Perbaikan Berkesinambungan Metode Philip B. Crosby

Zulaika : Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja Manajemen Pada Pt Pp Lonsum Indonesia Tbk, 2008. USU Repository © 2009 • Karyawan pada semua level diberi kesempatan untuk bertemu dengan pelanggan • Karyawan mengetahui siapa yang menjadi pelanggan sesungguhnya • Karyawan dan manajer memahami kebutuhan dan harapan pelanggan. e. Mendekati para pelanggan Mendekati pelanggan berarti melakukan hal-hal berikut : • Memudahkan para pelanggan untuk menjalankan bisnis • Berusaha untuk mengatasi semua keluhan pelanggan • Memudahkan para pelanggan dalam menyampaikan keluhannya, misalnya lewat surat, telepon, atau datang langsung. f. Kemampuan, kesanggupan dan pemberdayaan karyawan Para karyawan diperlakukan sebagai professional yang memiliki kemampuan, dan diberdayakan untuk menggunakan pertimbangannya sendiri dalam melakukan hal-hal yang dianggap perlu dalam rangka memuaskan kebutuhan pelanggan. g. Penyempurnaan produk dan proses secara terus-menerus Pendekatan ini diwujudkan dalam hal : • Kelompok fungsional internal bekerja sama untuk mencapai sasaran bersama • Praktik-praktik bisnis terbaik dipelajari dan dilaksanakan • Waktu siklus riset dan pengembangan secara terus- menerus dikurangi • Setiap masalah diatasi dengan segera • Investasi dalam pengembangan ide-ide inovatif dilakukan.

b. Perbaikan Berkesinambungan

Konsep perbaikan berkesinambungan diterapkan baik terhadap proses produk maupun orang yang melaksanakannya. Dalam proses TQM, manajemen berperan besar untuk meningkatkan kualitas sehingga memungkinkan adanya penerapan sistem perbaikan Zulaika : Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja Manajemen Pada Pt Pp Lonsum Indonesia Tbk, 2008. USU Repository © 2009 berkesinambungan. Menurut Nasution, 2001 : 30 “TQM mencakup semua manajer dan karyawan dan menggunakan metode kuantitatif untuk memperbaiki berbagai proses organisasi secara berkesinambungan.” TQM merupakan integrasi dari semua fungsi dan proses dalam organisasi untuk mendapatkan perbaikan kualitas produk dan jasa secara berkelanjutan continuous improvement. Berdasarkan Hansen dan Mowen 2004 : 16, “Perbaikan berkelanjutan adalah hal yang mendasar sifatnya bagi pengembangan proses manufaktur yang sempurna.” Menurut Tjiptono dan Anastasia 2003 : 262 pelaksanaan perbaikan berkesinambungan meliputi : • Penentuan masalah dan pemecahan yang memungkinkan. • Pemilihan dan implementasi pemecahan yang paling efektif dan efisien. • Evaluasi ulang, standarisasi, dan pengulangan proses.” 1. Pendekatan Perbaikan Berkesinambungan Continuous Improvement Untuk mengikuti perubahan lingkungan eksternal, manajer harus mengubah organisasi. Manajer harus selalu melakukan perbaikan. Oleh karena perubahan lingkungan eksternal semakin cepat, maka manajer harus melakukan perbaikan yang berbeda dan lebih sering. Mereka harus melakukan perbaikan berkesinambungan yang merupakan usaha konstan untuk mengubah dan membuat sesuatu menjadi lebih baik. Pendekatan TQM terhadap perbaikan berbeda dengan pendekatan tradisional. Beberapa perbedaan pokok diuraikan sebagai berikut : a. Alasan occasion Dalam pendekatan tradisional, perbaikan terjadi hanya apabila ada pengembangan produk baru dan reaksi terhadap masalah-masalah yang serius. Perbaikan tidak akan dilakukan jika tidak ada masalah besar. Sedangkan Zulaika : Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja Manajemen Pada Pt Pp Lonsum Indonesia Tbk, 2008. USU Repository © 2009 dalam TQM manajer memperbaiki settiap aspeek dalam sistem organisasi pada setiap kesempatan, bahkan pada saat tidak ada masalah besar. b. Pendekatan approach Dalam pendekatan tradisional, manajer melakukan perbaikan dengan coba-coba trial and error. Sedangkan dalam TQM manajer menggunakan metode ilmiah untuk mempelajari perubahan yang diusulkan dan akibat yang dapat ditimbulkannya. c. Respon Terhadap Kesalahan Dalam TQM kesalahan tidak disukai, tetapi manajer memandang kesalahan sebagai kesempatan untuk belajar. Setiap orang secara terbuka mengakui kesalahn karena manajer tidak mencari orang yang salah, tetapi berusaha memperbaiki sistem atau proses. d. Perspektif Terhadap Pengambilan