Lokasi dan Waktu Penelitian Data dan Instrumentasi Metode Pengumpulan Data Asumsi Dasar yang Digunakan

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Peternakan Sapi Perah PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja purposive dengan pertimbangan bahwa PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos merupakan salah satu wilayah dengan populasi sapi perah yang besar di Kecamatan Ciawi. Penelitian lapang akan dilakukan selama bulan Januari sampai bulan Februari 2011.

4.2. Data dan Instrumentasi

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di perternakan sapi perah tersebut serta wawancara dengan kordinator peternakan dan karyawan setempat. Selain itu digunakan juga data sekunder yang diperoleh dari buku-buku yang relevan dengan topik yang diteliti. Pengambilan data sekunder diperoleh dari literatur-literatur, baik yang didapat di perpustakaan maupun tempat lain berupa hasil penelitian terdahulu mengenai analisis kelayakan usaha, artikel baik dari media cetak koran dan majalah, maupun media elektronik internet.

4.3. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data berupa wawancara dan observasi langsung dengan mengamati kegiatan yang ada di peternakan sapi perah.

4.4. Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis aspek finansial usaha sapi perah meliputi Net Present Value NPV, Internal Rate Return IRR, Net Benefit Cost Ratio Net BC Ratio, Payback Periode dan Analisis Sensitivitas Switching Value Nilai Pengganti.

4.4.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai aspek-aspek yang dikaji dalam analisis kelayakan usaha sapi perah pada peternakan rakyat. Aspek-aspek tersebut meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, ekonomi dan lingkungan, serta aspek finansial.

4.4.1.1. Analisis Aspek Pasar

Analisis aspek pasar dapat dilihat dari sisi produk yang dihasilkan dimana adanya permintaan yang terjadi akan didapatkan penerimaan yang menguntungkan dari kegiatan pemasaran. Mengkaji pasar input dan pasar output, harga, bagaimana permintaan, distribusi atau jalur pemasaran untuk input, proporsi penjualan untuk pasar yang dituju, konsumen dari usaha ini, persaingan yang dihadapi, perkiraan penjualan, dan kendala dalam pemasaran produk output.

4.4.1.2. Analisis Aspek Teknis

Analisis secara teknis berhubungan dengan input proyek penyediaan dan produksi berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Aspek teknis berpengaruh besar terhadap kelancaran jalannya usaha, terutama kelancaran proses produksi. Analisis teknis ini dikaji untuk mengetahui gambaran mengenai lokasi usaha peternakan sapi perah, besar skala operasi atau luas produksi, peralatan dan perlengkapan yang digunakan serta proses kegiatan produksi yang dilakukan dalam usaha peternakan sapi perah.

4.4.1.3. Analisis Aspek Manajemen

Aspek manajemen dikaji untuk mengetahui sumber daya manusia yang digunakan dalam menjalankan jenis-jenis pekerjaan pada usaha peternakan sapi perah. Hal-hal yang akan diperhatikan dalam aspek ini diantaranya adalah bentuk badan usaha yang digunakan, struktur organisasi yang beruna dalam menentukan garis kerja job description untuk mengatur pelaksanaan operasional perusahaan serta sistem ketenagakerjaan yang diterapkan oleh pihak manajemen.

4.4.1.4. Analisis Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

Analisis aspek sosial, ekonomi dan lingkungan dikaji untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh adanya kegiatan usaha peternakan sapi perah terhadap kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan masyarakat di sekitar usaha peternakan sapi perah maupun manfaat-manfaat yang ditimbulkan secara menyeluruh dari usaha ini. Analisis aspek sosial, ekonomi dan lingkungan juga berfungsi untuk mengetahui dampak pada pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh bau tidak sedap yang muncul dari usaha ini.

