perkenan dari Allah, oleh karena itu segala pujian yang terima harus pulangkan kepada tuhan yang paling berhak atas segala pujian.
B. Visi keberagamaan
1. bahwa keyakinan kepada suatu agama adalah merupakan hak asasi dan
tidak boleh dipaksakan. Visi ini juga merupakan visi wahyu la ikraha fiddin, Q2:256.
2. agama dalam arti keyakinan dan peribadatan tidak mengenal toleransi,
oleh karena itu setiap orang beragama tidak boleh mencampuri urusan agama lain, sebaliknya memberi kemerdekaan sepenuhnya kepada setiap
pemeluk agama untuk menjalankan ibadah dan keyakinannnya. Visi ini juga merupakan visi wahyu, yaitu, lakum dinukum waliyadin: agamamu
ya agamamu, agamaku ya agamaku, tidak perlu bertoleran kepada agama yang ;lain tetapi orang yang beragama harus memberi kebebasan kepada
orang lain menjalankan agamanya. Agama tidak dituntut untuk toleran, tetapi penganut agama secara sosial wajib toleran kepada penganut agama
yang lain. 3.
kesalihan individual dalam beragama harus sejalan dengan kesalihan sosial, saleh secara vertical dan saleh secara horizontal, kata salih berasal
dari kata kata salaha-sulh-maslahat,mengandung arti baikdamai dan patuh. Orang yang saleh pasti baik konstruktif damai dengan lingkungan
dan patuh secara sosial.
24
4. visi keberagamaan religiuitas itu menyentuh kepada aspek-aspek
kehidupan; a.
Pluralitas etnik ras, budaya, bahasa dan agama b.
Nasionalitas; yakni kesadaran berbangsa c.
Hak asasi manusia; visi HAM menurut agama menyebut adanya lima aspek kemanusiaan yang dilindungi hak haknya alkulliyatul
khams yakni perlindungan kepada jiwa atau diri hifdz annafs, keyakinan agama hifdz din harta hifdzul mal intelektual
hifdzul aqal dan kesucian keturunan Hifdz Nasl. d.
Demokrasi, yakni mengembangkan musyawarah menghormati hal mayoritas dan melindungi hak hak minoritas. Musyawarah bukan
untuk mencari kemenangan, tetapi mencari kebenaran dan kebaikan.
e. Kemaslahatan, tujuan semua agama adalah kemaslahatan
kebaikan baik untuk individu, keluarga maupun masyarakat. f.
Kesetaraan jender secara proporsional setiap, orang dihormati dan diapresiasi bukan karena faktor jender, tetapi karena kehormatan
diri dan kapasitas.
C. Visi kebudayaan