Tinjauan Umum mengenai GATT

84 BAB IV KEDUDUKAN LARANGAN EKSPOR MINERAL MENTAH TERHADAP PRINSIP-PRINSIP GENERAL AGREMENT ON TARIFFS AND TRADE GATT

A. Tinjauan Umum mengenai GATT

Dewasa ini kegiatan negara di bidang perdagangan internasional diatur sekumpulan peraturan internasional yang cukup rumit yang ketentuan-ketentuan pokoknya termuat dalam General Agreement on Tariffs and Trade GATT yang ditandatangani negara-negara pada tahun 1947. Disepakatinya GATT didasarkan pada pertimbangan bahwa hubungan antara negara di bidang perdagangan dan ekonomi harus dijalankan dengan sasaran untuk meningkatkan standar hidup, menjamin lapangan kerja dan meningkatkan penghasilan dan pemenuhan kebutuhan, pemanfaatan sumber-sumber daya dunia sepenuhnya, serta memperluas produksi serta pertukaran barang. Cara mencapai tujuan-tujuan ini adalah dengan mengadakan pengaturan timbal balik dan saling menguntungkan untuk mengurangi tarif dan hambatan-hambatan perdagangan lain, serta menghilangkan diskriminasi dalam perdagangan internasional. 182 General Agreement on Tariffs and Trade adalah perjanjian internasional, multilateral, yang mengatur perdagangan internasional sesudah Perang Dunia Ke- II dan didirikan tahun 1948. GATT lahir setelah Perang Dunia Ke-II, setelah negara industri di Barat mengalami banyak proteksionisme dan semangat autarki yang berkembang setelah depresi besar tahun 1930-an. Pada masa tersebut, setiap negara membatasi perdagangan impor atau ekspor. Alasannya ialah proteksi untuk 182 Hata, Perdagangan Internasional Dalam Sistem GATT dan WTO Aspek-aspek Hukum dan Non Hukum Bandung: PT. Refika Aditama, 2006, hlm.1-2. produsen, proteksi untuk konsumen, masyarakat, neraca pembayaran, pertanahan, dan keamanan. 183 Sebagaimana aslinya pada waktu disepakati di tahun 1947, General Agreement on Tariffs and Trade atau GATT merupakan produk negara maju dengan tujuan utama menyusun an open international economic regime suatu pengaturan ekonomi internasional yang bebas dan terbuka yang didasarkan pada prinsip-prinsip transparansi transparency, non-diskriminasi non-discrimination or Most-Favored Nations, perlakuan nasional national treatment dan resiprositas reciprocity, di atas prinsip-prinsip mana hubungan dagang antara negara diharapkan dapat berjalan dengan serasi, dalam kesepakatan mana perdagangan dunia diharapkan dapat meningkat dengan pesat yang pada gilirannya akan memicu peningkatan pendapatan real dunia. 184 1. Sejarah terbentuknya GATT Pada awalnya GATT ditujukan untuk membentuk International Trade Organization ITO, suatu badan khusus PBB yang merupakan bagian dari sistem Bretton Woods IMF dan Bank Dunia. Faktor pendorongnya adalah keinginan untuk bangkit dari kehancuran akibat Perang Dunia II dan mengakhiri pengaruh sistem proteksionisme yang berkembang sejak awal tahun 1930. 185 183 Hendra Halwani, Ekonomi Internasional Globalisasi Ekonomi Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002, hlm.333-334. Meskipun Piagam ITO akhirnya disetujui dalam UN Conference on Trade and Development di Havana pada bulan Maret 1948, proses ratifikasi oleh lembaga-lembaga legislatif negara tidak berjalan lancar. Tantangan yang paling serius berasal dari 184 H.Gofar Bain, Uruguay Round dan Sistem Perdagangan Masa Depan Jakarta: Djambatan, 2001, hlm.1. 185 Direktorat Perdagangan dan Perindustrian Multilateral, Direktorat Jenderal Multilateral Ekonomi Keuangan dan Pembangunan, Departemen Luar Negeri, WTO World Trade Organization Jakarta, Oktober, 2003. hlm.2. Kongres Amerika Serikat, yang walaupun sebagai pencetus, AS tidak meratifikasi Piagam Havana dan ITO secara efektif tidak dapat dilaksanakan. 186 Meskipun tidak pernah berlaku, namun minimnya ratifikasi tersebut tidak menyebabkan GATT menjadi tidak berlaku. Para perunding GATT mengeluarkan suatu perjanjian internasional baru, yaitu the Protocol of Provisional Application, suatu protocol perjanjian yang memberlakukan GATT untuk sementara provisional. 