2. Kendala Guru Ekonomi dalam Mengimplementasikan Penilaian
Autentik di MA se-Kabupaten Sleman
Dari hasil wawancara dengan guru ekonomi di MA se-kabupaten Sleman mengenai kendala dalam mengimplementasikan penilaian autentik
pada pembelajaran ekonomi, diantaranya untuk aspek perencanaan, kendala yang dihadapi adalah waktu yang cukup banyak untuk membuat
RPP yang baik dan benar sesuai dengan standar penilaian pendidikan yang ada pada kurikulum, sehingga ketika tidak ada waktu luang RPP dibuat
singkat atau menggunakan RPP tahun pelajaran sebelumnya. Kemudian banyaknya keriteriakomponen penilaian yang harus direncanakan dalam
penilaian autentik dan dalam menentukan indikator serta membuat rubrik masih sulit dilakukan, karena belum terbiasa dan memakan waktu dalam
pembuatannya. Jadi melihat banyaknya komponenkriteria penilaian autentik dan harus menentukan indikator ataupun rubriknya guru merasa
waktunya tersita banyak, sedangkan pekerjaan lainnya masih menumpuk. Hal ini yang menjadi kendala dasar bagi guru ekonomi di MA se-
kabupaten Sleman pada aspek perencanaan penilaian autentik. Hal ini juga didukung dengan hasil penelitian Ela Purwanti tentang evaluasi penilaian
autentik, yang menyebutkan bahwa perencanaan penilaian autentik terlalu rumit dalam pembuatannya.
Kendala yang dihadapi guru ekonomi di MA se-kabupaten Sleman pada aspek pelaksanaan adalah sulitnya merubah kebiasaan dengan
penilaian yang tradisional menjadi autentik. Hal ini guru terkadang sudah tahu bahwa penilaian autentik secara ideal sangat baik jika
diimplementasikan di dalam pembelajaran, tetapi dalam pelaksanaanya di dalam kelas sangat sulit karena terlalu banyaknya hal-hal yang harus
dilakukan ketika di dalam kelas, membuat guru kembali lagi untuk melakukan penilaian tradisional yang lebih simpel dan sudah terbiasa
dalam pelaksanaanya. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Ela Purnawanti yang menyatakan bahwa banyaknya komponen
yang diperhatikan guru secara bersamaan saat pelaksanaan penilaian menjadi kendala guru ekonomi di SMA 2 Negeri Ngagglik Sleman dalam
mengimplementasikannya. Kemudian kurangnya motivasi siswa dalam pembelajaran yang
inovatif, sehingga penilaian autentik sulit dilaksanakan. Jadi, ketika guru membuat pembelajaran yang inovatif seperti diberikannya tugas kelompok
ataupun tugas individu untuk mengobservasi suatu pasar, perusahaan ataupun
yang lainnya,
siswa terkadang
tidak serius
dalam mengerjakannya. Sehingga guru merasa hanya membuang waktu jika terus
dilakukanya pembelajaran inovatif. Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan bagian kurikulum yang menyatakan bahwa terkadang
memang siswa sulit jika diberikan pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk mencari sendiri materi pelajaran sebagai penugasan. Terkadang
metode ceramah juga masih banyak siswa yang kurang memahami materi yang sudah disampaikan guru.