Keputusan Dalam pendekatan tradisional, manajer membuat keputusan yang secara politis bermanfaat untuk mencapai tujuan jangka pendek personal. Dalam TQM manajer membuat keputusan untuk mendukung tercapainya tujuan strategis jangka panjang. e. Peranan Manajerial Dalam TQM manajer tertantang untuk melakukan perbaikan strategic untuk memenuhi permintaan di masa yang akan datang. Pada saat yang sama, manajer juga secara konsisten melaksanakan sistem yang ada untuk memenuhi permintaan saat ini. f. Wewenang Manajer puncak masih memegang wewenang tetapi dibagikan dengan mengkomunikasikan pandangannya dan memberdayakan para karyawan untuk merealisasikan pandangan tersebut. g. Fokus Menerapkan TQM berarti manajer berfokus pada perbaikan hasil bisnis melalui perbaikan kemampuan sistem. Mereka memfokuskan pada alat dan hasil, karena mereka bertanggung jawab untuk memperbaiki sistem tersebut. h. Pengendalian Manajer secara statistic mempelajari variasi untuk memahami penyebab kinerja yang buruk dan mengubah sistem untuk memperbaiki kinerja. i. Alat Zulaika : Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja Manajemen Pada Pt Pp Lonsum Indonesia Tbk, 2008. USU Repository © 2009 Manajer mengasumsikan tanggung jawab sebagai alat untuk melakukan perbaikan yang dilakukan oleh staf atau bawahan. 2. Strategi Perbaikan Berkesinambungan Dalam dunia bisnis dan industry dikenal berbagai macam proses. Tidak ada satu-satunya cara yang tepat digunakan untuk memperbaiki proses yang ada. Meskipun demikian, ada beberapa strategi standard yang biasa digunakan untuk memperbaiki proses secara berkesinambungan. Strategi yang biasa digunakan antara lain : a. Menggambarkan proses yang ada Strategi ini ditempuh untuk menjamin bahwa setiap orang yang terlibat dalam usaha perbaikan proses telah memiliki pemahaman mengenai proses secara mendalam. b. Membakukan proses Untuk melakukan perbaikan proses secara berkesinambungan, setiap orang yang terlibat dalam operasi harus menggunakan prosedur yang sama. c. Menghilangkan kesalahan dalam proses Strategi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menghilangkan kesalahan yang sering terjadi dalam operasi suatu proses. d. Merampingkan proses Strategi ini dilaksanakan untuk mengurangi waktu silkus produksi dan menghapus tahap-tahap yang tidak perlu. Bila proses telah dirampingkan, maka setiap tahap di dalamnya memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan yang diinginkan, dan memberikan nilai tambah. e. Mengurangi sumber-sumber terjadinya variasi Kangkah yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi sumber-sumber variasi. Sumber-sumber ini dapat dilacak berdasarkan perbedaan-perbedaan yang timbul karena factor manusia, mesin, instrument pengukuran, material, sumber material, mesin, dan kondisi operasi. f. Menerapkan pengendalian proses statistic Metode pengendalian proses statistic memungkinkan dilakukannya penghapusan variasi yang dikarenakan oleh penyebab khusus timbulnya variasi. g. Memperbaiki rancangan Strategi ini bertujuan untuk memperbaiki desain proses. Zulaika : Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja Manajemen Pada Pt Pp Lonsum Indonesia Tbk, 2008. USU Repository © 2009 Selain strategi yang umum digunakan, Goetsch dan Davis 1994 mengemukakan dua puluh strategi perbaikan berkesinambungan sebagai berikut : 1. Pengurangan Lead Time Lead time dapat dikurangi dengan jalan mengevaluasi faktor-faktor seperti waktu pemrosesan order, waktu tunggu sebelum tahap produksi, lead time pemanufakturan, waktu penyimpanan, dan waktu pengiriman. 2. Flow Production Flow production adalah produksi yang berjalan dengan halus dan terus-menerus tanpa gangguan. 3. Group Technology Aliran produksi tradisional biasanya berjalan lurus. Dengan group technology, proses diatur sehingga aliran kerjanya berbentuk huruf U. Ada beberapa manfaat yang diperoleh dari group technology, yaitu : • Lead time yang lebih singkat • Fleksibilitas lebih tinggi • Waktu penanganan bahan baku yang lebih singkat • Barang dalam proses dapat diminimumkan • Fleksibilitas dengan memperhatikan volume • Ruang yang dibutuhkan lebih sedikit 4. Level Produksi Level produksi disusun sedemikian rupa untuk mempermudah produksi dan menghemat biaya. 