Cara Pemanfaatan Tumbuhan Obat

tidak ditemukan dimanfaatkan masyarakat. Padahal spesies-spesies tersebut banyak ditemukan di Kecamatan Tambakdahan yang memiliki sawah lebih luas dibandingkan kecamatan lainnya dan merupakan kecamatan dengan perbedaan jumlah spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan dan potensi tumbuhan obatnya besar. Selain tumbuhan liar yang sering ditemukan di sawah, tumbuhan liar yang ditemukan di wilayah kecamatan tersebut namun jarang didatangi masyarakat pun ada yang memiliki khasiat obat. Sebagai contoh, biduri Calotropis gigantea yang ditemukan di pemakaman masyarakat. Ternyata spesies tumbuhan tersebut memiliki banyak manfaat pada hampir semua bagian tumbuhannya, mulai dari kulit akar, daun, bunga dan getahnya. Himansu et al. 2011 mengatakan bahwa spesies tumbuhan ini mengandung berbagai jenis alkaloid, glikosida, flavanoid, tanin, saponin, sterol dan triterpenoid dan memiliki sifat anti-inflamantory, analgesic , anti-piretic, anti-oksidan, anti-convulsant dan anti-diarrhoeal agent dalam mengobati penyakit. Gambar 37 Biduri yang ditemukan di Kecamatan Tambakdahan. Pemberian informasi mengenai spesies-spesies tumbuhan obat yang dapat dimanfaatkan sangat penting bagi masyarakat. Selain membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dalam bidang kesehatan, upaya tersebut juga dapat mempertahankan dan melestarikan keberadaan spesies-spesies tumbuhan obat.

5.3 Cara Pemanfaatan Tumbuhan Obat

Cara pemanfaatan terdiri dari cara pengolahan dan cara penggunaan. Cara pengolahan merupakan suatu proses untuk menjadikan suatu spesies atau beberapa spesies tumbuhan obat siap untuk digunakan. Roosita et al. 2011 mengatakan bahwa cara pengolahan tumbuhan obat dari bahan segar merupakan proses terpenting dalam pengobatan secara herbal. Cara pengolahan spesies tumbuhan obat oleh masyarakat Kabupaten Subang, yaitu direbus, diseduh, ditumbukdihaluskan, diremas, diparut, dikukus, dibubuy dimasukan ke dalam abu panas dalam tungku hingga melunak, dituak dipotong dan air yang keluar ditampung, disangray digoreng tanpa minyak, dimasakdicampurkan ke dalam makanan dan direndam dalam air. Terdapat juga spesies tumbuhan obat yang digunakan tanpa mengalami pengolahan terlebih dahulu atau dapat dimanfaatkan langsung, yaitu dengan cara dimakan langsung, seperti pada biji mahoni yang dimanfaatkan untuk mengobati sakit kepala. Cara penggunaan tumbuhan obat merupakan suatu cara yang menjadikan suatu spesies tumbuhan obat atau ramuan tumbuhan obat yang telah diolah dapat dirasakan manfaatnya untuk pengobatan. Cara penggunaan dikategorikan ke dalam empat cara, yaitu cara penggunaan secara oral atau dimasukan ke dalam tubuh penderita, cara penggunaan pada bagian luar tubuh penderita, cara penggunaan dengan memandikan penderita dengan air atau uap dari ramuan tumbuhan obat dan gabungan dua atau beberapa cara penggunaan tersebut. Cara penggunaan spesies tumbuhan obat atau ramuan tumbuhan obat secara oraldimasukan ke dalam tubuh penderita, yaitu dengan cara diminum dan dimakan. Cara penggunaan dengan pada bagian luar tubuh penderita dilakukan dengan cara dibalurkan, dioleskan dan ditempelkandikompreskan. Cara pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat Kabupaten Subang disajikan pada Tabel 8. Secara umum, cara penggunaan tumbuhan obat dipengaruhi oleh manfaat spesies tumbuhan obat tersebut untuk pengobatan dan bagian