Zulaika : Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja Manajemen Pada Pt Pp Lonsum Indonesia Tbk, 2008.
USU Repository © 2009 •
Karyawan pada semua level diberi kesempatan untuk bertemu dengan pelanggan
• Karyawan mengetahui siapa yang menjadi pelanggan
sesungguhnya •
Karyawan dan manajer memahami kebutuhan dan harapan pelanggan.
e. Mendekati para pelanggan
Mendekati pelanggan berarti melakukan hal-hal berikut : •
Memudahkan para pelanggan untuk menjalankan bisnis •
Berusaha untuk mengatasi semua keluhan pelanggan •
Memudahkan para pelanggan dalam menyampaikan keluhannya, misalnya lewat surat, telepon, atau datang
langsung.
f. Kemampuan, kesanggupan dan pemberdayaan karyawan
Para karyawan diperlakukan sebagai professional yang memiliki kemampuan, dan diberdayakan untuk
menggunakan pertimbangannya sendiri dalam melakukan hal-hal yang dianggap perlu dalam rangka memuaskan
kebutuhan pelanggan.
g. Penyempurnaan produk dan proses secara terus-menerus
Pendekatan ini diwujudkan dalam hal : •
Kelompok fungsional internal bekerja sama untuk mencapai sasaran bersama
• Praktik-praktik bisnis terbaik dipelajari dan
dilaksanakan •
Waktu siklus riset dan pengembangan secara terus- menerus dikurangi
• Setiap masalah diatasi dengan segera
• Investasi dalam pengembangan ide-ide inovatif
dilakukan.
b. Perbaikan Berkesinambungan
Konsep perbaikan berkesinambungan diterapkan baik terhadap proses produk maupun orang yang melaksanakannya.
Dalam proses TQM, manajemen berperan besar untuk meningkatkan kualitas sehingga memungkinkan adanya penerapan sistem perbaikan
Zulaika : Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja Manajemen Pada Pt Pp Lonsum Indonesia Tbk, 2008.
USU Repository © 2009 berkesinambungan. Menurut Nasution, 2001 : 30 “TQM mencakup
semua manajer dan karyawan dan menggunakan metode kuantitatif untuk memperbaiki berbagai proses organisasi secara
berkesinambungan.” TQM merupakan integrasi dari semua fungsi dan proses dalam organisasi untuk mendapatkan perbaikan kualitas
produk dan jasa secara berkelanjutan continuous improvement. Berdasarkan Hansen dan Mowen 2004 : 16, “Perbaikan
berkelanjutan adalah hal yang mendasar sifatnya bagi pengembangan proses manufaktur yang sempurna.”
Menurut Tjiptono dan Anastasia 2003 : 262 pelaksanaan perbaikan berkesinambungan meliputi :
• Penentuan masalah dan pemecahan yang memungkinkan.
• Pemilihan dan implementasi pemecahan yang paling efektif
dan efisien. •
Evaluasi ulang, standarisasi, dan pengulangan proses.” 1.
Pendekatan Perbaikan Berkesinambungan Continuous Improvement
Untuk mengikuti perubahan lingkungan eksternal, manajer harus mengubah organisasi. Manajer harus selalu melakukan
perbaikan. Oleh karena perubahan lingkungan eksternal semakin cepat, maka manajer harus melakukan perbaikan
yang berbeda dan lebih sering. Mereka harus melakukan perbaikan berkesinambungan yang merupakan usaha konstan
untuk mengubah dan membuat sesuatu menjadi lebih baik. Pendekatan TQM terhadap perbaikan berbeda dengan
pendekatan tradisional. Beberapa perbedaan pokok diuraikan sebagai berikut :
a. Alasan occasion
Dalam pendekatan tradisional, perbaikan terjadi hanya apabila ada pengembangan produk baru dan reaksi
terhadap masalah-masalah yang serius. Perbaikan tidak akan dilakukan jika tidak ada masalah besar. Sedangkan
Zulaika : Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja Manajemen Pada Pt Pp Lonsum Indonesia Tbk, 2008.
USU Repository © 2009 dalam TQM manajer memperbaiki settiap aspeek dalam
sistem organisasi pada setiap kesempatan, bahkan pada saat tidak ada masalah besar.
b.
Pendekatan approach Dalam pendekatan tradisional, manajer melakukan
perbaikan dengan coba-coba trial and error. Sedangkan dalam TQM manajer menggunakan metode ilmiah untuk
mempelajari perubahan yang diusulkan dan akibat yang dapat ditimbulkannya.
c.
Respon Terhadap Kesalahan Dalam TQM kesalahan tidak disukai, tetapi manajer
memandang kesalahan sebagai kesempatan untuk belajar. Setiap orang secara terbuka mengakui kesalahn karena
manajer tidak mencari orang yang salah, tetapi berusaha memperbaiki sistem atau proses.
d.
