Pestisida tersebut adalah sebagai berikut wudianto R, 2004 yaitu: a. Pestisida adalah bahan senyawa kimia beracun untuk mengendalikan ikan mujair
yang menjadi hama di dalam tambak dan kolam b. Algisida merupakan pestisida pembunuh ganggang.
c. Avisida merupakan pestisida pembunuh burung. d. Larvisia merupakan pestisida pembunuh ulat.
e. Pedukulisida merupakan pestisida pembunuh kutu. f. Silvisida merupakan pestisida pembunuh pohon hutan atau pembersih sisa-sisa
pohon. g. Ovisida merupakan pestisida perusak telur.
h. Piscisida merupakan pestisida pembunuh predator. i. Termisida merupakan pestisida pembunuh rayap.
j. Arborisida merupakan pestisida pembunuh pohon, semak, dan belukar. k. Predasida merupakan pestisida pembunuh hama vertebrata.
2.1.2 Penanganan Pestisida
Telah diketahui bahwa pestisida, karena sifat dan racunnya fisik dan kimia adalah bahan kimia yang sangat berbahaya bagi kehidupan dan lingkungan. Oleh
karena itu dalam penanganan pestisida, diperlukan fasilitas perlengkapan keselamatan kerja APD yang lengkap dan pengetahuan yang cukup bagi orang-orang yang
terlibat dengan pestisida Depkes, 2003. Pemerintah telah mengeluarkan PP No 7 tahun 1973 sebagai dasar hukum
yang mengatur penanganan tentang peredaran, penyimpanan dan penggunaan
Universitas Sumatera Utara
pestisida. Pengawasan dalam hal penanganan pestisida dimaksudkan untuk mencegah terjadinya keracunan bagi para pekerja yang menangani pestisida. Setiap pekerja yang
menangani pestisida diharuskan menggunakan pakaian kerja dan alat pelindung kerja berupa pakaian pelindung badan, topi sebagai pelindung kepala, googles sebagai
pelindung mata, masker sebagai pelindung pernafasan dan mulut, serta sepatu boot dan sarung tangan.
Penanganan keracunan yang pertama dan paling penting adalah berhenti bekerja dengan pestisida secepatnya tinggalkan tempat kerja. Jika keracunan karena
terkena pestisida melalui kulit, maka sebaiknya mengganti baju dan mencuci bahan- bahan kimia tersebut dengan sabun dan air. Jika menderita keracunan akut, maka kita
membutuhkan perawatan kesehatan darurat. Bahkan jika tidak yakin tentang penyebab gejala-gejala tersebut, sebaiknya mencari cara aman dan kunjungi petugas
kesehatan.
2.1.3 Dampak Pestisida 2.1.3.1 Dampak Pestisida terhadap Konsumen
Adapun dampak pestisida bagi konsumen umumnya berbentuk keracunan kronis yang tidak langsung dirasakan. Namun, dalam waktu lama mungkin bisa
menimbulkan gangguan kesehatan. Meskipun sangat jarang, pestisida dapat pula menyebabkan keracunan akut, misalnya dalam hal mengonsumsi produk pertanian
yang mengandung residu dalam jumlah besar Djojosumarto, 2008.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3.2 Dampak Pestisida terhadap Kesehatan
Umumnya keracunan pestisida terjadi dengan adanya kontak dengan pestisida selama beberapa minggu. Orang tidak akan sakit langsung setelah terpapar pestisida,
tetapi membutuhkan waktu sampai beberapa waktu kemudian. Pestisida masuk dalam tubuh manusia dengan cara sedikit demi sedikit dan mengakibatkan keracunan kronis.
Bisa pula berakibat racun akut bila jumlah yang masuk dalam tubuh manusia dalam jumlah yang cukup Wudianto, 2010.
a. Keracunan Akut Keracunan akut biasanya terjadi pada pekerja yang langsung bekerja
menggunakan pestisida atau terjadi pada saat aplikasi pestisida. Cara pestisida masuk kedalam tubuh :
1. Penetrasi lewat kulit dermal contamination 2. Terhirup masuk ke dalam saluran pernapasan inhalation, serta
3. Masuk ke dalam saluran pencernaan makanan lewat mulut oral. b. Keracunan Kronis
Keracunan kronis terjdi apabila penderita terkena racun dalam jangka waktu panjang dengan dosis rendah. Gejala keracunan ini baru kelihatan setelah beberapa
waktu bulan atau tahun kemudian. Keracunan kronis lebih sulit dideteksi karena tidak segera terasa dan tidak menimbulkan gejala serta tanda yang spesifik. Dan
beberapa dampak akibat keracuan kronis akibat pestisida. 1. Pada Syaraf
Gangguan otak dan syaraf yang paling sering terjadi akibat terpapar pestisida selama bertahun-tahun adalah masalah pada ingatan, sulit berkonsentrasi,
perubahan kepribadian, kelumpuhan, bahkan kehilangan kesadaran dan koma.
