan situasi tertentu yang menimbulkan perilaku sesuai yang diharapkan sejalan dengan poin kedelapan pendapat Campbell dan Bond 1982. Asti 2009 mengungkapkan bahwa dalam outbound, program kegiatan telah dirancang sedemikian rupa serta memiliki tujuan dan manfaat tertentu diantaranya komunikasi efektif, pengembangan tim, pemecahan masalah, kepercayaan diri, kepemimpinan, kerja sama, permainan yang menghibur, konsentrasi, dan sportifitas. Sehingga peserta akan mampu mengembangkan potensi diri baik secara individu maupun dalam kelompok. Keterampilan yang didapat melalui outbound adalah mengambil resiko dalam batas kewajaran. Pengalaman di alam terbuka memungkinkan seseorang untuk mengembangkan keberaniannya dalam upaya mempertahankan kelangsungan kelompoknya sehingga ”dipaksa” untuk bertindak berani dalam mengambil resiko. Juga peserta dilatih untuk bebas dari rasa ketergantungan pada batas-batas yang telah baku, konsep intelektual yang tidak terbatas kepada norma tertentu. Merujuk pada faktor tersebut penelitian ini bertujuan melihat sejauh mana outbound sebagai metode pengajaran mempengaruhi pembentukan karakter. 25

2.2.2.2 Metode Outbound sebagai Pembentuk Karakter