187 Dengan diberlakukannya Protocol of Provisional Application, akhirnya GATT dapat beroperasi antara tahun 1948-1994. Secara de facto, GATT mampu mencapai hasil yang signifikan dalam meliberalisasi perdagangan dunia. Salah satu kunci keberhasilan GATT adalah pengurangan tarif diantara para pihak anggota GATT. 188 Hampir setengah abad, teks legal GATT masih tetap sama sebagaimana pada tahun 1948 dengan beberapa penambahan diantaranya bentuk persetujuan “plurilateral” disepakati oleh beberapa negara saja dan upaya-upaya pengurangan tarif. 189 Masalah-masalah perdagangan diselesaikan melalui serangkaian perundingan multilateral yang dikenal dengan nama “Putaran Perdagangan” trade round, sebagai upaya untuk mendorong liberalisasi perdagangan internasional. 190 Pada tahun 1954-1955, teks GATT mengalami perubahan. Ada dua perubahan penting yang terjadi. Pertama, dikeluarkan protocol yang mengubah 186 Ibid. 187 Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006, hlm.106. 188 Meria Utama, Hukum Ekonomi Internasional Jakarta: Fikahati Aneska,2012, hlm.39. 189 Tarif adalah pajak yang dipungut atas barang yang diimpor. Atau dapat pula diartikan sebagai pajak yang dikenakan atas barang yang diangkut dari suatu wilayah kekuasaan politik satu ke wilayah lain. Lihat : Hata, Op.Cit., hlm.90. 190 Ibid. bagian 1 dan Pasal XXIX dan XXX dan protocol yang mengubah preambule dan bagian 2 dan 3. Protokol pertama mensyaratkan penerimaan oleh semua negara peserta. Namun karena Uruguay tidak meratifikasinya, protocol ini menjadi tidak berlaku sejak tanggal 1 Januari 1968. Sementara itu, protocol kedua mulai berlaku sejak tanggal 28 November 1957. 191 Pada tahun 1965, GATT mendapat tambahan bagian baru, yaitu bagian keempat. Bagian ini berlaku secara de facto tanggal 8 Februari 1965 dan mulai berlaku efektif tanggal 27 Juni 1965. Bagian ini khusus mengatur kepentingan perluasan ekspor bagi negara-negara sedang berkembang Pasal XXXVI-XXXVIII. 192 Selama 5 putaran berturut-turut 193 , perundingan perdagangan GATT hanya memusatkan pada upaya penurunan tarif lebih lanjut. Baru kemudian dalam Kennedy Round dipertengahan tahun 1960-an ditambahkan Anti-dumping Agreement 194 . Selanjutnya Tokyo Round 195 di tahun 1970-an mengambil langkah- langkah penting pertama menghadapi hambatan dagang tidak dalam bentuk tarif, dan berupaya juga untuk lebih menyempurnakan sistem yang berlaku. Putaran ke- delapan, yaitu Uruguay Round 196 191 Huala Adolf, Op.Cit.,hlm.106. 1986-94, sebagai yang terakhir dan sangat luas cakupannya dibandingkan dengan putaran-putaran sebelumnya, kemudian 192 Ibid. 193 5 putaran yang dimaksud terdiri atas; 1 putaran Geneva 1947, 2 putaran Anneey 1949, 3 putaran Uruguay 1951, 4 putaran Geneva 1956, 5 putaran Dillon 1960-61, lihat : https:www.wto.orgenglishthewto_ewhatis_etif_efact4_e.htm 194 Dumping adalah keadaan dimana sebuah perusahaan menjual produknya di negara lain lebih murah dari harga normal pasar dalam negerinya, Sedangkan Anti-dumping Agreement diartikan sebagai persetujuan WTO yang tidak bersifat menghakimi tapi lebih memfokuskan pada tindakan-tindakan yang boleh dilakukan oleh negara untuk mengatasi dumping. Lihat : Direktorat Perdagangan dan Perindustrian Multilateral, Direktorat Jenderal Multilateral Ekonomi Keuangan dan Pembangunan, Departemen Luar Negeri, Op.Cit., hlm.32. 195 Hasil dari Tokyo Round terkait dengan kebijakan Tariffs, non-tariff measures, “framework” agreement. Lihat : https:www.wto.orgenglishthewto_ewhatis_etif_efact4_e.htm 196 Hasil dari Uruguay Round terkait kebijakan Tariffs, non-tariff measures, rules, services, intellectual property, dispute settlement, textiles, agriculture, creation of WTO mengarahkan pada pembentukan World Trade Organization WTO dan seperangkat kesepakatan perdagangan yang baru. 197 2. Tujuan dan fungsi GATT Tujuan pembentukan GATT adalah untuk menciptakan suatu iklim perdagangan internasional yang aman dan jelas bagi masyarakat bisnis, serta untuk menciptakan liberalisasi perdagangan yang berkelanjutan, lapangan kerja dan iklim perdagangan yang sehat. Untuk mencapai tujuan itu, sistem perdagangan internasional yang diupayakan GATT adalah sistem yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di seluruh dunia. 