Universitas Sumatera Utara
2. Pada Hati Liver Karena hati adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menetralkan bahan-
bahan kimia beracun, maka hati itu sendiri sering kali dirusak oleh pestisida apabila terpapar selama bertahun-tahun. Hal ini dapat menyebabkan Hepatitis.
3. Pada Perut Muntah-muntah, sakit perut dan diare adalah gejala umum dari keracunan
pestisida. Banyak orang-orang yang dalam pekerjaannya berhubungan langsung dengan pestisida selama bertahun-tahun, mengalami masalah sulit
makan. Orang yang menelan pestisida baik sengaja atau tidak efeknya sangat buruk pada perut dan tubuh secara umum. Pestisida merusak langsung
melalui dinding-dinding perut. 4. Pada Sistem Kekebalan
Beberapa jenis pestisida telah diketahui dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh manusia dengan cara yang lebih berbahaya. Beberapa jenis pestisida
dapat melemahkan kemampuan tubuh untuk menahan dan melawan infeksi. Ini berarti tubuh menjadi lebih mudah terkena infeksi, atau jika telah terjadi
infeksi penyakit ini menjadi lebih serius dan makin sulit untuk disembuhkan. 5. Pada Sistem Hormon
Hormon adalah bahan kimia yang diproduksi oleh organ-organ seperti otak, tiroid, paratiroid, ginjal, adrenalin, testis dan ovarium untuk mengontrol
fungsi-fungsi tubuh yang penting. Beberapa pestisida mempengaruhi hormon reproduksi yang dapat menyebabkan penurunan produksi sperma pada pria
Universitas Sumatera Utara
atau pertumbuhan telur yang tidak normal pada wanita. Beberapa pestisida dapat menyebabkan pelebaran tyroid yang akhirnya dapat berlanjut menjadi
kanker tyroid.
2.1.3.3 Dampak Pestisida terhadap Lingkungan
Menurut Soemirat 2007 Insektisida dapat berpengaruh terhadap lingkungan sebagai berikut :
1. Residu Insektisida dalam Tanah Penyemprotan pestisida akan berada di udara yang lama kelamaan akan jatuh ke
tanah. Untuk jenis pestisida yang tidak mudah menguap akan berada di dalam di dalam tanah terutama dari golongan organoklorin karena sifatnya yang persisten.
2. Residu Insektisida dalam Air Pestisida yang disemprotkan dan yang sudah berada didalam tanah dapat terbawa
oleh air hujan atau aliran permukaan sampai ke badan air, berupa sungai dan sumur.
3. Residu Insektisida di Udara Pestisida dapat berada di udara setelah disemprotkan dalam bentuk partikel air
droplet atau partikel yang terformulasi jatuh pada tujuannya. 4. Residu Pestisida pada Tanaman
Insektisida yang dismprotkan pada tanaman tentu akan meninggalkan residu. Residu insektisida terdapat pada semua tubuh tanaman seperti batang, daun, buah,
dan juga akar. Khusus pada buah, residu ini terdapat pada permukaan maupun
Universitas Sumatera Utara
daging dari buah tersebut. Walaupun sudah dicuci, atau dimasak residu pestisida ini masih terdapat pada bahan makanan.
5. Residu Pestisida di Lingkungan Kerja Pestisida kebanyakan digunakan di pertanian, sehingga perlu sedikit diketahui
bahwa insektisida ini dapat menimbulkan masalah kesehatan pekerja di pertanian atau petani termasuk juga pencampuran pestisida. Kebanyakan petani di
Indonesia mengetahui bahaya pestisida, namun mereka tidak peduli dengan akibatnya.
2.1.3.4 Dampak Pestisida Bagi Lingkungan Pertanian
Menurut Djojosumarto 2008, bahwa dampak pestisida bagi lingkungan pertanian yaitu :
1. Organisme pengganggu tanaman menjadi kebal terhadap suatu pestisida. timbul resistensi organisme pengganggu tanaman terhadap pestisida.
2. Meningkatkan populasi hama setelah penggunaan pestisida resurjensi hama 3. Timbulnya hama baru, bisa hama yang selama ini dianggap tidak penting
maupun hama yang sama sekali baru. 4. Fitotoksik meracuni tanaman.
