II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Gambaran Umum
2.1.1. Profil Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit pertama kali dibawa ke Indonesia oleh Sir Thomas Stanford Raffles. Tanaman kelapa sawit berasal dari Afrika Barat namun dapat
tumbuh dengan baik di Indonesia. Perkebunan kelapa sawit pertama di Indonesia dibangun pada tahun 1911 di pesisir timur Sumatera Utara. Saat ini kelapa sawit
merupakan salah satu komoditi andalan ekspor Indonesia. Luas areal dan produksi kelapa sawit dalam lima tahun terakhir berkembang dengan signifikan.
Tabel 2.1. Luas Areal Kelapa Sawit 2006-2010 Tahun
Luas Areal Hektar Luas Areal Total
PR PBS
PBN 2006
6.594.914 2.549.572
3.357.914 687.428
2007 6.766.836
2.752.172 3.408.416
606.248 2008
7.363.847 2.881.898
3.878.986 630.512
2009 7.873.294
3.061.413 4.181.368
630.512 2010
8.430.027 3.077.629
4.321.317 637.486
Sumber: Ditjend Perkebunan Kementrian Pertanian RI, 2011. Keterangan:
= data sementara PR
= Perkebunan Rakyat PBS
= Perkebunan Besar Swasta PBN
= Perkebunan Besar Negara
Berdasarkan Tabel 2.1 luas areal kelapa sawit semakin meningkat dari tahun ke tahun. Luas areal perkebunan kelapa sawit dibagi menjadi tiga
berdasarkan status pengusahaannya yaitu, perkebunan rakyat PR, perkebunan besar swasta PBS dan perkebunan besar negara PBN. Pada tahun 1980-an
perkebunan negara mendominasi perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Namun saat ini perkebunan besar swasta lebih mendominasi dibanding perkebunan milik
negara atau rakyat. Perkebunan kelapa sawit banyak dikembangkan di daerah luar Pulau Jawa
seperti, Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan. Pulau Sumatera merupakan produsen kelapa sawit terbesar di Indonesia. Pada tahun 2008 produksi kelapa sawit di Riau
sebesar 24,40 persen dari total produksi kelapa sawit Indonesia sedangkan Sumatera Utara 21,4 persen, dan Sumatera Selatan sebesar 9,76 persen BPS
Pusat, 2008. Produk kelapa sawit dapat diolah menjadi berbagai macam produk, pangan
dan non pangan. Pahan 2008 menjelaskan bahwa industri hulu perkebunan kelapa sawit menghasilkan produk primer berupa minyak kelapa sawit CPO dan
minyak inti kelapa sawit PKO. Dari kedua produk tersebut dapat dikembangkan menjadi berbagai macam produk industri hilir. Industri hilir produk kelapa sawit
dapat dibagi menjadi industri hasil setengah jadi dan industri barang jadi. 1. Industri setengah jadi:
- Oleo-pangan: penggunaan minyak sawit untuk produk pangan seperti,
minyak goreng, margarine, dan shortening. -
Oleo-kimia: penggunaan minyak sawit untuk produk kimia non pangan seperti, Methyl ester biodiesel, fatty acid, fatty alcohol, fatty amin dan
glycerol .
2. Industri barang jadi Industri makanan kue, roti cokelat, industri kosmetik sabun, lotion,
shampoo , industri farmasi vitamin A dan E, industri pabrik logam, industri
karoseri, industri tinta cetak. Saat ini Indonesia masih tertinggal oleh Malaysia dalam industri oleo-
kimia yang merupakan produk turunan dari CPO. Indonesia hanya menguasai pasar oleo-kimia sebesar 12 persen sedangkan Malaysia sebesar 18,6 persen.
Padahal industri oleo-kimia adalah industri strategis yang memberikan nilai tambah lebih dari 40 persen dibanding CPO. Produk turunan CPO diperkirakan
tak kurang dari 150 produk turunan baik pangan maupun non pangan tetapi industri di Indonesia hanya mampu memproduksi 10 jenis produk turunan CPO.
2
2.1.2. Kebijakan Pemerintah dalam Perdagangan Komoditi CPO