UIN Syarif hidayatullah Jakarta
Gambar 2.7 Neutrofil Theml, H et al, 2004 Neutrofil berfungsi untuk fagositosis yaitu menghancurkan benda
asing dari luar tubuh. Proses ini dibagi menjadi 4 tahap yaitu kemotaksis, perlekatan, penelanan, dan pencernaan. Apabila ada infeksi neutrofil akan
bergerak menuju tempat infeksi. Pergerakan ini dinamakan proses kemotaksis. Respons terjadi apabila ada substansi yang dihasilkan oleh
bakteri sehingga merangsang neutrofil untuk mendekat, selain itu opsonin atau antibodi juga akan merangsang proses kemotaksis.
2.6 INTERLEUKIN 1β
Interleukin-1 secara umum pada mulanya dikenal sebagai polipeptida yang merupakan derivat dari fagosit mononuklear yang meningkatkan
respons dari timosit terhadap aktivator poliklonal khususnya sebagai ko- stimulasi dari aktifasi sel T Syamhudi, et la 2005. IL-1 diproduksi
terutama antara lain oleh : makrofag, sel endotel, limfosit granuler, sel B, fibroblas, sel epitel, astrosit, dan osteoblas. IL-1 juga dapat disintesis oleh
hampir semua sel berinti. IL-1 bekerja terutama sebagai mediator pada imunitas non-spesifik bersama interferon dan tumor necrosis factor. IL-1
termasuk dalam golongan Sitokinin. Saat ini telah jelas bahwa fungsi IL-1 secara umum adalah sebagai
mediator dari respons inflamasi imunitas natural yaitu mengaktifkan sel T, merangsang sel T untuk memproduksi limfokin, co-factor untuk haemoptik
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
growth factor, menimbulkan panas, pelepasan ACTH, neutrofil dan respons akut sistemik lainnya, merangsang sintesis limfokin kolagen dan
kolagenase, mengaktifkan sel endotel dan makrofag, perantara dalam inflamasi, proses katabolik dan resistensi non spesifik terhadap bakteri.
2.7 ELISA
ELISA Enzym-Linked Immunosorbent Assay merupakan metode analisis yang diguanakan untuk menganalisa sitokin dan sejenisnya secara
spesifik dan mempunyai sensitifitas yang tinggi. Metode ini pertam kali diterapkan pada tahun 1971 dan semenjak tahun tersebut metode ini banyak
digunkan secara luas. Uji ini menyertakan monoclonal antibody yang digunakan sebagai
pelapis microtiter plate. Setelah penambahan sampel, antibodi yang spesifik yang ada di plate akan menangkap protein yang yang sesuai. misal : sitokin
lalu monoclonal antibody yang digunakan sebagai pendeteksi akan mengikat epitop yang lain pada protein tersebut. Deteksi antibodi diberi label dengan
biotin, yang memungkinkan ikatan subsquen enzim streptavidin-terkonjugasi. reagen yang tidak berikatan akan terbuang saat proses “washing”. Setelah
penambahan substrat, reaksi warna yang terbentuk berbanding lurus dengan jumlah protein terikat. Konsentrasi protein dalam sampel ditentukan denagn cara
dibandingkan dengan kurva standar konsentrasi protein yang telah dibuat berdasarkan standar
Sino biological.inc , 2015.
Gambar 2.8 Skema ilustrasi uji ELISA Sino biological.inc
, 2015. Ada beberapa macam jenis ELISA yang biasa digunakan dalam analisis,
diantaranya yaitu :
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
1. Direct ELISA Teknik ELISA ini merupakan teknik ELISA yang paling sederhana. Teknik
ini seringkali digunakan untuk mendeteksi dan mengukur konsentrasi antigen pada sampel ELISA direct menggunakan suatu antibodi spesifik
monoklonal untuk mendetaksi keberadaan antigen yang diinginkan pada sampel yang diuji.
2. Indirect ELISA ELISA indirect menggunakan suatu antigen spesifik monoklonal serta
antibodi sekunder spesifik tertaut enzim signal untuk mendeteksi keberadaan antibodi yang diinginkan pada sampel yang diuji.
3. Competitive ELISA Prinsip dasar dari teknik ini adalah dengan menambahkan suatu competitor
ke dalam lubang mikrotiter. Teknik ELISA kompetitif ini dapat diaplikasikan untuk mendeteksi keberadaan antigen atau antibodi.
4. Sandwich ELISA Teknik ELISA yang menggunakan dua antibodi primer dan sekunder. Pada
teknik ELISA ini, antibodi kedua sekunder akan dikonjugasikan dengan enzim yang berfungsi sebagai signal.
2.8 HEWAN UJI Mencit Mus Muskulus