Peternakan dalam Sistem Usahatani

disiapkan juga sepuluh ekor ternak babi dengan berat ± 36.00 kg yang dikandangkan secara terpisah, dengan pemberian pakan yang diatur 2 kgekor, sebagai perlakuan. Untuk kesepuluh ekor ternak babi sebagai perlakuan, pemberian pakan dilakukan dua kali sehari dan air minum selalu tersedia. Ransum yang diberikan adalah ransum ternak babi fase pertumbuhan. Ransum terdiri dari bahan makanan seperti, jagung kuning, dedak halus, bungkil kelapa, tepung ikan dan limbah tanaman ubi jalar, dengan protein kasar 14.33 dan EB 3 103.49 kkalkg. Brangkasan ubi jalar diberikan pada kesepuluh ekor ternak babi perlakuan, masing-masing sebanyak 700 gram setiap ekor babi pada waktu siang hari jam 12.00 WITA terpisah dari ransum basal. Pertambahan bobot badan diketahui dengan menimbangnya setiap minggu, selama delapan minggu. Pertambahan bobot badan, diperoleh dari selisih antara bobot badan akhir dengan bobot badan awal percobaan. 3. Tahap ketiga, pemanfaatan limbah ternak babi sebagai biogas Pada pemasukan pertama diperlukan limbah ternak babi dalam jumlah banyak sampai lubang digester terisi penuh. Kebutuhan awal isian untuk alat ini 200 liter, yaitu bahan baku limbah ternak babi dan air. Selanjutnya, isian yang telah dibuat dimasukkan kedalam tabung pencerna. Cara penggunaan secara lengkap sebagai berikut, isian dibuat dengan mencampurkan kotoran ternak babi segar dengan air, perbandingannya 1:1, berdasarkan unit volume air dan kotoran babi segar dalam volume yang sama. Aduk kotoran dan air sampai merata menyerupai lumpur. Isian dimasukkan kedalam tabung pencerna melalui pipa pemasukan isian. Pada pemasukan pertama, kran pengeluaran gas yang ada diatas tabung pencerna tidak disambungkan dulu ke pipa. Kran tersebut dibuka agar udara dalam digester terdesak keluar sehingga proses pemasukan lumpur kotoran babi lebih mudah. Pemasukan isian dihentikan setelah tabung pencerna penuh yang ditandai dengan keluarnya buangan dari pipa buangan. Buka kran pengeluaran gas dan hubungkan dengan pipa pemasukan gas tabung pengumpul dengan selang plastik. Setelah itu disiapkan tabung penampung gas. Pada tabung besar yang terbuat dari plateser dimasukkan air sampai ketinggian 60 cm. Kemudian masukkan drum besar berukuran 200 liter kedalam tabung besar yang terbuat dari plateser yang telah berisi air dan biarkan tenggelam sebagian badannya. Tutup kran pengeluaran gas pada tabung pengumpul gas. Pada hari kedua, gas pertama mulai terbentuk yang ditandai dengan terangkatnya drum pengumpul gas. Gas pertama ini masih bercampur dengan udara sehingga belum dapat digunakan. Gas pertama ini perlu dibuang dengan membuka kran pengeluaran gas tabung pengumpul gas. Setelah gas pertama terbuang habis yang ditandai dengan turunnya permukaan drum penampung gas pada posisi semula, kran pengeluaran gas ditutup kembali. Gas yang terbentuk kemudian sudah dapat digunakan. Untuk menghitung berapa banyak gas yang ada, menggunakan rumus volume silinder. Pengisian isian selanjutnya dapat dilakukan setiap hari. Hasil akhir biogas berupa lumpur sludge secara otomatis akan keluar dari reaktor setiap kali dilakukan pengisian bahan biogas. Lumpur sisa proses pembuatan biogas digunakan untuk pemupukan tanaman pangan dalam hal ini tanaman ubi jalar. Sludge dianalisa di laboratorium sebelum digunakan sebagai pupuk organik pada lahan tanaman ubi jalar. 4. Tahap keempat, pemupukan ubi jalar dengan dosis sebagai berikut: P0 = tanpa pupuk kontrol P1 = 100 anorganik 20 glubang tanam P2 = 50 anorganik 10 glubang tanam P3 = 50 sludge 150 glubang tanam P4 = 100 sludge 300 glubang tanam P5 = 50 10 g anorganik + 50 150 g sludgelubang tanam Rancangan percobaan yang digunakan pada percobaan ini adalah Rancangan Acak Lengkap RAL dengan enam perlakuan masing-masing dengan empat ulangan Steel dan Torrie 1994. Prosedur percobaan. Tanah yang akan digunakan diolah terlebih dahulu hingga gembur dengan cara dicangkul kemudian dibiarkan selama satu minggu. Analisis unsur hara tanah dilakukan sebelum tanah digunakan. Bedengan dibuat dengan ukuran lebar 60 cm, tinggi bedeng 30 cm, panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan, dan jarak antar bedengan 100 cm. Jarak antar bedengan atau guludan tersebut merupakan lebar selokan. Bibit ubi jalar yang ditanam di kebun dipilih dari jenis ubi jalar yang baik, dimana bibit berasal dari varietas lokal. Bibit