Analisis HASIL DAN PEMBAHASAN

terjadi karena tingkat harga di Indonesia yang cenderung lebih mahal dibandingkan tingkat harga di Amerika Serikat, dengan asumsi nilai tukar nominal tetap. Oleh sebab itu pada penelitian ini nilai tukar rupiah yang mengalami depresiasi dapat menyebabkan volume ekspor CPO Indonesia turun. Variabel suku bunga riil pada jangka panjang berpengaruh signifikan dan negatif terhadap volume ekspor CPO Indonesia sebesar - 0,021275 persen. Artinya apabila terjadi kenaikan sebesar satu persen pada suku bunga maka akan menurunkan volume ekspor CPO sebesar 0,021275 persen. Suku bunga yang tinggi dapat membuat ekspor suatu komoditi seperti CPO menjadi kurang kompetitif. Suku bunga yang tinggi akan membebankan produsen karena modal yang dipinjam untuk usaha mereka harus dikembalikan dengan jumlah yang lebih tinggi seiring dengan peningkatan suku bunga. Hal tersebut akan berdampak pada biaya produksi yang meningkat. Biaya produksi yang meningkat dapat menurunkan produksi produsen sehingga berdampak pada penurunan penawaran ekspor. Kesimpulannya, apabila suku bunga meningkat dalam jangka panjang maka produksi CPO akan menurun kemudian berdampak pada penurunan volume ekspor.

4.7. Analisis

Impulse Response Function Analisis Impulse Response Function digunakan untuk menjelaskan dampak dari guncangan shock dari suatu variabel terhadap variabel yang lain. Pada penelitian ini akan dilihat respon yang diberikan oleh volume ekspor CPO menghadapi guncangan dari nilai tukar, harga internasional CPO, suku bunga, harga internasional minyak bumi dan produksi CPO Indonesia. Sumbu horizontal menunjukkan rentang periode peramalan sedangkan sumbu vertikal menunjukkan nilai koefisien hasil peramalan. Pada Gambar 4.2 dapat dilihat respon volume ekspor VXCPO terhadap guncangan produksi CPO Indonesia QCPO sebesar satu standar deviasi. VXCPO sangat cepat merespon guncangan dari QCPO, hal tersebut terlihat dari respon VXCPO yang berfluktuasi tajam dari periode awal hingga periode ke-30. Pada periode ke-5 volume ekspor merespon positif, dimana guncangan produksi CPO akan membuat volume eskpor meningkat mencapai titik puncak sebesar 0,00830 standar deviasi. Namun pada periode ke-6, volume ekspor merespon negatif terhadap guncangan produksi CPO. Setelah periode ke-30 respon volume ekspor CPO selalu positif dan mulai lebih stabil hingga akhir periode peramalan. Volume ekspor yang ditawarkan sangat bergantung pada produksi yang dihasilkan. Oleh sebab itu bila terdapat guncangan pada produksi CPO, ekspor CPO akan merespon dengan cepat. Respon volume ekspor CPO terhadap guncangan harga internasional CPO PCPOR sebesar satu standar deviasi dapat dilihat pada Gambar 4.2. Periode ke-1 sampai ke-8 guncangan harga internasional CPO direspon secara negatif oleh volume ekspor CPO. Periode selanjutnya guncangan harga internasional CPO direspon secara positif dan stabil hingga akhir periode. Pergerakan harga internasional CPO memengaruhi keputusan para eksportir CPO. Secara umum, harga internasional CPO yang meningkat dapat mendorong eksportir untuk mengeskpor CPO lebih banyak. Respon volume eskpor terhadap guncangan harga internasional minyak bumi PCO sebesar satu standar deviasi dapat dilihat pada Gambar 4.2. Pada periode ke-3 guncangan harga internasional minyak bumi membuat volume eskpor CPO meningkat sebesar 0,0706 standar deviasi. Namun pada periode ke-5 guncangan tersebut membuat volume ekspor menurun mencapai puncaknya sebesar 0,07001 standar deviasi. Respon yang tidak stabil dan cenderung negatif dari volume ekspor CPO terus berlangsung hingga akhir periode. Minyak bumi tidak hanya berperan sebagai komoditi subtitusi CPO tetapi berperan juga sebagai input dalam produksi CPO. Oleh sebab itu pergerakan minyak bumi sangat memengaruhi volume ekspor CPO. Respon volume ekspor terhadap guncangan nilai tukar riil ERR sebesar satu sandar deviasi direspon dengan fluktuatif Gambar 4.2. Pada periode ke-2 guncangan nilai tukar membuat volume eskpor CPO menurun sebesar 0,0543 standar deviasi namun pada periode ke-3 meningkat sebesar 0,0061 standar deviasi. Respon volume ekspor CPO terus berfluktuatif hingga akhir periode namun fluktuasinya cenderung menurun. Hasil IRF tersebut menunjukkan bahwa pergerakan nilai tukar sangat cepat memengaruhi ekspor CPO karena nilai tukar akan memengaruhi daya saing CPO Indonesia di pasar internasional melalui harga. Respon volume ekspor CPO terhadap guncangan suku bunga riil IRR sebesar satu standar deviasi secara keseluruhan direspon negatif Gambar 4.2. Suku bunga memengaruhi volume ekspor melalui produksi dimana suku bunga yang tinggi akan membuat produksi terhambat sehingga membuat volume ekspor menurun. Hasil IRF tersebut menunjukkan bahwa diantara kelima guncangan yang diberikan kepada volume ekspor CPO, respon volume ekspor terhadap guncangan suku bunga lebih cepat mencapai kestabilan. Sumber: lampiran 8. Gambar 4.2. Respon VXCPO terhadap Guncangan PCPOR, PCO, ERR, dan IRR -.10 -.05 .00 .05 .10 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Response of VXCPO to QCPO -.10 -.05 .00 .05 .10 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Response of VXCPO to PCPOR -.10 -.05 .00 .05 .10 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Response of VXCPO to PCO -.10 -.05 .00 .05 .10 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Response of VXCPO to ERR -.10 -.05 .00 .05 .10 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Response of VXCPO to IRR Response to Cholesky One S.D. Innovations

4.8. Analisis Forecasting Error Variance Decomposition