19
B. Model kelas inklusi
1. Pengertian Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan yang melayani keanekaragaman karakteristik peserta didik. Pendidikan inklusif
didefinisakan sebagai penempatan anak berkelainan tingkat ringan, sedang, dan berat secara penuh di kelas regular Staub dan Peck dalam
Direktorat Pembinaan PKLK Pendidikan Dasar 2013: 11. Freiberg dalam Direktorat Pembinaan PKLK Pendidikan Dasar 2013: 12 melalui
pendidikan inklusif peserta didik berkebutuhan khusus belajar bersama- sama dengan siswa lain untuk memaksimalkan potensi yang dimilikinya.
Dengan adanya pendidikan inklusi, semua anak dapat sekolah bersama- sama tanpa membeda-bedakan anak, baik dari segi kemapuan maupun
keadaan fisik anak.
2. Model-model kelas inklusi
Berbagai model yang digunakan oleh sekolah-sekolah inklusi dalam setting kelas inklusi agar peserta didik dengan kebutuhan khusus dapat
memaksimalkan potensi yang dimilikinya dan mengembangkan potensi tersebut. Beberapa model kelas inklusi menurut Munawir Yusuf 2005:
121-125, yaitu sebagai berikut a.
Kelas khusus Sistem pelayanan dengan kelas khusus biasanya menampung
antara 10 sampai 20 anak berkebutuhan khusus dengan bimbingan
20 guru pendamping khusus. Terdapat dua jenis kelas khusus yang biasa
digunakan, yaitu kelas khusus sepanjang hari belajar dengan peserta didik kebutuhan khusus mendapat layanan dari guru pendamping
khusus di kelas khusus dalam sekolah inklusi. Dan kelas khusus untuk mata pelajaran tertentu atau kelas khusus sebagian waktu
dengan peserta didik kebutuhan khusus mendapat layanan dari guru pendamping khusus di kelas khusus dalam sekolah inklusif, namum
pada dalam bidang-bidang tertentu atau matapelajaran tertentu siswa dapat mengikuti pembelajaran bersama-sama dengan anak-anak lain.
b. Ruang sumber
Peserta didik berkebutuhaan khusus diberikan layanan diruang sumber dengan didampingi oleh guru khusus. Aktivitas utama dalam
ruang sumber umumnya konsentrasi pada upaya memperbaiaki keterampilan membaca, menulis, dan berkhitung.
c. Kelas reguler
Kelas reguler dirancang untuk membantu peserta didik berkebutuhan khusus dalam menciptakan suasana belajar yang
kooperatif sehingga semua anak dapat menjalin kerjasama dalam mencapai tujuan belajar.
Sedangkan menurut Vaughn, Bos Schumn dalam Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa dalam Sari Rudiyati, 2014, berikut
beberapa model kelas inklusi yaitu:
21 a.
Kelas regular full inclusion Peserta didik dengan kebutuhan khusus belajar bersama-sama
dengan anak-anak lain sepanjang hari dikelas regulerkelas inklusi dengan menggunakan kurikulum yang sama dengan anak-anak lain.
b. Kelas regular dengan clauster
Peserta didik dengan kebutuhan khusus belajar bersama-sama dengan anak-anak lain di kelas inklusi dalam kelompok khusus. Jadi,
peserta didik dengan kebutuhan khusus dikelompokkan dengan siswa-siswa yang mengalami masalah yang sama atau dengan
kebutuhan khusus lain. c.
Kelas regular dengan pull out Peserta didik dengan kebutuhan khusus belajar bersama-sama
dengan anak-anak lain, namun pada waktu-waktu tertentu anak ditarik keluar untuk belajar di ruang sumber dan mendapat layanan
bersama dengan guru pendamping. d.
Kelas regular dengan clauster dan pull out Metode ini merupakan perpaduan antara metode clauster dan
pull out yaitu peserta didik dengan kebutuhan khusus belajar bersama-sama dengan anak-anak lain di kelas inklusi dalam
kelompok khusus, dan suatu waktu ditarik keruang sumber untuk mendapatkan layana bersama dengan guru pendampingguru khusus.
22 Dalam penelitian ini, model kelas yang digunakan yakni model kelas
reguler dengan pull out. Dalam model tersebut, anak berkesulitan belajar membaca belajar bersama-sama dengan anak-anak lain di dalam kelas, akan
tetapi pada waktu pelajaran Bahasa Indonesia anak ditarik keluar untuk diberikan penanganan dengan guru pendamping.
C. Pembelajaran Membaca Permulaan