lebih besar. Hal tersebut menyebabkan permintaan mata uang negara tersebut meningkat. Sebagai dampaknya, mata uang negara tersebut mengalami apresiasi
relatif terhadap negara lainnya. Jika suku bunga suatu negara menurun relatif terhadap negara lain, modal akan mengalir keluar negara tersebut dan secara
bersamaan terjadi penurunan mata uang.
2.4.1. Hubungan Nilai Tukar dengan Ekspor
Lipsey 1997 menjelaskan perdagangan antar negara dapat terjadi hanya jika pertukaran mata uang dari satu negara ke negara lain dimungkinkan. Hal
tersebut karena pembayaran internasional memerlukan pertukaran mata uang antara satu orang yang mempunyai mata uang tertentu dan membutuhkan mata
uang lain. Nilai tukar menyatakan nilai satu mata uang terhadap mata uang lainnya atau harga suatu mata uang dalam satuan mata uang asing. Nilai tukar
adalah salah satu peubah yang responsif terhadap nilai ekspor suatu komoditas. Nilai tukar akan memengaruhi harga ekspor. Antara nilai tukar dengan
ekspor terdapat hubungan positif yang artinya depresiasi nilai tukar akan menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah komoditas-komoditas hasil produksi
dalam negeri yang diperdagangkan di pasar dunia. Depresiasi mata uang domestik terhadap mata uang asing akan menyebabkan harga komoditas hasil produksi
domestik di pasar dunia menjadi relatif lebih murah apabila dibandingkan dengan harga komoditas lainnya. Dengan demikian, hal tersebut tersebut akan
meningkatkan konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut sehingga meningkatkan permintaan dan penawaran ekspor.
Tweten 1992 menjelaskan bahwa permintaan mata uang asing dapat dilihat dari kebutuhan untuk membayar barang impor baik itu barang atau jasa,
modal keluar untuk membayar aset diluar negeri, dan pembiayaan pemerintah. Oleh karena itu, permintaan mata uang asing dapat digambarkan sebagai nilai dari
impor dalam mata uang asing, sedangkan penawaran mata uang asing digambarkan melalui nilai ekspor dalam bentuk mata uang asing. Penawaran mata
uang asing diturunkan dari penawaran ekspor. Pada gambar dibawah akan ditunjukkan dampak dari perubahan nilai tukar dari negara pengekspor negara A
terhadap negara lain ROW.
Sumber: Tweeten, 1992
Gambar 2.3 Efek Apresiasi Nilai Tukar di Negara A
ES ES’
P’
a
P
w
P’
r
Negara A
P’
r
ES
ED ED
’ P
r Q
S D
P’
a
P
w
P
a
P
a
S
D
Dalam mata uang negara A
Q Q
P
A
ROW
Q
Pasar Ekspor A
Q’
e
Q
Q
e
Dalam mata uang ROW
Pada keadaan keseimbangan pasar, negara A dan ROW berada pada harga dunia P
w
dan ekspor Q
e
. Penguatan nilai tukar dari mata uang negara A akan menyebabkan kurva excess demand
ED bergeser ke ED’ karena ROW hanya ingin membayar dengan harga yang lebih murah dalam mata uang negara A. Pada
jumlah ekspor yang sama Qe, dan harga di ROW P’
r
, apresiasi dari mata uang A akan menaikkan harga di negara ROW. Kenaikan harga di negara ROW ini
akan menyebabkan penurunan impor dari negara ROW dan juga ekspor dari negara A. Hal ini pada akhirnya akan menurunkan harga domestik di negara A
P
A
. Contohnya dapat diinterpretasikan dari penurunan mata uang negara ROW. Kurva bagian bawah tengah gambar diatas menunjukkan pasar ekspor
untuk negara A digambarkan dalam mata uang negara ROW. Dampak dari penguatan mata uang negara A akan menaikkan setiap nilai dari jumlah barang
yang diekspor dari negara A, sehingga harga di negara ROW P’
r
meningkat. Hal ini akan menyebabkan kurva ES
bergeser menjadi ES’. Penguatan mata uang ini merupakan implikasi dari pajak ekspor dan penurunan jumlah penawaran ekspor
pada harga yang tetap. Pada gambar diatas juga dapat dilihat bahwa penguatan mata uang negara A berdampak terhadap terjadinya deflasi pada negara A karena
harga turun dari Pw ke Pa’. Hal tersebut sama dengan penurunan mata uang di negara
ROW adalah inflasi karena harga naik dari harga keseimbangan ke P’r. Dapat disimpulkan bahwa penguatan nilai tukar dapat menurunkan ekspor
karena dari sudut pandang negara pengimpor, harga menjadi lebih mahal. Penurunan ekspor ini akan menyebabkan kelebihan persediaan produk di pasar
domestik sehingga menurunkan harga di dalam negeri. Penguatan nilai tukar
sebaliknya akan meningkatkan impor, karena barang dari luar negeri menjadi lebih murah. Hal ini dimungkinkan karena keinginan konsumen untuk hidup lebih
baik dengan barang impor, tetapi memberikan kerugian bagi sektor pertanian yang bergantung terhadap pasar ekspor Tweeten, 1992.
2.5. Teori Suku Bunga