Table 3.4
Skala Favorable
Unvaforable
SS 4
1 S
3 2
TS 2
3 STS
1 4
3.5 Uji Validitas Instrumen
Setelah mendapatkan data yang diinginkan peneliti kemudian menguji validitas konstruk maupun reliabilitas masing-masing alat ukur.
Dalam pengujian validitas, digunakan CFA confirmatory Factor Analysis dengan metode ini dapat diketahui apakah seluruh item mengukur apa yang
hendak diukur dan apakah masing-masing tem signifikan dalam mengukur hal tersebut. Dilakukan dengan cara membandingkan sejauh mana matriks korelasi
hasil estimasi menggunakan teori dengan matriks korelasi yang diperoleh dari data. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan teori adalah konsep bahwa seluruh
item mengukur satu hal yang sama undimensional yaitu konstruk yang hendak di ukur.
Jika tidak ada perbedaan yang signifikan antara teori dengan data, aka berarti bahwa seluruh item itu mengukur hal yang sama undimensional.
Selanjutnya dengan menggunakan software yang sama dapat diuji apakah masing- masing item signifikan dalam mengukur apa yang hendak diukur.dalam penelitian
ini penulis tidak menggunakan row score skor mentah menjumlahkan skor item. Oleh karena itu seenarnya tidak diperlukan informasi tentang reliabilitas
masing-masing alat ukur misalnya, conbach alpha karena true score itu reliabilitasnya sama dengan satu 100.
3.6 Uji Validitas Konstruk
Teknik analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah “analisis faktor konfirmatori CFA dengan bantuan lisrel 8.7. Adapun logika dasar;
kriteria item yang baik pada CFA adalah sebagai berikut:
1. Sebuah konsep atau trait berupa kemampuan didefinisikan secara operasional
dan menyusun pernyataan untuk mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor. Pengukuran terhadap faktor dilakukan melaluli analisis terhadap
respon jawaban atas item-itemnya. 2.
Diteorikan bahwa setiap item hanya mengukur atau memberi informasi tentang faktor tersebut saja.
3. Berdasarkan teori yang dipaparkan diatas, dapat disusun sehimpunan
persamaan matematis. Persamaan tersebut dapat digunakan untuk memprediksi dengan menggunakan data yang tersedia matriks korelasi antar
item yang seharusnya diperolah jika teori tersebut unidimensional benar. Matriks korelasi ini dinamakan sigma
Σ. Kemudian matriks ini akan dibandingkan dengan matriks korelasi yang diperoleh secara empiris dari data
tersebut disebut matriks S. Jika teori tersebut benar unidimensional, maka seharusnya tidak ada perbedaan yang signifikan antar elemen matriks
Σ dengan elemen matriks S. Secara matematis dapat dituliskan:
Σ- S = 0
4. Pernyataan matematik inilah yang dijadikan hipotesis nihil Ho yang akan
dianalisis menggunakan CFA. Dalam hal ini, dilakukan uji signifikansi dengan menggunakan Chi Square. Jika Chi Square yang dihasilkan tidak
signifikan nilai p0,05, maka dapat disimpulkan, bahwa hipotesis nihil yang menyatakan: “tidak ada perbedaan antara matriks S dan Σ” tidak ditolak.
Artinya teori unidimensional dapat diterima, bahwa item atau subtes yang di ukur hanya mengukur satu faktor saja. Dengan kata lain, analisis faktor
konfirmatori dalam hal ini adalah pengujian terhadap hipotesis nihil H0: S - Σ = 0. Artinya tidak ada perbedaan antar matriks korelasi yang diharapkan
oleh teori dengan matriks korelasi yang diperoleh dari hasil observasi. 5.
Jika teori diterima model fit, langkah selanjutnya, adalah menguji hipotesis tentang signifikan tidaknya masing-masing item dalam mengukur apa yang
hendak diukur misalnya mengenali emosi diri. Uji hipotesis ini dilakukan dengan t-test. Jika nilai t signifikan 1,96, berarti item yang bersangkutan
signifikan dalam mengukur apa yang hendak diukur. Dengan cara seperti ini, dapat dinilai butir item mana yang valid dan yang tidak valid dalam konteks
validitas konstruk. 6.
Setelah itu dilihat apakah ada item yang muatan faktornya negatif. jika ada pernyataan negatif, perlu dilakukan penyesuaian arah skoringnya sehingga
menjadi positif. Jika skor sudah dibalik reversed, maka berlaku kaidah umum dimana item bermuatan faktor negatif harus di drop.
7. Terakhir, apabila kesalahan pengukuran pada sebuah item berkorelasi terlalu
banyak dengan kesalahan pengukuran pada item lainnya, maka item tersebut juga perlu di drop. Sebab, item yang demikian selain mengukur apa yang
hendak diukur, ia juga mengukur hal lain.
3.7.Uji Validitas Konstruk 3.7.1. Uji Validitas Agresivitas
Peneliti menguji apakah 29 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur agresivitas. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square=818.12, df=377, P-value=0.00000, RMSEA=0.077 Sehingga peneliti melakukan
modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti
gambar 3.1.
Gambar 3.1 Analisis konfirmatorik dari Agresivitas
Setelah dilakukan modifikasi, terlihat dari model fit tersebut bahwa diketahui nilai Chi-square= 392.48 df= 348 P-value=0.05006 RMSEA=0.025.
Nilai Chi-square menghasilkan P-value 0.05, yang artinya model hanya satu faktor dapat diterima, yang berarti seluruh item mengukur satu hal saja yaitu
agresivitas. Namun, terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang