Perdagangan CPO Indonesia Gambaran Umum

2.1.3. Perdagangan CPO Indonesia

CPO merupakan salah satu dari sepuluh komoditi andalan ekspor Indonesia. CPO Indonesia banyak diekspor ke berbagai negara, khususnya di benua Asia dan Eropa. Negara-negara tujuan ekspor CPO Indonesia antara lain, India, Belanda, Malaysia, Singapura, Jerman, Cina, Pakistan, Mesir. Berikut adalah perkembangan ekspor CPO Indonesia ke empat negara utama yaitu India, Belanda, Singapura dan Malaysia selama tiga tahun. Sumber : UNCOMTRADE, 2011 diolah. Gambar 2.1. Nilai Ekspor CPO Indonesia Tahun 2007-2009 ke Empat Negara US Berdasarkan Gambar 2.1, India merupakan tujuan ekspor CPO Indonesia terbesar dengan nilai ekspor melebihi 1.500 juta dollar tiap tahunnya. Belanda ditempat kedua sebagai negara tujuan ekspor CPO kedua terbesar dengan nilai ekspor tertinggi pada tahun 2008 sebesar 700 juta dollar. Akibat terbatasnya lahan untuk perkebunan kelapa sawit, Malaysia sebagai salah satu produsen CPO pun banyak mengimpor dari Indonesia. Nilai ekspor dari Indonesia ke Malaysia 500.000.000 1.000.000.000 1.500.000.000 2.000.000.000 2.500.000.000 3.000.000.000 3.500.000.000 2007 2008 2009 Nilai Ekspor Tahun India Belanda Singapura Malaysia selama tiga tahun terus mengalami peningkatan. Singapura menjadi negara tujuan ekspor Indonesia selanjutnya dengan nilai ekspor kurang dari 500 juta dollar. Saat ini pemerintah dan swasta berupaya mencari pasar baru untuk CPO setelah sebelumnya kesulitan untuk menembus pasar Eropa Barat. Negara-negara di kawasan itu mengajukan persayaratan yang ketat sehingga sulit dipenuhi eksportir Indonesia. Pemerintah dan swasta kini membidik negara-negara Eropa Timur sebagai pasar baru karena negara-negara tersebut memiliki aturan perdagangan yang tidak seketat di negara-negara Eropa Barat. Selain itu biaya pengiriman ke Eropa Timur dinilai lebih murah karena pengirimannya tidak melalui pelabuhan Rotterdam Belanda dan Hamburg Jerman yang saat ini dinilai kurang ekonomis. 4 Ekspor CPO saat ini dipengaruhi pedoman Roundtable on Sustainable Palm Oil RSPO dimana produksi minyak sawit haruslah berwawasan lingkungan sosial dan mendatangkan keuntungan. RSPO terbentuk utamanya karena permintaan dari konsumen dunia yang menginginkan produksi hijau. Saat ini memang banyak timbul isu negatif tentang produksi kelapa sawit yang dianggap merusak hutan. Banyak negara terutama di Benua Eropa yang sangat perhatian terhadap masalah tersebut. RSPO terdiri dari berbagai stakeholder minyak sawit seperti pekebun, pengolah, LSM dan konsumen. Oleh karena itu industri kelapa sawit Indonesia harus banyak berbenah diri untuk mencapai kriteria yang diinginkan dalam RSPO Pahan, 2008. 4 εedia Indonesia. “Eropa Timur Peluang Ekspor CPO RI”. hal.18 [22 εaret 2011]. Indonesia masih mengimpor minyak sawit CPO dan produk lainnya untuk memenuhi dan menjaga kebutuhan dalam negeri namun jumlahnya tidak terlalu banyak. Impor minyak sawit biasanya terjadi pada waktu harga dunia tinggi dimana terjadi rush export dari Indonesia dan umumnya dalam bentuk olein dari Malaysia Balitbang Pertanian, 2005. Pada Tabel 2.3 dapat dilihat bahwa impor CPO selama enam tahun cenderung untuk menurun. Tabel 2.3. Volume dan Nilai Impor Minyak Sawit Tahun 2002-2007 Tahun Volume ton Nilai 000 US 2002 5.486 1.514 2003 39 24 2004 2.873 1.067 2005 19 14 2006 95 46 2007 7 11 Sumber: BPS Pusat, 2008.

2.2. Teori Perdagangan Internasional