4.4.2. Analisis Aspek Finansial

Analisis kelayakan finansial dikaji menggunakan analisis biaya dan manfaat, analisis laba rugi, analisis kriteria investasi, yaitu meliputi Net Present Value NPV, Internal Rate Return IRR, Net Benefit Cost Ratio Net BC Ratio, Payback Periode dan Analisis Switching Value. Analisis biaya manfaat dilakukan untuk mengidentifikasi berbagai biaya yang dikeluarkan serta keseluruhan manfaat yang diterima selama proyek dijalankan. Hasil analisis biaya dan manfaat kemudian diolah sehingga menghasilkan analisis laba rugi. Analisis laba rugi akan menghasilkan komponen pajak yang merupakan pengurangan dalan cashflow usaha sapi perah. Setelah diketahui pajak maka dilakukan penyusunan cashflow sebagai dasar perhitungan kriteria investasi. Kriteria investasi akan menunjukan layak atau tidaknya usaha dari sisi finansial. Untuk mencari batas maksimum suatu perubahan sehingga dengan batas tersebut usaha masih dikatakan layak maka analisis sensitivitas Switching Value perlu dilakukan. 1 Net Present Value NPV Net Present Value atau manfaat bersih adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi. Rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah sebagai berikut: Keterangan : B t = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t Rupiah C t = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t Rupiah n = Umur ekonomis proyek Tahun i = Tingkat suku bunga Persen t = Tingkat Investasi t= 0,1,2,…n Tahun Dalam metode NPV terdapat tiga penilaian investasi, yaitu: a NPV 0, berarti secara finansial usaha layak untuk dilaksakanan karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya. b NPV 0, berarti secara finansial usaha tersebut tidak layak untuk dilaksakanan karena manfaat yang diperoleh lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan. c NPV = 0, berarti secara finansial proyek sulit dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan. 2 Internal Rate Return IRR Internal Rate Return adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan yang dinyatakan dalam satuan persen. Jika diperoleh nilai IRR lebih besar dari pada tingkat diskonto yang berlaku discount rate, maka proyek tersebut dinyatakan layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus yang digunakan dalam menghitung IRR adalah sebagai berikut : 1 2 2 1 1 1 i i NPV NPV NPV i IRR     Keterangan : NPV 1 = NPV yang bernilai positif Rupiah NPV 2 = NPV yang bernilai negatif Rupiah i 1 = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif persen i 2 = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif persen 3 Net Benefit Cost Ratio Net BC Ratio Ratio manfaat dan biaya diperoleh bila nilai sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya. Net BC menunjukan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Proyek layak dilaksanakan apabila nilai BC ratio lebih dari satu. Rumus yang digunakan dalam menghitung Net BC adalah sebagai berikut : Net BC Ratio = Keterangan : Net BC = Nilai Benefit-cost ratio B t = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke t Rupiah C t = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t Rupiah n = Umur ekonomis proyek Tahun i = Tingkat suku bunga persen t = Tingkat Investasi t= 0,1,2,…n 4 Payback Periode Payback Periode atau masa pembayaran kembali adalah jangka waktu kembalinya keseluruhan jumlah investasi modal yang ditanamkan dihitung mulai dari permulaan proyek sampai dengan arus nilai neto produksi tambahan sehingga mencapai jumlah keseluruhan investasi modal yang ditanamkan. Payback Periode berguna untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan cashflow. Semakin kecil angka yang dihasilkan mempunyai arti semakin cepat tingkat pengambilan investasinya, maka usaha tersebut semakin baik untuk diusahakan. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut : Keterangan : P = Jumlah waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi Tahun I = Biaya investasi Rupiah A = Benefit bersih tiap bulan Rupiah Selama proyek dapat mengambalikan modalinvestasi sebelum berakhirnya umur proyek, berarti proyek masih dapat dilaksanakan. Akan tetapi apabila sampai saat proyek berakhir dan belum dapat mengembalikan modal yang digunakan, maka sebaiknya proyek tidak dilaksanakan. 5 Analisis Switching Value Nilai Pengganti. Informasi keuangan usaha sapi perah yang dituangkan ke dalam cashflow hanya berlaku untuk satu harga tertentu saja tanpa mempertimbangkan perubahan yang akan terjadi. Faktor perubahan tingkat produksi seringkali menjadi parameter utama yang mempengaruhi perubahan dalam analisis kelayakan usaha sapi perah. Untuk mengantisipasi perubahan tersebut, maka dilakukan analisis sensitivitas dengan metode pengitungan switching value nilai pengganti. Metode ini digunakan untuk mengetahui hasil perhitungan yang membuat proyek tidak layak untuk diusahakan dengan melakukan perubahan pada sesuatu variabel. Keseluruhan asumsi-asumsi tersebut tidak terjadi secara bersamaan cateris paribus dengan kata lain jika asumsi pertama terjadi maka faktor yang lain tidak berubah. Kriteria kelayakan investasi yang tidak layak yaitu proporsi manfaat yang turun akibat manfaat sekarang neto NPV menjadi nol. Nilai nol akan membuat tingkat pengembalian ekonomi menjadi sama dengan tingkat diskonto yang berlaku dan perbandingan manfaat investasi neto menjadi persis sama dengan satu.