5. Synchorized Production Strategi ini berupaya mensikronkan lini produksi dan pemasok. Dengan demikian pemasok dapat mengirimkan bahan baku yang dibutuhkan dalam jumlah dan waktu yang tepat, serta ke tempat di lini produksi yang tepat. 6. Overlapped parallel production Strategi ini mengubah lini produksi yang panjang dengan kapasitas produksi yang besar menjadi lini produksi dengan ukuran yang lebih kecil.. hal ini memungkinkan diproduksinya beberapa macam konfigurasi yang berbeda- beda dari suatu produk yang sama dalam saat yang bersamaan dan atau berjalan bersamaan parallel. 7. Schedule yang fleksibel Produksi dan kemampuan untuk melakukan overlap parallel production memberikan kemudahan dalam penjadwalan scheduling. Semakin banyak pilihan yang Zulaika : Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja Manajemen Pada Pt Pp Lonsum Indonesia Tbk, 2008. USU Repository © 2009 tersedia bagi penjadwalan produksi, mereka akan semakin felsibel dalam menyusun schedule. 8. Pull Control Dengan pull control yang baik, aliran kerja dalam proses berlangsung tanpa terganggu oleh waktu tunggu yang lama antar tahap produksi. 9. Visual Control Visual control merupakan sistem penyebaran informasi yang memungkinkan teridentifikasinya ketidaknormalan yang terjadi dalam suatu proses. 10. Stockless Production Strategi ini merupakan pendekatan dalam menangani pekerjaan, persediaan, perencanaan lead time, penyeimbangan proses, pemanfaatan kapasitas, dan siklus skedul yang mengurangi barang dalam proses. 11. Jidoka Jidoka berarti menghentikan semua proses bila ditemukan kerusakan sehingga tidak akan menyebabkan masalah tambahan. 12. Pengurangan waktu Setup Strategi ini meliputi segala aktivitas yang dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk menghentikan suatu proses dan kemudian memulai kegiatan produksi lainnya. 13. In-process control Barang dalam proses merupakan barang yang menganggur idle, menunggu untuk diproses lebih lanjut. Pengendalian terhadap jumlah barang dalam proses meliputi usaha mengorganisasikan aliran produksi yang lebih fleksibel. 14. Perbaikan kualitas Selain meningkatkan produktivitas dengan menggunakan berbagai strategi, perlu pula melakukan perbaikan kualitas secara simultan atau bersamaan. 15. Total cost cycle Dalam strategi ini, keputusan lebih didasarkan pada total cost cycle daripada biaya suatu bagian proses saja. Jadi, penekanannya adalah pada pengurangan biaya keseluruhan. 16. Cost curve Kurva biaya ini bermanfaat dalam membantu manajer untuk menghemat biaya menangani order. Kurva ini enggambarkan secara grafis seberapa besar biaya terakumulasi dan dibebankan pada pelanggan. Biaya yang disajikan dalam kurva biaya terdiri atas biaya bahan baku dan biaya konversi. Zulaika : Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja Manajemen Pada Pt Pp Lonsum Indonesia Tbk, 2008. USU Repository © 2009 17. Mushroom concept Strategi ini dirancang untuk memperluas basis pelanggan suatu peusahaan dengan jalan menciptakan suatu produk yang bervariasi tetapi tetap dalam bentuk baku. Hal ini dapat dicapai dengan cara mempertahankan proses standar selama siklus produksi keseluruhan dan hanya melakukan panambahan karakteristik ciri-ciri yang berbeda pada tahap akhir proses, sehingga akhir yang dihasilkan beraneka ragam. 18. Pemasok sebagai mitra Strategi ini melibatkan pemasok sebagai mitra dalam seluruh fase pengembangan produk. Apabila pemasok tersebut memahami apa yang diinginkan peusahaan, maka mereka dapat berusaha membantu sebisa mungkin. 19. Total Industrial Engineering Konsep ini menggabungkan tiga unsur yaitu organisasi, teknik dan orang-orang yang terkait dalam rangka melakukan perbaikan berkesinambungan. Fokus utama total industrial engineering adalah sistem industrinya. 20. Total Productive Maintenance TPM TPM berarti memelihara semua sistem dan peralatan secara terus-menerus dan tepat sepanjang waktu. Di tempat kerja yang sibuk, biasanya mesin dan sistem kurang terpelihara. Bila hal ini terjadi, maka sistem tersebut tidak dapat mendukung produktivitas dan kualitas yang tinggi dalam rangka meningkatkan daya saing.

c. Pelibatan dan Pemberdayaan Karyawan