Perspektif Terhadap Pengambilan Keputusan Dalam pendekatan tradisional, manajer membuat
keputusan yang secara politis bermanfaat untuk mencapai tujuan jangka pendek personal. Dalam TQM manajer
membuat keputusan untuk mendukung tercapainya tujuan strategis jangka panjang.
e.
Peranan Manajerial Dalam TQM manajer tertantang untuk melakukan
perbaikan strategic untuk memenuhi permintaan di masa yang akan datang. Pada saat yang sama, manajer juga
secara konsisten melaksanakan sistem yang ada untuk memenuhi permintaan saat ini.
f.
Wewenang Manajer puncak masih memegang wewenang tetapi
dibagikan dengan mengkomunikasikan pandangannya dan memberdayakan para karyawan untuk merealisasikan
pandangan tersebut. g.
Fokus Menerapkan TQM berarti manajer berfokus pada
perbaikan hasil bisnis melalui perbaikan kemampuan sistem. Mereka memfokuskan pada alat dan hasil, karena
mereka bertanggung jawab untuk memperbaiki sistem tersebut.
h.
Pengendalian Manajer secara statistic mempelajari variasi untuk
memahami penyebab kinerja yang buruk dan mengubah sistem untuk memperbaiki kinerja.
i.
Alat
Zulaika : Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja Manajemen Pada Pt Pp Lonsum Indonesia Tbk, 2008.
USU Repository © 2009 Manajer mengasumsikan tanggung jawab sebagai alat
untuk melakukan perbaikan yang dilakukan oleh staf atau bawahan.
2. Strategi Perbaikan Berkesinambungan
Dalam dunia bisnis dan industry dikenal berbagai macam proses. Tidak ada satu-satunya cara yang tepat digunakan
untuk memperbaiki proses yang ada. Meskipun demikian, ada beberapa strategi standard yang biasa digunakan untuk
memperbaiki proses secara berkesinambungan. Strategi yang biasa digunakan antara lain :
a. Menggambarkan proses yang ada
Strategi ini ditempuh untuk menjamin bahwa setiap orang yang terlibat dalam usaha perbaikan proses telah
memiliki pemahaman
mengenai proses secara mendalam.
b. Membakukan proses
Untuk melakukan perbaikan proses secara berkesinambungan, setiap orang yang terlibat dalam
operasi harus menggunakan prosedur yang sama. c.
Menghilangkan kesalahan dalam proses Strategi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan
menghilangkan kesalahan yang sering terjadi dalam operasi suatu proses.
d.
Merampingkan proses Strategi ini dilaksanakan untuk mengurangi waktu silkus
produksi dan menghapus tahap-tahap yang tidak perlu. Bila proses telah dirampingkan, maka setiap tahap di
dalamnya memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan yang diinginkan, dan memberikan nilai tambah.
e.
Mengurangi sumber-sumber terjadinya variasi Kangkah yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi
sumber-sumber variasi. Sumber-sumber ini dapat dilacak berdasarkan perbedaan-perbedaan yang timbul karena
factor manusia, mesin, instrument pengukuran, material, sumber material, mesin, dan kondisi operasi.
f.
Menerapkan pengendalian proses statistic Metode pengendalian proses statistic memungkinkan
dilakukannya penghapusan variasi yang dikarenakan oleh penyebab khusus timbulnya variasi.
g.
Memperbaiki rancangan Strategi ini bertujuan untuk memperbaiki desain proses.
Zulaika : Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja Manajemen Pada Pt Pp Lonsum Indonesia Tbk, 2008.
USU Repository © 2009 Selain strategi yang umum digunakan, Goetsch dan Davis 1994
mengemukakan dua puluh strategi perbaikan berkesinambungan sebagai berikut :
1. Pengurangan Lead Time
Lead time dapat dikurangi dengan jalan mengevaluasi faktor-faktor seperti waktu pemrosesan order, waktu tunggu
sebelum tahap produksi, lead time pemanufakturan, waktu penyimpanan, dan waktu pengiriman.
2. Flow Production
Flow production adalah produksi yang berjalan dengan halus dan terus-menerus tanpa gangguan.
3. Group Technology
Aliran produksi tradisional biasanya berjalan lurus. Dengan group technology, proses diatur sehingga aliran kerjanya
berbentuk huruf U. Ada beberapa manfaat yang diperoleh dari group technology, yaitu :
• Lead time yang lebih singkat
• Fleksibilitas lebih tinggi
• Waktu penanganan bahan baku yang lebih singkat
• Barang dalam proses dapat diminimumkan
• Fleksibilitas dengan memperhatikan volume
• Ruang yang dibutuhkan lebih sedikit
4. Level Produksi
Level produksi disusun sedemikian rupa untuk mempermudah produksi dan menghemat biaya.
