4.7 Pembahasan Umum
Pola integrasi ternak dengan tanaman pangan menjamin keberlanjutan produktifitas lahan melalui kelestarian sumber daya alam yang ada. Peran ternak
dapat dimasukan dalam bagian integral sistem usaha tani untuk saling mengisi dan bersinergi dan memberi hasil serta nilai tambah yang optimal. Ternak selain
menghasilkan produk utama, juga menghasilkan hasil sampingan berupa feses dan urin yang sampai saat ini masih dianggap sebagai masalah, dengan inovasi
sederhana dapat diubah menjadi sumber energi alternatif yaitu biogas dan pupuk yang bermutu.
Peternak di Minahasa, khususnya di Desa Sumarayar, manajemen pemeliharaan ternak masih tradisional. Tujuan pemeliharaan ternak masih terbatas
pada fungsi ternak sebagai penghasil daging dan bukan sebagai penghasil gas bio dan pupuk. Oleh sebab itu, telah dilakukan suatu penelitian tentang pola integrasi
ternak babi dengan tanaman ubi jalar dengan hasil sebagai berikut: 1 pertambahan bobot ternak babi dengan menggunakan ransum perlakuan ditambah
brangkasan 700 gekorhari berkisar antara 0.22 – 0.43 kg selama pemeliharaan
empat puluh sembilan hari, 2 ransum perlakuan harganya lebih murah Rp2 260 dibandingkan dengan ransum peternak Rp3 562, 3 volume gas tertinggi yang
dihasilkan 182 literhari yang dapat digunakan untuk memasak selama 45 menit. Efisiensi penggunaan gas dapat dihitung berdasarkan hasil konversi dengan
minyak tanah dan kayu bakar. Gas yang dipakai untuk mamasak 2 liter air 45 liter, jika disetarakan dengan pemakaian minyak tanah 350 ml Rp2 800. Pemakaian
kayu bakar 1 300 gram Rp1 560. Hasil sampingan dari biogas yaitu sludge dengan kandungan unsur hara 0.44 N, 0.23 P dan 0.06 K. Sludge limbah
ternak babi langsung digunakan pada tanaman ubi jalar dengan hasil bobot umbi ≥ 150 gumbi yang dapat dipasarkan 95. Brangkasan yang dihasilkan berkisar
antara 675-938 glubang tanam dapat digunakan sebagai pakan ternak Protein brangkasan 4.97.
Efisiensi penerapan sistem integrasi ternak babi dengan tanaman ubi jalar yaitu ketersediaan gasbio dapat menurunkan biaya bahan bakar, ketersediaan
pupuk dapat meningkatkan persentase bobot umbi yang dapat dipasarkan sebanyak 95, ketersediaan brangkasan ubi jalar sebagai pakan ternak dapat
meningkatkan bobot badan berkisar 0.22 – 0.43 kgekorhari. Ketersediaan ubi
jalar dan daging babi dapat mendukung ketahanan pangan yang berkualitas dan bergizi. Keuntungan bagi lingkungan dapat mencegah dampak pencemaran.
Dengan demikian konsep integrasi ternak babi dan tanaman ubi jalar yang berwawasan lingkungan dengan skala rumah tangga dapat diterapkan di Desa
Sumarayar. Kendala pada penelitian ini adalah ketersediaan ternak babi masyarakat
yang diperlukan untuk penelitian terbatas. Keterbatasan ternak babi baik dari segi jumlah, keseragaman dan harga. Peternak jarang yang mempunyai recording
ternak babi yang dipelihara. Jumlah babi yang dipelihara oleh peternak umumnya tidak lebih dari sepuluh ekor dengan fase pertumbuhan yang berbeda. Ternak babi
pada umur 6-8 minggu oleh peternak biasanya tidak dijual, karena pada umur tersebut ternak babi telah diberi ”makan” sehingga peternak akan memelihara
ternak babinya sampai mencapai berat potong, kalaupun dijual harganya jauh dari harga normal. Penerapan teknologi biogas memerlukan biaya yang relatif mahal
sehingga tidak terjangkau oleh peternak. Untuk itu perlu dukungan pemerintah dan swasta melalui program kemitraan dalam membantu pengembangan ternak
babi dan penerapan teknologi biogas di tingkat desa.