198 Tujuan utama GATT dapat tampak dengan jelas pada preambule-nya. Pada pokoknya ada empat tujuan penting yang hendak dicapai GATT: 199 a. Meningkatkan taraf hidup umat manusia; b. Meningkatkan kesempatan kerja; c. Meningkatkan pemanfaatan kekayaan alam dunia; dan d. Meningkatkan produksi dan tukar-menukar barang. Ada tiga fungsi utama GATT dalam mencapai tujuannya; Pertama, sebagai suatu perangkat ketentuan aturan multilateral yang mengatur transaksi perdagangan yang dilakukan oleh negara-negara anggota GATT dengan memberikan suatu perangkat ketentuan perdagangan the ‘rules of the road’ for trade; Kedua, sebagai suatu forum wadah perundingan perdagangan. Di sini diupayakan agar praktik perdagangan dapat dibebaskan dari rintangan-rintangan yang mengganggu liberalisasi perdagangan. Selain itu, GATT mengupayakan agar aturan atau praktik perdagangan demikian itu menjadi jelas predictable, 197 H.Gofar Bain, Op.Cit., hlm.112. 198 Huala Adolf, Op.Cit.,hlm.98. 199 Ibid. baik melalui pembukaan pasar nasional atau melalui penegakan dan penyebarluasan pemberlakuan peraturannya; Ketiga, GATT adalah sebagai suatu ‘pengadilan’ internasional di mana para anggotanya menyelesaikan sengketa dagangnya dengan anggota-anggota GATT lainnya. 200 3. Sekilas mengenai prinsip-prinsip GATT a. Prinsip non-diskriminasi. Prinsip ini meliputi: Prinsip Most Favoured Nation MFN principle, dan prinsip National Treatment NT Principle: 1 Prinsip most favoured nation MFN Prinsip ini diatur dalam Article section 1 GATT 1947, yang berjudul General Favoured Nation Treatment, merupakan prinsip Non Diskriminasi terhadap produk sesama negara-negara anggota WTO. 201 Pada pokoknya, klausul MFN ini adalah prinsip non- diskriminasi di antara negara-negara. Prinsip ini mensyaratkan suatu negara harus memberikan hak kepada negara lainnya sebagaimana halnya ia memberikan hak serupa kepada negara ketiga. 202 Pada umumnya klausul MFN mempunyai dua bentuk, MFN bersyarat conditional dan MFN tidak bersyarat unconditional. Berdasarkan klausul MFN bersyarat, apabila suatu negara memberikan keistimewaan kepada negara ketiga, maka ia wajib untuk memberikan perlakuan yang sama kepada negara partnernya B, hanya setelah B telah memberikan perlakuan istimewa dengan menyepakati keuntungan timbal balik yang sama kepada mereka 200 Ibid. 201 Muhammad Sood, Op,Cit., hlm.41. 202 Huala A dolf, Hukum Ekonomi Internasional Bandung: CV Keni Media, 2005, hlm. 26 yang telah diberikan oleh A. 203 Sedangkan suatu klausul MFN yang tidak bersyarat mensyaratkan suatu negara A yang memberikan keistimewaan kepada suatu negara ketiga secara otomatis dan tanpa bersyarat memberikan perlakuan yang istimewa yang sama kepada partnernya B, tanpa persyaratan resiprositas dari B . 204 2 Prinsip perlakuan nasional national treatment Prinsip perlakuan nasional atau acapkali disebut juga sebagai klausul perlakuan national merupakan salah satu pengejawantahan dari prinsip non-diskriminasi. 205 Prinsip ini diatur dalam Article III GATT 1947, berjudul “National Treatment on International Taxation and Regulation”, yang menyatakan bahwa, ’this standard provides for inland parity that is say equality for treatment between nation and foreigners”. 206 Prinsip atau klausul ini mensyaratkan suatu negara untuk memperlakukan hukum yang sama yang diterapkan terhadap barang-barang, jasa-jasa atau modal asing yang telah memasuki pasar dalam negerinya dengan hukum yang diterapkan terhadap produk- produk atau jasa yang dibuat di dalam negeri. 207 b. Prinsip resiprositas reciprocity principle Prinsip resiprositas Reciprocity Principle yang diatur dalam Article II GATT 1947, mensyaratkan adanya perlakuan timbal balik di antara sesama negara anggota WTO dalam kebijaksanaan perdagangan internasional. Artinya apabila suatu negara, dalam kebijaksanaan 203 Ibid. 204 Ibid. 205 Hualaa dolf, Op.Cit, hlm.24. 206 Mohaamad Sood, Op.Cit., hlm.43. 