organ tubuh yang akan diobati. Sedangkan cara penggolahan cenderung dilakukan dengan sesuai dengan kesukaan atau selera pengguna, namun tetap menunjang cara penggunaan yang akan dilakukan. Pada Tabel 8 terlihat bahwa cara penggunaan tumbuhan obat dengan cara diminum dan dimakan digunakan untuk mengobati penyakit- penyakit pada organ dalam, sedangkan cara penggunaan dengan dibalurkan, dioles, ditempelkan dan diteteskan lebih digunakan pada pengobatan sakit luar atau luka pada organ luar. Cara penggunaan dengan cara diminum pada suatu spesies tumbuhan obat atau ramuan tumbuhan obat dapat dilakukan dengan cara pengolahan direbus, dihaluskan, diseduh, dituak batang tumbuhan dipotong dan ditampung airnya, diparut, direndam air panas, dibubuy dimasukan ke dalam abu panas dalam tungku hingga melunak, digoreng, diperas dan dihancurkan dijus. Sebagian besar spesies tumbuhan obat yang digunakan dengan cara diminum oleh masyarakat merupakan spesies tumbuhan yang bermanfaat untuk mengobati penyakit organ dalam, seperti reumatik, kanker, diare, sakit pinggang dan jantung. Terdapat juga spesies tumbuhan obat yang diminum untuk mengobati luka atau sakit pada organ luar, namun pada dasarnya tetap penggunaan untuk penyakit tersebut adalah untuk mengobati penyakit organ dalam, yaitu kencing manis. Penderita kencing manis basah akan sulit sembuh jika terluka, masyarakat menggunakan daun kopi Coffea robusta untuk mengeringkan luka tersebut. Cara penggunaan dengan cara dimakan pada suatu spesies tumbuhan obat atau ramuan tumbuhan obat dapat dilakukan dengan cara dimakan langsung, dikukus, dilalap mentah, direbus, digoreng atau dicampurkan pada makanan. Spesies tumbuhan obat yang digunakan dengan cara dimakan biasanya juga merupakan lalapan bagi masyarakat, baik yang dilalap mentah, direbus atau dikukus terlebih dahulu. Contoh spesies tumbuhan tersebut antara lain, labu siam muda Sechium edule yang dikukus untuk mengobati darah tinggi, kedongdong cina Polyscias pinnata untuk melancarkan kencing dan daun kahitutan Paederia scandens untuk melancarkan kentut. Gambar 38 Labu siam muda yang merupakan lalapan sekaligus obat darah tinggi. 77 Tabel 8 Cara pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat Kabupaten Subang No Cara penggunaan Cara pengolahan Contoh kegunaanmanfaat Contoh spesies ramuan tumbuhan obat Bagian yang digunakan 1 Diminum 1. direbus sakit pinggang Murbei, kacapiring dan mustajab daun 2. diseduh mengeringkan luka akibat kencing manis Kopi daun 3. ditumbuk jantung Mahoni, dadap, buni dan mengkudu daun 4. dibubuy batuk Jeruk nipis buah 5. diparut sakit kuning Bambu kuning batang muda rebung 6. dituak batuk Bambu bitung batang 7. diperas panas Combrang batang 8.disangray digoreng tanpa minyak cacingan Lamtoro biji 2 Dimakan 1. direbus melancarkan kencing Kedongdong cina daun 2. dilalap mentah keputihan Jotang daun 3. dimasakdimasukan ke dalam makanan memperlancar ASI Pepaya dan katuk daun 4. dimakan langsung tanpa pengolahan sakit kepala Mahoni biji 5. dikukus maag Kunci rimpang 3 Dioleskan 1. diremas menghilangkan noda hitam pada wajah Binahong daun 2. ditumbuk menghilangkan merah-merah pada kulit Kelapa bunga dan minyak 3. dipotong bisul Mara getah 4 Dibalurkan 1. ditumbuk perawatan kesehatan ibu melahirkan Lada, beras dan bawang putih biji dan umbi 2. diremas gatal-gatal terkena ulat Singkong daun 3. diparut gatal-gatal Jahe rimpang 78 Tabel 8 Cara pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat Kabupaten Subang lanjutan No Cara penggunaan Cara pengolahan Contoh kegunaanmanfaat Contoh spesies ramuan tumbuhan obat Bagian yang digunakan 5 Ditempelkandikompreskan 1. ditempelkan langsung panas Lidah buaya daun 2. dibubuy sakit kelenjar Pisang batu buah 6 Diteteskan 1. diremas belek Katuk daun 2. dipotong sakit mata Pacing batang 3. direndam dalam air sakit mata Korejat bunga 7 Dipakai mandi uapnya direbus reumatik Salam, sirsak, nangka, galinggem dan serai daun dan batang serai 8 Diinjak-injak direbus sakit kaki Pepaya buah Cara penggunaan dengan diteteskan digunakan pada pengobatan sakit mata. Kandungan berbagai spesies tumbuhan obat yang ditemukan di sekitar lingkungan masyarakat dapat mengobati penyakit tersebut terdapat pada bagian batang, buah, bunga dan daun. Cara pengolahan spesies tersebut dilakukan dengan cara pemotongan, seperti pada dadap cangkring Erythrina fusca, diremas seperti pada buah belimbing Averhoa carambola dan daun katuk Sauropus androgynus dan direndam dalam air terlebih dahulu seperti bunga korejat Isotoma longiflora. Terdapat juga cara penggunaan spesies tumbuhan obat untuk pengobatan dengan cara dipakai tidur. Cara tersebut digunakan masyarakat salah satu desa di Kecamatan Jalancagak untuk mengobati kelumpuhan akibat stroke. Daun muda pisang batu yang masih menggulung, dibuka dan dilapisi dengan minyak kelapa. Daun tersebut dijadikan alas tidur penderita. Khasiat spesies tumbuhan tersebut beserta cara pemanfaatannya perlu diteliti lebih lanjut. Spesies tumbuhan obat yang cara penggunaannya dipakai mandi dan dipergunakan uapnya cukup banyak ditemukan di setiap lokasi. Spesies tumbuhan yang digunakan dengan cara dipakai mandi antara lain air pada batang pisang gemor Musa sp. untuk mengobati panas. Sedangkan rebusan daun salam Sysygium polyanthum, sirsak Annona muricata, galinggem Bixa orellana dan serai Cymbopogon citratus dipergunakan uapnya untuk mengobati reumatik. Penderita reumatik dan baskom berisi ramuan tersebut ditutupi dengan sarung, sehingga seluruh tubuh penderita terkena uap dari ramuan tersebut. Ramuan ini merupakan ramuan yang berasal dari pengobat di salah satu desa di Kecamatan Dawuan. 5.4 Tipe Pemanfaatan, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan dan Persepsi Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Kabupaten Subang Berdasarkan hasil penelitian, tidak setiap saat masyarakat Kabupaten Subang memanfaatkan tumbuhan obat untuk pengobatan. Tipe pemanfaatan spesies tumbuhan untuk pengobatan yang dilakukan masyarakat berbeda-beda. Tipe pemanfaatan tersebut berbeda berdasarkan waktu pemanfaatan dan tujuan pemanfaatan tumbuhan obat. Terdapat tiga tipe pemanfaatan tumbuhan bagi pengobatan oleh masyarakat di Kabupaten Subang, yaitu 1. Pertolongan pertama, yaitu tumbuhan obat dijadikan pertolongan pertama dalam mengobati suatu penyakit. Jika ternyata penyakitnya tidak kunjung membaik atau semakin parah, maka pengobatan modern atau secara medis menjadi solusi. Pada tipe pemanfaatan pertolongan pertama, biasanya spesies tumbuhan obat yang digunakan merupakan tumbuhan obat untuk mengobati penyakit-penyakit ringan. 