26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL OPTIMASI EKSTRAKSI
Bahan Nigella sativa L. yang digunakan untuk penelitian ini telah diuji pada penelitian sebelumnya dan telah dideterminasi di Herbarium Bogoriense,
pusat penelitian biologi LIPI, Bogor Jawa barat. Hasil determinasi menunjukan bahwa sampel yang digunakan adalah jinten hitam Nigella sativa L. famili
Ranunculae Alawiyah, 2012 . Metode ekstraksi pertama dilakukan dengan menggunakan metode
penelitian Nabil Hailat tahun 1998. Dari 500 gram Nigella sativa L yang digunakan untuk proses ekstraksi didapat rendemen sebanyak 200 gram
polisakarida. Hasil ekstraksi polisakarida hitam pekat dengan bau khas Nigella sativa L.
Gambar 4.1 Hasil ekstraksi polisakarida Nigella sativa L metode pertama. Identifikasi awal polisakarida hasil ekstraksi ini adalah dengan uji
kualitatif. Uji pertama yang digunakan adalah metode reaksi Barfoed. Uji ini dilakukan dengan cara menambahkan 1 ml larutan polisakarida dengan larutan
Barfoed sebanyak 2 ml, kemudian dipanaskan hingga beberapa saat. Jika terdapat kandungan sakarida akan terbentuk endapan warna merah bata.
Semakin lama terbentuknya lapisan merah bata menunjukan semakin komplek susunan sakarida yang ada di dalam larutan. Hasil uji ini menunjukan bahwa
ada warna merah bata pada lapisan ekstrak. Hal ini menunjukan adanya karbohidrat jenis tertentu.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.2 Hasil uji Barfoed polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. Warna merah bata terbentuk karena adanya gugus aldehid atau keton
gula pereduksi bebas dalam molekul karbohidrat. Umumnya yang teridentifikasi dengan uji ini adalah golongan monosakarida dan disakarida.
Selain uji Barfoed dilakukan juga uji Benedict. Uji ini tidak berbeda jauh hasilnya dengan uji barfoed. Hasil uji ini juga menunjukan hasil warna
merah bata pada hasil ekstraksi polisakarida yang diperoleh.
Gambar 4.3 Hasil uji Benedict polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. terbentuk warna merah bata pada tabung tengah
Uji selanjutnya dengan metode kuantitatif. Pengujian ini dilakukan di laboratorium PT. Saraswanti Indo Genetech, Bogor. Metode yang digunakan
untuk mengetahui kadar polisakarida terutama karbohidratnya adalah dengan menggunakan metode luff schoorl. Hasil uji menunjukan kadar karbohidrat
total yang diperoleh dari metode ekstraksi ini adalah sebesar : 3,81 ,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sedangkan kadar inulin sebesar : 0,08 yang diperoleh dengan metode pengukuran dengan alat HPLC.
Metode ekstraksi polisakarida yang kedua menggunakan metode penelitian Toneli pada tahun 2008. Ekstraksi polisakarida Nigella sativa L.
dilakukan sebanyak 3 kali 90 gram ekstraksi, hasil dari ekstraksi sebanyak 14,5 gram polisakarida rendemen hasil ekstraksi sebesar16,5 . Polisakarida
hasil ekstraksi yang dihasilkan berwarna putih keabu-abuan memiliki bau khas Nigella sativa L.
Gambar 4.4 Hasil Ekstraksi Polisakarida Nigella sativa L. Pengukuran kadar air yang diperoleh dari hasil percobaan ini adalah
18,12 . Pengujian kadar air dilakukan untuk menetapkan residu air setelah proses pengentalan atau pengeringan. Kadar air merupakan standar acuan
sebagai indikasi mutu ekstrak. Hasil ekstraksi polisakarida Nigella sativa L ini merupakan ekstrak kental sesuai dengan kriteria dari VOIG yaitu 5 – 30 .
Kadar abu polisakarida yang diperoleh dari hasil ekstraksi ini adalah sebesar 6,8 . Kadar abu dilakukan bertujuan untuk memberi gambaran
kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari Kadar abu yang diperoleh dari proses awal sampai akhir terbentuknya ekstrak. Pada proses ini
ekstrak dipanaskan pada suhu senyawa organik terdekstruksi hingga tersisa unsur mineral dan anorganik saja. Data ini menunjukkan bahwa kadar abu
polisakarida jinten hitam Nigella sativa L. dibawah kadar maksimal persentase kadar abu untuk ekstrak berdasarkan materia medika indonesia
sebesar 14 Depkes, 1980.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dari hasil uji analisa di laboratorium PT. Saraswanti Indo Genetech bogor diperoleh hasil kadar karbohidrat dari metode ekstraksi kedua ini adalah
sebesar 3,98 , sedangkan inulin sebesar 3,19 . Hasil ini lebih besar dibandingkan dengan metode ekstraksi pertama, sehingga dalam penelitian ini
metode yang kedua digunakan sebagai metode baku yang dipakai untuk ekstraksi
polisakarida karena diduga inulin merupakan zat aktif yang berkhasiat sebagai imunomodulator.
4.2 TOTAL LEUKOSIT