tanaman yang berasal dari stek pucuk, berumur dua bulan dan kondisi baik. Panjang stek adalah 25 cm, yang ruas-ruasnya rapat dan buku-bukunya belum tumbuh akar. Penanaman bibit stek ubi jalar dimasukkan kedalam lubang sedalam 10 cm, hingga pangkal batang bibit stek ubi jalar terbenam dalam tanah 12 - 23 bagian, kemudian padatkan tanah dekat pangkal stek bibit. Masukkan pupuk sesuai perlakuan kedalam lubang, tutup dengan tanah tipis-tipis. Pada umur empat minggu setelah tanam, dilakukan pengendalian gulma diikuti dengan pembumbunan, yaitu menggemburkan tanah bedengan, kemudian tanah ditimbunkan lagi pada bedengan. Pengendalian gulma dan pembubunan diulangi lagi saat tanaman berumur delapan minggu. Panen pada saat ubi jalar mencapai umur empat bulan. Ubi jalar dipotong batangnya dekat dengan permukaan tanah menggunakan parang. Pembongkaran umbi dilakukan dengan cara menggali tanah bedengan di sekitar umbi menggunakan parang. Umbi diangkat secara hati-hati. Umbi yang telah dibongkar dikumpulkan dalam wadah yang baik. Pengamatan pada produksi ubi jalar: a. Bobot umbi total per lubang tanaman, dihitung berapa banyak umbi yang dihasilkan perlubang tanaman dan ditimbang Nuraeni 2007 b. Bobot brangkasan batang dan daun per lubang tanaman, dengan cara memotong brangkasan dan ditimbang Nuraeni 2007 c. Bobot ideal umbi yang dapat dipasarkan, yaitu ubi jalar dengan berat 150 gram per umbi Suwarto et al. 2006 d. Kandungan gizi umbi Juanda 2000 5. Tahap kelima, efisiensi penerapan sistem integrasi ternak babi dengan tanaman ubi jalar. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Peternak Peternak di Minahasa memiliki karakteristik yang mungkin tidak berbeda dengan peternak di daerah lain berkaitan dengan tingkat pendidikan, pekerjaan, dan tujuan beternak babi. Beberapa aspek dapat dijelaskan sebagai berikut: Umur Kemampuan bekerja dalam pengelolaan suatu usahatani sangat tergantung pada produktivitasnya dalam bekerja, karena kemampuan bekerja seseorang berbeda untuk setiap tingkatan umur. Umur anak, dewasa dan tua masing-masing memiliki produktivitas bekerja yang berbeda-beda. Petani yang berumur relatif muda biasanya lebih kuat, lebih cekatan dan lebih tahan bekerja dibandingkan dengan petani yang berumur lebih tua. Gambar 9 Persentase umur. Hasil pengamatan Gambar 9 menunjukkan persentase umur petani terbanyak ada pada selang umur 41-60 tahun 56. Hal ini mengindikasikan kurangnya minat orang muda yang ingin mengembangkan usahatani di lokasi penelitian. Ada anggapan bahwa usaha tani membutuhkan waktu yang cukup panjang. Tingkat Pendidikan Formal dan Non Formal Penerapan pola usahatani tidak lepas dari pengetahuan petani. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan diikuti dengan semakin tingginya produtivitas, karena semakin cepat dalam penerimaan teknologi baru dan lebih 56 20-40 tahun 44 41-60 tahun berani mengambil resiko dalam usahataninya. Untuk itu, tingkat pendidikan dan pengetahuan petani sangat berperan dalam rangka kemajuan usahatani. Gambar 10 Persentase tingkat pendidikan. Hasil pengamatan Gambar 10 menunjukkan bahwa sebagian besar petani adalah tamatan SMA sebesar 69, diikuti tamatan SMP 13, tamatan SD 12 dan tamatan Perguruan Tinggi 6, sedangkan untuk petani yang mengikuti pendidikan non formal berupa kursus hanya 25, sisanya 75 tidak mengikuti kursus Gambar 11. Gambar 11 Persentase pendidikan non formal. Pekerjaan Utama Berdasarkan hasil pengamatan Gambar 12 menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan pokok penduduk adalah petani 50, diikuti peternak 29, sopir 7, PNS 7 dan buruh 7. Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar mata 12 SD 13 SLTP 69 SLTA 6 PT 75 Tanpa kursus 25 Kursus pencarian penduduk berkaitan erat dengan potensi lahan pertanian dan peternakan serta sangat menggantungkan pada produktivitas lahan pertanian dan peternakan. Gambar 12 Persentase pekerjaan utama. Tujuan Peternak Beternak Babi Hasil pengamatan Gambar 13 menunjukkan bahwa tujuan peternak untuk beternak babi sebagian besar adalah sebagai sumber penghasilan 81 diikuti sumber daging 13 dan sebagai tabungan 6. Kondisi ini menunjukkan bahwa ternak babi sangat potensial untuk dikembangkan di lokasi penelitian, karena pada umumnya sebagai sumber pendapatan bagi penduduk. Gambar 13 Persentase tujuan beternak babi. 7 Sopir 50 Petani 7 PNS 29 Peternak 7 Buruh 81 Penghasilan 6 Tabungan 13 Daging