Produksi Susu Pemerahan Tatalaksana Pemeliharaan 1. Perkandangan

dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya.

2.3.4. Produksi Susu

Menurut Sudarwanto 2004, faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas, kuantitas dan susunan produksi susu sapi adalah bangsa atau rumpun sapi, lama bunting, masa laktasi, besar sapi, estrus, umur sapi, selang beranak, masa kering, frekuensi pemerahan, dan tatalaksana pemberian pakan. Menurut Sudono dalam Sukmapradita 2008, puncak produksi susu sapi terjadi pada bulan ketiga setelah beranak kemudian turun secara bertahap pada bulan berikutnya. Pada bulan keempat produksi susu mengalami penurunan yang sangat jelas dari 10 literekorhari menjadi 9,38 literekorhari. Sapi yang beranak pada umur lebih tua 3 tahun akan menghasilkan susu lebih banyak daripada sapi yang beranak pada umur muda 2 tahun. Produksi susu akan terus meningkat dengan bertambahnya umur sampai sapi berumur tujuh tahun atau delapan tahun, setelah itu produksi susu akan menurun sedikit demi sedikit sampai sapi berumur 11 sampai 12 tahun.

2.3.5. Pemerahan

Menurut Sudono 1999, sapi yang sedang berproduksi memiliki jadwal pemerahan setiap hari, yang pada umumnya dilakukan dua kali sehari. Jadwal pemerahan yang teratur dan seimbang akan memberikan produksi air susu yang lebih baik daripada jadwal pemerahan yang tidak teratur dan tidak seimbang, misalnya jarak pemerahan terlalu panjang ataupun terlalu pendek. Sebagai contoh jarak pemerahan antara 16 jam dan 8 jam hasilnya lebih rendah daripada sapi yang diperah dengan jarak pemerahan 12 jam. Faktor yang mempengaruhi produksi susu antara lain adalah jumlah pemerahan setiap hari, lamanya pemerahan, dan waktu pemerahan. Jumlah pemerahan 3 sampai 4 kali setiap hari dapat meningkatkan produksi susu daripada jika hanya diperah dua kali sehari. Pemerahan pada pagi hari mendapatkan susu sedikit berbeda komposisinya daripada susu hasil pemerahan sore hari. Pemerahan menggunakan tangan ataupun menggunakan mesin tidak memperlihatkan perbedaan secara signifikan dalam produksi susu, kualitas ataupun komposisi susu. Hubungan antara umur dan jumlah pemerahan Tabel 5. Tabel 5. Perbandingan Pemerahan tiga kali dengan Pemerahan empat kali per Hari. Umur Sapi Pemerahan 3 kali sehari 4 kali sehari 2 tahun 20 35 3 tahun 17 30 4 tahun 15 26 Sumber : Saleh, 2004. 2.4. Kajian Penelitian Terdahulu Anggraini 2003, melakukan penelitian mengenai pendapatan usaha peternakan sapi potong rakyat di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan penelitian, terdapat empat skala usaha yaitu skala I sampai IV, yaitu skala I ≤ 10 ST, skala II 11-20 ST, skala III 21-50 ST, dan skala IV 50 ST. Penelitian menunjukkan ke empat skala layak untuk diusahakan dengan nilai indikator kelayakan di atas standar baku. Hasil penelitian menunjukkan biaya pakan merupakan komponen biaya produksi yang terbesar. Berdasarkan biaya produksi per ST, maka dapat diketahui adanya penghematan biaya pada skala usaha yang semakin besar. Rofik 2005, meneliti tentang kelayakan finansial usaha peternakan sapi perah di Pondok Ranggon, Jakarta Timur. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa analisis pada kelompok peternak I dengan tingkat suku bunga pinjaman 14,85 persen memiliki nilai NPV sebesar Rp 74.420.770,00. NPV untuk kelompok peternak II sebesar Rp 152.071.340,00. NPV untuk kelompok peternak III sebesar Rp 311.022.350,00. Nilai tersebut merupakan pendapatan bersih yang diterima peternak selama delapan tahun pengembangan. Nilai BCR untuk kelompok peternak I sebesar 1,35, yang artinya peternak akan mendapatkan tambahan penerimaan sebesar Rp 0,35,00 dari setiap pengeluaran Rp 1,00. Untuk kelompok peternak II nilai BCR sebesar 1,43, yang artinya peternak akan mendapatkan tambahan penerimaan sebesar Rp 0,43,00 dari setiap pengeluaran Rp 1,00. Sedangkan kelompok peternak III nilai BCR sebesar 1,52 yang artinya peternak akan mendapatkan tambahan penerimaan sebesar Rp 0,52,00 dari setiap pengeluaran Rp 1,00. Semua nilai tersebut menunjukan perbandingan penerimaan yang diterima peternak lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Untuk nilai IRR