menyimpulkan bahwa penawaran CPO Indonesia dipengaruhi secara nyata oleh luas areal kelapa sawit, harga domestik CPO, nilai tukar, dan harga solar.
2.7.2 Penelitian Mengenai Nilai Tukar dan Harga Minyak Bumi
Pratika 2007 menganalisis pengaruh fluktuasi nilai tukar pada ekspor komoditi unggulan pertanian karet dan kopi di Indonesia dengan menggunakan
metode VAR-VECM. Hasil untuk komoditi kopi, pada jangka pendek yang berhubungan positif dengan nilai ekspor kopi adalah harga kopi internasional dan
GDP riil dunia sedangkan yang berhubungan negatif adalah nilai tukar. Pada jangka panjang yang berhubungan positif adalah harga kopi negara kompetitor,
harga domestik dan GDP. Hasil untuk komoditi karet, pada jangka panjang variabel yang berhubungan positif adalah jumlah ekspor sendiri sedangkan yang
berhubungan negatif adalah nilai ekspor dan nilai tukar. Pada jangka panjang harga domestik dan Industrial Index Production berpengaruh positif sedangkan
jumlah ekspor karet dan harga negara kompetitor berpengaruh negatif. Ahmed 2009 meneliti volatilitas nilai tukar dan dampaknya pada
pertumbuhan perdagangan internasional di Bangladesh. Metode yang digunakan uji kointegrasi, Error Correction Model dan Kausalitas Granger. Hasil penelitian
menyatakan bahwa nilai tukar tidak memiliki dampak yang signifikan pada perdagangan internasional di Bangladesh dalam jangka pendek maupun jangka
panjang dengan negara partner dagang lainnya. Aji 2010 menganalisis mengenai integrasi harga minyak bumi, minyak
kedelai, CPO, minyak goreng domestik dan tandan buah segar TBS kelapa sawit
dengan metode VAR-VECM. Berdasarkan hasil penelitian, terjadi integrasi diantara harga minyak bumi, harga minyak kedelai, harga CPO Rotterdam, harga
CPO Malaysia, harga Ekspor CPO, harga minyak goreng domestik dan harga TBS. Selain itu pengaruh harga minyak bumi terhadap harga-harga tersebut tidak
terlalu besar, hal tersebut menunjukkan bahwa konversi energi dari minyak bumi ke minyak nabati belum begitu besar. Besarnya permintaan negara-negara
pengkonsumsi CPO masih lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan industri pangan.
2.8. Kerangka Pemikiran