Hasil wawancara dengan siswa juga menyatakan bahwa mereka lebih senang dengan pembelajaran seperti biasa yaitu metode ceramah. Hal
ini dikarenakan jika guru memberikan penugasan, terkadang siswa merasa malas, ribet dan sulit jika diberikan penugasan yang mengharuskan siswa
mencari sendiri sumber materi pelajaran seperti buku, internet ataupun koran. Dari beberapa wawancara tersebut dapat ditarik garis tengahnya
bahwa ketika guru membuat pembelajaran yang inovatif tetapi tidak didukung dengan sarana madrasah, begitupun ketika guru merancang
pembelajaran inovatif, dimungkinkan kurang baik dalam penyampaiannya sehingga membuat siswa merasa bingung atau kurang jelas. Selanjutnya di
dalam pelaksanaan penilaian autentik dapat dilihat kendala dari aspek teknik dan instrumen penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Kendala yang dihadapi guru ekonomi di MA se-kabupaten Sleman pada aspek teknik dan instrumen penilaian sikap adalah Terlalu banyak
komponen pada penilaian sikap, sehingga memakan waktu yang cukup banyak jika penilaian sikap dilaksanakan secara ideal sesuai dengan
standar penilaian pendidikan yang ada pada kurikulum. Kemudian guru merasa sangat sulit jika harus menilai secara detail perilaku dan sikap
siswa secara simultan, sedangkan kapasitas siswa pada umumnya masih sangat banyak. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ela Purnawanti yang menyatakan bahwa kendala guru ekonomi di SMA 2 Negeri Ngaglik Sleman untuk penilaian sikap adalah harus memperhatikan
siswa secara detail dengan jumlah siswa yang tidak sedikit. Kompetensi sikap memang sering menjadi kendala guru, guru
merasa sangat sulit jika harus menilai secara simultan yang ada pada diri
siswa masing-masing. Terkadang guru juga merasa kasihan terhadap siswa jika harus menilai sesuai dengan perilaku siswa tersebut, karena di usia
SMA mereka masih mengalami proses pendewasaan, sehingga perilakusikap siswa harus baik sesuai dengan tuntutan rubrik itu sangat
sulit Jika dilaksanakan secara ideal maka hasilnya banyak siswa yang nilainya terganggu dengan hasil penilaian sikap. Hal ini yang membuat
guru akhirnya menilai secara keseluruhan seperti terbaik, terajin maupun termalas.
Kendala yang dihadapi guru ekonomi di MA se-kabupaten Sleman pada aspek teknik dan instrumen penilaian pengetahuan adalah untuk
penilaian selain ulangan, UAS dan UN memakan waktu saat pembelajaran, sehingga tidak sempat terlaksana seperti penugasan, tanya jawab, kuis, tes
di awal maupun di akhir pembelajaran dan bentuk tes kognitif lainnya. Hal ini yang membuat guru akhirnya hanya hanya menggunakan tes-tes yang
berbentuk pilihan ganda dan esai dalam mengimplementasikan penilaian pengetahuan.
Kendala yang dihadapi guru ekonomi di MA se-kabupaten Sleman pada aspek teknik dan instrumen penilaian keterampilan adalah kurangnya
motivasi siswa, Memakan biaya dan waktu yang tidak banyak, Sarana madrasah, serta perizinan untuk observasi di luar madrasah yang terbatas.
Hal tersebut yang membuat guru sulit jika mengimplementasikan berbagai macam teknik dan instrumen penilaian keterampilan. Guru hanya
mengimplementasikan teknik dan instrumen penilaian keterampilan yang
mudah dilaksanakan, seperti membuat kelompok diskusi dan observasi ke koperasi madrasah.
Kemudian Dari hasil wawancara, untuk analisis dan pelporan memang tidak terlalu sulit untuk diimplementasikan, karena semua
diserahkan kepada bagian kurikulum madrasah. Tetapi dalam penyerahan dokumentasi penilaian, guru juga masih banyak menemukan kendala,
diantaranya kendala yang dihadapi guru ekonomi di MA se-kabupaten Sleman pada aspek analisis dan pelaporan adalah banyaknya instrumen
sehingga memakan waktu dalam mendeskripsikan dan sulit membuat kesimpulannya, banyaknya dokumentasi yang hilang sehingga sedikit sulit
untuk mendeskripsikan penilaian dan beberapa guru masih menggunakan rapor yang hanya berupa angka dan deskripsi secara singkat.
Dari kendala guru ekonomi dalam mengimplementasikan penilaian autentik di atas, kendala yang belum muncul di dalam penelitian yang
dilakukan oleh Ela Purnawanti adalah waktu yang terbatas, biaya yang lebih banyak, motivasi siswa yang kurang dalam mengikuti pembelajaran
yang inovatif serta sarana yang masih terbatas.
D. Keterbatasan Penelitian