5. Synchorized Production
Strategi ini berupaya mensikronkan lini produksi dan pemasok. Dengan demikian pemasok dapat mengirimkan
bahan baku yang dibutuhkan dalam jumlah dan waktu yang tepat, serta ke tempat di lini produksi yang tepat.
6. Overlapped parallel production
Strategi ini mengubah lini produksi yang panjang dengan kapasitas produksi yang besar menjadi lini produksi dengan
ukuran yang lebih kecil.. hal ini memungkinkan diproduksinya beberapa macam konfigurasi yang berbeda-
beda dari suatu produk yang sama dalam saat yang bersamaan dan atau berjalan bersamaan parallel.
7. Schedule yang fleksibel
Produksi dan kemampuan untuk melakukan overlap parallel production memberikan kemudahan dalam
penjadwalan scheduling. Semakin banyak pilihan yang
Zulaika : Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja Manajemen Pada Pt Pp Lonsum Indonesia Tbk, 2008.
USU Repository © 2009 tersedia bagi penjadwalan produksi, mereka akan semakin
felsibel dalam menyusun schedule. 8.
Pull Control Dengan pull control yang baik, aliran kerja dalam proses
berlangsung tanpa terganggu oleh waktu tunggu yang lama antar tahap produksi.
9. Visual Control
Visual control merupakan sistem penyebaran informasi yang memungkinkan teridentifikasinya ketidaknormalan yang
terjadi dalam suatu proses.
10. Stockless Production
Strategi ini merupakan pendekatan dalam menangani pekerjaan, persediaan, perencanaan lead time,
penyeimbangan proses, pemanfaatan kapasitas, dan siklus skedul yang mengurangi barang dalam proses.
11. Jidoka
Jidoka berarti menghentikan semua proses bila ditemukan kerusakan sehingga tidak akan menyebabkan masalah
tambahan.
12. Pengurangan waktu Setup
Strategi ini meliputi segala aktivitas yang dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk menghentikan suatu proses
dan kemudian memulai kegiatan produksi lainnya.
13. In-process control
Barang dalam proses merupakan barang yang menganggur idle, menunggu untuk diproses lebih lanjut. Pengendalian
terhadap jumlah barang dalam proses meliputi usaha mengorganisasikan aliran produksi yang lebih fleksibel.
14. Perbaikan kualitas
Selain meningkatkan produktivitas dengan menggunakan berbagai strategi, perlu pula melakukan perbaikan kualitas
secara simultan atau bersamaan.
15. Total cost cycle
Dalam strategi ini, keputusan lebih didasarkan pada total cost cycle daripada biaya suatu bagian proses saja. Jadi,
penekanannya adalah pada pengurangan biaya keseluruhan.
16. Cost curve
Kurva biaya ini bermanfaat dalam membantu manajer untuk menghemat biaya menangani order. Kurva ini
enggambarkan secara grafis seberapa besar biaya terakumulasi dan dibebankan pada pelanggan. Biaya yang
disajikan dalam kurva biaya terdiri atas biaya bahan baku dan biaya konversi.
Zulaika : Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja Manajemen Pada Pt Pp Lonsum Indonesia Tbk, 2008.
USU Repository © 2009 17.
Mushroom concept Strategi ini dirancang untuk memperluas basis pelanggan
suatu peusahaan dengan jalan menciptakan suatu produk yang bervariasi tetapi tetap dalam bentuk baku. Hal ini dapat
dicapai dengan cara mempertahankan proses standar selama siklus produksi keseluruhan dan hanya melakukan
panambahan karakteristik ciri-ciri yang berbeda pada tahap akhir proses, sehingga akhir yang dihasilkan beraneka
ragam.
18. Pemasok sebagai mitra
Strategi ini melibatkan pemasok sebagai mitra dalam seluruh fase pengembangan produk. Apabila pemasok tersebut
memahami apa yang diinginkan peusahaan, maka mereka dapat berusaha membantu sebisa mungkin.
19. Total Industrial Engineering
Konsep ini menggabungkan tiga unsur yaitu organisasi, teknik dan orang-orang yang terkait dalam rangka
melakukan perbaikan berkesinambungan. Fokus utama total industrial engineering adalah sistem industrinya.
20. Total Productive Maintenance TPM
TPM berarti memelihara semua sistem dan peralatan secara terus-menerus dan tepat sepanjang waktu. Di tempat kerja
yang sibuk, biasanya mesin dan sistem kurang terpelihara. Bila hal ini terjadi, maka sistem tersebut tidak dapat
mendukung produktivitas dan kualitas yang tinggi dalam rangka meningkatkan daya saing.
c. Pelibatan dan Pemberdayaan Karyawan