pada kelompok peternak I sebesar 23,32 persen, pada kelompok peternak II sebesar 36,07 persen dan pada kelompok peternak III sebesar 29,88 persen, yang artinya investasi yang ditanamkan layak dan menguntungkan karena tingkat pengembalian internalnya lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku 14,85 persen. Secara keseluruhan berdasarkan nilai- nilai pada kriteria investasi tersebut secara finansial usaha ternak sapi perah Pondok Ranggon layak untuk dikembangkan. Peneliti Wulandari 2007 yang berjudul analisis kelayakan proyek instalasi biogas dalam mengelola limbah ternak sapi perah Kasus di Kelurahan Kebon Pedes Bogor. Analisis kelayakan finansial proyek instalasi biogas kapasitas 3,5 m 3 dengan tingkat diskonto 16 persen menunjukkan nilai NPV positif sebesar Rp.10.797.029,96, Net BC sebesar 1,41, Payback Period selama 10,5 tahun. Hasil membuktikan proyek instalasi layak untuk dilaksanakan dengan tingkat diskonto yang ada. Hasil analisis switching value dengan tingkat diskonto 16 persen menunjukkan, bahwa proyek tidak akan layak pada penurunan penjualan sebesar 3 persen dan peningkatan biaya variable sebesar 5 persen. Proyek instalasi biogas dalam mengolah limbah ternak sangat peka terhadap penurunan harga penjualan dan kenaikan biaya variabel. Berdasarkan analisis aspek-aspek penunjang kelayakan proyek yaitu aspek teknis, aspek pasar, aspek institusional-organisasi-manajerial, aspek sosial dan aspek finansial menunjukkan bahwa proyek instalasi biogas di kelurahan Kebon Pedes layak untuk dilaksanakan. Heriyatno 2009 meneliti tentang analisis pendapatan dan faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi perah di tingkat peternak Kasus anggota koperasi serba usaha “Karya Nugraha” Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat. Variabel yang diukur adalah jumlah produktivitas sapi perah peternak sebagai peubah terikat, besarnya biaya usaha X 1 , jumlah pemberian pakan konsentrat sapi berproduksi X 2 , jumlah pemberian pakan hijauan sapi berproduksi X 3 dan masa laktasi sapi berproduksi X 4 sebagai peubah bebas. KSU Karya Nugraha dalam upaya peningkatan produksi susu peternak, melakukan kegiatan membuat, menyediakan dan mendistribusikan pakan, memberi pelayanan medis dan inseminasi buatan kepada peternak serta menyalurkan pinjaman kepada peternak. Penilaian faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu di tingkat peternak menunjukan jumlah pemberian pakan konsentrat, jumlah pemberian pakan hijauan dan masa laktasi berpengaruh nyata terhadap produktivitas sapi perah sedangkan faktor besarnya biaya usaha tidak berpengaruh nyata. 40,2 persen hubungan antara faktor-faktor produksi yang digunakan dengan jumlah produksi susu di tingkat peternak dapat dijelaskan oleh fungsi produksi tersebut. Usaha ternak sapi perah yang dijalankan oleh anggota KSU Karya Nugraha memiliki nilai RC ratio sebesar 1,11 sehingga usaha tersebut layak untuk dijalankan. Peneliti Khaidar 2009 yang berjudul analisis pendapatan dan kepuasan peternak sapi perah anggota KPS Bogor bertujuan untuk menganalisis pendapatan usaha ternak sapi perah anggota KPS Bogor di Kelurahan Kebon Pedes dan KUNAK Cibungbulang, serta menganalisis tingkat kelayakan harga susu koperasi bagi peternak dan tingkat kepuasan anggota aktif terhadap pelayanan koperasi. Menggunakan analisis pendapatan usahatani, analisis BEP, analisis Important Performance Analysis IPA dan Customer Satisfaction Index CSI didapatkan hasil pada usaha ternak skala satu sampai sembilan ekor, pendapatan terbesar diterima oleh peternak yang melakukan diversifikasi penjualan ke koperasi dan ke luar koperasi. Pada usaha ternak dengan skala kepemilikan di atas sembilan ekor, nilai pendapatan dan RC peternak yang hanya menjual susu ke koperasi. Analisis kelayakan harga susu menunjukan bahwa harga yang diterima peternak anggota hanya layak bagi peternak dengan skala kepemilikan di atas sembilan ekor sapi perah yang menjual susu produksinya ke koperasi dan ke luar koperasi. Berdasarkan analisis tingkat kepuasan secara umum, anggota berada pada kriteria cukup. III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Studi Kelayakan Proyek