2.1.3.5 Dampak Insektisida Golongan Organofosfat terhadap Kesehatan
Pestisida masuk kedalam tubuh manusia melalui kulit, mulut, saluran pencernaan, pernafasan. Di dalam darah manusia pestisida ini akan berikatan dengan
enzim cholirenesterase yang berfungsi untuk mengatur kerja syaraf. Dan karena adanya pestisida dalam darah maka Acetilcholirenesterse AChE akan di ikat oleh
Universitas Sumatera Utara
pestisida, sehingga enzim tidak dapat melaksanakan tugasnya dalam tubuh terutama meneruskan untuk mengirim perintah kepada otot-otot. Akibatnya otot-otot bergerak
tanpa dapat dikendalikan Sudarno, 1997. Pada masyarakat yang terkena racun insektisida organofosfat, tanda dan gejala
keracunan adalah timbul gerakan otot-otot tertentu, penglihatan kabur, mata berair, mulut berbusa, banyak berkeringat, air liur banyak keluar, mual, pusing, kejang-
kejang, muntah-muntah, detak jantung menjadi cepat, mencret, sesak nafas, otot tidak bisa digerakkan dan akhirnya pingsan Wudianto, 2010.
Menurut Mukono 2011 akibat inhibisi Acetilcholinesterasae AChE di dalam sistem syaraf mengakibatkan gangguan keracunan seperti :
a. Keracuanan Akut 1. Manifestasi muscarinik :
a Gejala pencernaan makanan seperti mual, muntah b Aktifitas kelenjar keringat meningkat
c Aktifitas kelenjar ludah meningkat d Aktivitas kelenjar air mata meningkat
e Ketajaman mata berkurang 2. Manifestasi nikotinik seperti sesak napas, kram pada otot tertentu dan cyanosis.
3. Manifestasi susunan saraf pusat seperti rasa cemas, sakit kepala, kesukaran tidur, depresi, tremor, kejang, gangguan pernapasan dan peredaran darah.
Universitas Sumatera Utara
b. Keracunan Kronis Ada beberapa jenis keracunan kronis yang disebabkan oleh pestisida
organofosfat, yaitu : 1. Carsinogenik pembentukan jaringan kanker.
2. Teratogenik kelahiran anak cacat dari ibu yang keracunan insektisida. 3. Myopathi penyakit otot.
2.1.4 Toksikologi Pestisida
Mekanisme masuknya pestisida ke dalam tubuh melalui tiga cara, yaitu melalui penghirupan, pencernaan dan kulit. Pestisida terdistribusi ke seluruh jaringan
terutama sistem saraf pusat. Beberapa diantaranya mengalami biotransformasi, dirubah menjadi intermediet yang lebih toksik paraoxon sebelum dimetabolisir Lu,
1995. Semuanya mengalami degradasi hydrolysis di dalam hati dan jaringan- jaringan lain, biasanya dalam waktu hitungan jam setelah absorbsi. Waktu paruh
organofosfat berkisar antara 1-2 hari. Produk degradasinya mempunyai toksisitas
yang rendah dan dikeluarkandiekskresikan dalam bentuk urin dan faeces.
Toksisitas atau daya racun pestisida adalah sifat bawaan yang menggambarkan potensi pestisida tersebut untuk membunuh secara langsung pada
hewan atau manusia. Toksisitas dinyatakan dalam LD50 lethal dose, yakni jumlahpestisida yang menyebabkan kematian 50 dari binatang percobaan yang
umumnya digunakan adalah tikus. Dosis dihitung dalam mg per kilogram berat badan mgkg. Namun ada perbedaan antara LD50 oral dan LD50 dermal. LD50 oral
adalah dosis yang menyebabkan kematian pada binatang percobaan tersebut diberikan
Universitas Sumatera Utara
secara oral atau melalui makanan, sedangkan LD50 dermal ialah dosis yang terpapar melalui kulit Depkes, 2003.
Pestisida meracuni manusia melalui berbagai proses seperti : 1. Kulit
Hal ini dapat terjadi apabila pestisida terkena pada pakaian atau langsung pada kulit ketika petani memegang tanaman yang baru saja disemprot, ketika pestisida
pada kulit atau pakaian, ketika petani mencampur pestisida tanpa sarung tangan, atau ketika anggota keluarga mencuci pakaian yang telah terkena pestisida. Untuk
petani atau pekerja lapangan, cara keracunan yang paling sering terjadi adalah melalui kulit.
2. Pernafasan Hal ini paling sering terjadi pada petani yang menyemprot pestisida atau pada
orang-orang yang ada di dekat tempat penyemprotan. Perlu diingat bahwa beberapa pestisida yang beracun tidak berbau.
3. Mulut Hal ini terjadi bila seseorang meminum pestisida secara sengaja ataupun tidak,
ketika seseorang makan atau minum air yang telah tercemar, atau ketika makan dengan tangan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu setelah berurusan dengan
pestisida.
2.1.5 Metode Penyemprotan Pestisida