2. Alternatifpengganti, yaitu pengobatan dengan tumbuhan obat sebagai pengganti pengobatan secara modern. Hal-hal yang menjadi alasan pemanfaatan tumbuhan obat sebagai alternatifpengganti, yaitu kejenuhan terhadap obat modern yang dianggap tidak manjur meskipun telah banyak dan lama dikonsumsi, adanya beberapa warga masyarakat yang alergi terhadap obat kimia dan mahalnya biaya untuk membeli obat modern sehingga obat-obatan dari tumbuhan yang murah meriah menjadi solusi. 3. Pendamping, artinya tumbuhan obat dikonsumsi bersamaan dengan obat modern sebagai upaya untuk mempercepat penyembuhan dari suatu penyakit. Hal tersebut seringkali ditemukan pada masyarakat. Meskipun memungkinkan penyembuhan suatu penyakit lebih cepat, namun hal tersebut juga dapat membahayakan jika pemanfaatan tumbuhan obat yang bersamaan dengan penggunaan obat modernkimia tidak sesuai aturan. Banyak pendapat dan persepsi masyarakat mengenai pengobatan dengan tumbuhan obat. Beberapa masyarakat menyukai pengobatan dengan cara tersebut. Hal-hal yang menyebabkan masyarakat Kabupaten Subang memanfaatkan tumbuhan untuk pengobatan, yaitu 1. Masyarakat mengetahui dampak negatif dari obat-obat kimiamodern, selain itu masyarakat menilai bahwa pengobatan dengan obat kimiamoden hanya sementara. Penyakit atau rasa sakit yang diderita hanya sembuh sementara waktu dan akan terasa lagi beberapa waktu kemudian kambuh; 2. Tumbuhan obat mudah diperoleh di sekitar lingkungan masyarakat dan murah, bahkan tanpa biaya bila menanam sendiri atau meminta dari tetangga; 3. Tumbuhan obat dinilai tidak memiliki efek samping bagi tubuh bila digunakan, sedangkan zat kimia yang terkandung dalam obat-obatan modern akan berbahaya bagi tubuh bila digunakan terus menerus; 4. Adanya masyarakat yang resisten atau kebal terhadap obat kimiamodern, sehingga tidak kunjung sembuh. Selain itu, terdapat juga masyarakat yang alergi terhadap obat kimiamodern; 5. Riwayat sakit yang panjang dengan menggunakan pengobatan modernkimia menyebabkan kejenuhan masyarakat dalam mengkonsumsi obat kimiamodern tersebut; 6. Pengobatan dengan tumbuhan obat dijadikan pendamping selain pengobatan secara moden sebagai upaya masyarakat agar penyakit yang dideritanya lekas sembuh. Selain banyak masyarakat Kabupaten Subang yang menyukai dan menggunakan lagi pengobatan dengan menggunakan tumbuhan obat, terdapat juga masyarakat yang enggan bahkan tidak lagi memanfaatkan tumbuhan untuk pengobatan. Hal-hal yang menyebabkan hal tersebut, yaitu 1. Efek penggunaan tumbuhan obat tidak langsung terlihat, sehingga penggunaannya harus secara rutin dan penuh dengan kesabaran; 2. Beberapa masyarakat merasa tumbuhan obat tidak memberikan pengaruh apapun terhadap kesembuhan penyakit mereka. Hal tersebut disebabkan efek penggunaan suatu spesies tumbuhan obat akan berbeda pada setiap orang; 3. Tumbuhan obat memiliki bau dan rasa tertentu yang tidak disukai setiap orang. Terkadang bau dan rasa tersebut membuat masyarakat mual dan muntah- muntah; 4. Beberapa spesies tumbuhan obat sudah mulai sulit ditemukan di sekitar lingkungan masyarakat; 5. Tumbuhan obat kurang praktis digunakan, sehingga sulit digunakan oleh masyarakat yang membutuhkan penyembuhan cepat dan memiliki keterbatasan waktu dalam mengolahnya. Secara umum, berdasarkan hasil analisis terhadap perilaku pemanfaatan tumbuhan obat di lokasi-lokasi penelitian, faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat di Kabupaten Subang, yaitu 1. Umur. Umur seseorang mempengaruhi pemanfaatan tumbuhan obat karena orang yang berumur lebih tua memiliki pengetahuan dan kepercayaan terhadap tumbuhan obat yang lebih tinggi. Selain itu, pada masyarakat yang berumur lebih tua terdapat motivasi untuk mempertahankan pengetahuan yang berasal secara turun temurun. Namun, menurunnya kemampuan fisik dan ingatan seseorang pada usia tua seringkali menjadi penyebab tidak dimanfaatkannya lagi tumbuhan obat tersebut. 