4.5. Asumsi Dasar yang Digunakan

1. Umur proyek 10 tahun ditetapkan selama 10 tahun terhitung 2011-2021, hal ini didasarkan pada umur barang investasi yang paling lama yaitu selama 10 tahun. 2. Modal usaha berasal dari modal sendiri dan modal tambahan, modal sendiri berasal dari pemilik sedangkan modal tambahan berasal dari kredit bank BRI. 3. Tahun ke-0 direncanakan sebagai tahun investasi. Biaya reinvestasi peralatan dikeluarkan sesuai habisnya umur ekonomis peralatan. 4. Nilai sisa akan diperhitungkan ke dalam penerimaan pada saat umur proyek berakhir. Nilai sisa dihitung sebesar 10 persen dari nilai awal. 5. Bunga kredit pinjaman modal pada rencana pengembangan bisnis sesuai dengan tingkat suku bunga kredit pada bank BRI yaitu 13 persen. 6. Penjualan susu murni 90 persen ke PT. Indolakto, 9 persen ke perusahaan dan 1 persen ke konsumen langsung. 7. Pajak Penghasilan PPh sebesar 25 persen sesuai Undang-Undang No 36 Tahun 2011. 8. Harga pakan konsentrat dan hijauan tetap, selama 10 tahun.

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1. Deskripsi Lokasi

Lokasi usaha peternakan sapi perah PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos terletak di Jalan Veteran 3 Kp. Tapos Desa Citapen Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1974, diatas tanah HGU Hak Guna Usaha yang luasnya 751 ha, tanah ini sebelumnya dikelola oleh PTP XI dalam keadaan sudah tidak terurus terlantar. PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos melanjutkan HGU PTP XI dengan izin pemerintah berdasarkan proses hukum yang sah, namun luasnya menjadi 651 Ha. Terlihat disini telah terjadi penyusutan lahan sebesar 100 Ha, hal ini terjadi dikarenakan areal tersebut dijadikan cadangan hidrologis. Kondisi lahan saat itu berdasarkan ilmu tanah telah mengalami degradasi kesuburan tanah yang cukup hebat. Secara fisik tanah gersang dan kering dimusim kemarau serta mudah erosi longsor dimusim hujan. Secara kimiawi tanah miskin akan unsur-unsur hara karena kondisi fisik diatas. Secara bialogis, bahan organik dan aktifitas organik dalam solum tanah sudah kecil sekali. Dengan demikian untuk mengusahakan lahan tersebut diperlukan sentuhan teknologi tepat guna dalam memperbaiki kondisi tersebut. Tapos menjadi seperti sekarang ini sebenarnya dibangun melalui proses panjang secara bertahap dan berkala. PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos terkenal dengan sebutan TRI’S adalah singkatan dari : Sari, Silang, dan Stud yang sangat dikenal dalam istilah dunia pembibitan. Konsep usaha yang dikembangkan oleh TRI’S Ranch Tapos adalah suatu langkah memulai usaha dengan menciptakan keberhasilan walau sekecil apapun. Dengan terciptanya suatu keberhasilan akan menimbulkan keberanian untuk membuat suatu usaha baru dan seterusnya. TRI’S Ranch Tapos ke depan dapat dijadikan proyek percontohan peternakan sapi dan pertanian modern. Dikatakan demikian karena selain melakukan penerapan teknologi tepat guna sebagai alih teknologi maju dibidang peternakan, TRI’S Ranch Tapos juga melakukan pendekatan agro educational farm, disamping pembenihan holtikultur. Langkah – langkah ini diharapkan dapat menjadikan Tapos penyedia bibit – bibit sapi unggul bagi masyarakat dan model perkawinan silang dengan sapi – sapi milik masyarakat agar muncul bibit sapi yang berkualitas. Dalam pengembangan peternakan sapi, tapos sangat peduli sekali dalam pengembangan sapi perah, karena sapi perah menyimpan 3 potensi emas yaitu: emas putih, emas merah dan emas hijau. Hal yang disebut dengan “emas putih” adalah susu, sedangkan “ emas merah “ adalah dagingnya. Sementara “emas hijau” adalah kotoran sapi yang tentu dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Dalam pengembangan pertanian modern, TRI’S Ranch Tapos juga mengembangkan pertanian dengan tehnik hidroponik.