207 Huala adolf, Op.Cit, hlm.24. perdagangan internasionalnya menurunkan tarif masuk atas produk impor dari suatu negara, maka negara pengekspor produk tersebut wajib juga menurunkan tarif masuk untuk produk dari negara yang pertama tadi. Berdasarkan prinsip ini diharapkan setiap negara secara timbal balik saling memberikan kemudahan bagi lalu lintas barang dan jasa. Dengan demikian, pada akhirnya diharapkan setiap negara akan saling menikmati hasil perdagangan internasional yang lancar dan bebas. 208 Prinsip ini merupakan prinsip fundamental dalam GATT. Prinsip ini tampak pada preambule GATT dan berlaku dalam perundingan- perundingan tarif yang didasarkan atas dasar timbal balik dan saling menguntungkan kedua belah pihak. 209 c. Prinsip penghapusan hambatan kuantitatif prohibition of quantitative restriction Paragraf 3 Pembukaan preambule GATT menyatakan sebagai berikut.“being desirous of contributing to these objectives by entering into reciprocal and mutual advantageous arrangements directed to the substantial reduction of tariffs and other varies to trade and to the eliminations of discrimination treatment in international commerce”. Ketentuan dasar GATT adalah larangan restriksi kuantitatif yang merupakan rintangan terbesar terhadap GATT. Restriksi kuantitatif terhadap ekspor atau impor dalam bentuk apa pun misalnya penetapan kuota impor atau ekspor, restriksi penggunaan lisensi impor atau ekspor, 208 Muhammad Sood., Op.Cit., hlm.45. 209 Huala adolf, Op.Cit., hlm.116. pengawasan pembayaran produk-produk impor atau ekspor, pada umumnya dilarang Pasal IX. 210 Hambatan kuantitatif ini dapat dilakukan dalam hal: pertama, untuk mencegah terkurasnya produk-produk esensial di negara pengekspor; kedua, untuk melindungi Pasal dalam negeri khususnya yang menyangkut produk pertanian dan perikanan; ketiga, untuk mengamankan, berdasarkan escape clause Pasal XIX, meningkatnya impor yang berlebihan increase of imports di dalam negeri sebagai upaya untuk melindungi, misalnya terancamnya produksi dalam negeri; keempat, untuk melindungi neraca pembayaran luar negerinya Pasal XII. 211 d. Prinsip perlindungan melalui tarif Pada prinsipnya GATT hanya memperkenankan tindakan proteksi terhadap industri domestik melalui tarif menaikkan tingkat tarif bea masuk dan tindak melalui upaya-upaya perdagangan lainnya non-tarif commercial measures. 212 Meskipun dibolehkan, penggunaan tarif ini tetap tunduk pada ketentuan-ketentuan GATT. Misalnya saja, pengenaan atau penerapan tarif tersebut sifatnya tidak boleh diskriminatif dan tunduk pada komitmen tarifnya kepada GATTWTO. 213 Komitmen tarif ini maksudnya adalah tingkat tarif dari suatu negara terhadap suatu produk tertentu. Tingkat tarif ini menjadi komitmen negara tersebut yang sifatnya mengikat. Oleh karena itu, suatu 210 Huala adolf, Op.Cit.,hlm.113. 211 Ibid. 212 Ibid., hlm.114. 213 Ibid., hlm.115. tarif tidak dapat semena-mena menaikkan tingkat tarif yang telah ia sepakati, kecuali diikuti dengan negosiasi mengenai pemberian mengenai kompensasi dengan mitra-mitra dagangnya Pasal XXVII. 214

B. Indonesia dalam GATT dan WTO

Dokumen yang terkait

Aspek Hukum Pelarangan Ekspor Mineral Mentah Terkait Dengan Prinsip-Prinsip General Agreement On Tariffs And Trade (Gatt)

2 86 156

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

10 128 151

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 0 9

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 0 2

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 1 28

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 0 38

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 2 4

BAB II LARANGAN EKSPOR MINERAL MENTAH BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA A. Aspek Hukum Pertambangan di Indonesia - Aspek Hukum Pelarangan Ekspor Mineral Mentah Terkait Dengan Prinsip-Prinsip General Agreement On Tariffs And Trade (Gatt

0 0 37

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Aspek Hukum Pelarangan Ekspor Mineral Mentah Terkait Dengan Prinsip-Prinsip General Agreement On Tariffs And Trade (Gatt)

0 0 33

ASPEK HUKUM PELARANGAN EKSPOR MINERAL MENTAH TERKAIT DENGAN PRINSIP-PRINSIP GENERAL AGREEMENT ON TARIFFS AND TRADE (GATT) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat-Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

0 0 12