2. Tingkat pendidikan. Masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah memanfaatkan tumbuhan obat terbatas pada apa yang mereka warisi secara turun temurun, informasi dari kerabat dan apa yang mereka lihat dari tayangan di TV, acara radio dan media elektronik lainnya. Sedangkan masyarakat dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, selain memanfaatkan tumbuhan obat yang diketahui secara turun temurun, juga mendapatkan pengetahuan mengenai tumbuhan obat dari acara seminar dan media cetak, seperti majalah, buku, koran dan lain-lain. Hal tersebut disebabkan terbukanya akses terhadap semua sumber dan media yang memberikan pengetahuan baru pada masyarakat dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Selain mengenai tumbuhan obat dan manfaatnya, dari media-media tersebut pun masyarakat mengetahui mengenai dampak negatif pengobatan secara kimia. Tumbuhan obat yang diperoleh dari pengetahuan baru tersebut tidak terbatas pada spesies tumbuhan obat yang biasa digunakan dan tumbuh di lingkungan sekitarnya, namun dapat merupakan spesies baru. 3. Tingkat ekonomi. Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah tentunya akan memilih pengobatan dengan biaya yang murah seperti tumbuhan obat. Namun, seringkali waktu mereka dihabiskan untuk bekerja sehingga waktu untuk melakukan pengolahan tumbuhan obat terbatas dan lebih memilih obat kimia yang lebih praktis dan mudah didapatkan. 4. Riwayat sakit. Masyarakat yang menderita penyakit tertentu akan berupaya menyembuhkan penyakitnya dengan berbagai upaya, mulai dari pengobatan secara medis hingga pengobatan tradisional dengan tumbuhan obat, bahkan menggabungkan berbagai macam pengobatan tersebut. Hal tersebut dilakukan untuk mempercepat penyembuhan. Riwayat sakit yang panjang kadang membuat penderita jenuh, beberapa diantaranya menjadi resisten hingga alergi terhadap jenis obat kimia, sehingga pengobatan tradisional dengan menggunakan tumbuhan obat pun menjadi alternatif. 5. Keberadaan vegetasi alami. Masyarakat yang tinggal di dekat vegetasi alami, seperti hutan memiliki ketergantungan terhadap sumberdaya yang terdapat di dalamnya. Diantara sumberdaya yang dimanfaatkan tersebut berupa tumbuhan yang berkhasiat obat. Sedangkan masyarakat yang tidak tinggal di dekat vegetasi alami, berupaya melakukan budidaya tumbuhan obat atau pun memperoleh tumbuhan obat dengan cara membeli. 6. Kondisi lingkungan sosial. Masyarakat yang tinggal berdekatan dengan masyarakat lainnya yang masih memanfaatkan tumbuhan obat, biasanya juga akan ikut memanfaatkan tumbuhan obat tersebut. Hal tersebut disebabkan adanya interaksi diantara masyarakat yang dapat bersifat persuasif terhadap suatu perilaku, termasuk perilaku pemanfaatan tumbuhan obat. 7. Sumber informasi. Pengetahuan mengenai tumbuhan obat dan pemanfaatanya secara turun temurun merupakan sumber pengetahuan utama bagi masyarakat. Selain itu, masyarakat pun sangat mendapatkan pengetahuan dari sumber lain, terutama pengetahuan berupa pemanfaatan spesies tumbuhan obat yang baru.

5.5 Program Pengembangan Pemanfaatan Tumbuhan Obat di Kabupaten Subang