terjadinya penghematan pajak sebesar Kd x T. Perhitungan pajak berasal dari laba yang dikurangi bunga dikali tingkat pajak.
Penghematan pajak dari adanya biaya bunga = Kd x T....................................5 Jadi biaya bunga
after tax basis = Kd – Kd x T = Kd 1-T.....................................................6
2. Biaya Saham Preferen Kp Biaya komponen saham preferen adalah biaya yang harus dibayar oleh
perusahaan yang menerbitkan saham preferen untuk memenuhi kebutuhan dana jangka panjang. Saham preferen mempunyai karakteristik adanya penghasilan tetap
bagi pemiliknya dan memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan dengan saham biasa. Saham preferen lebih aman dibandingkan dengan saham biasa karena
memiliki hak klaim terhadap kekayaan perusahaan dan pembagian deviden terlebih dahulu. Saham preferen jumlahnya lebih sedikit dibanding dengan saham biasa.
3. Biaya Komponen Ekuitas KsKe Biaya komponen ekuitas adalah biaya yang timbul karena pemenuhan
kebutuhan modal dari menerbitkan saham biasa. Biaya ekuitas ini adalah biaya karena pembayaran dividen, dapat dihitung dengan pendekatan CAMP, dijabarkan
pada Persamaan 13. 4. Biaya Komponen Laba Ditahan Kr
Salah satu alasan yang menyebabkan perlunya kita memperhitungkan biaya modal atas laba laba yang ditahan yaitu prinsip biaya oportunitas. Biaya komponen
laba ditahan adalah tungkat pengembangan yang dikehendaki pemegang saham biasa perusahaan, jadi biaya komponen laba ditahan sama dengan biaya komponen
ekuitas atau Kr = Ks.
2.8 Peramalan Forecasting
Menurut M. Nafarin 2007, ramalan forecasting adalah proses aktivitas meramalkan suatu kejadian yang mungkin terjadi dimasa mendatang dengan cara
mengkaji data yang ada. Menurut Darsono 2006, untuk mengadakan peramalan terlebih dahulu dikumpulkan data historis suatu kegiatan bisnis kemudian diolah
menjadi informasi relevan untuk mengambil keputusan manajemen dalam membuat perencanaan keuangan. Peramalan bisnis itu dituangkan dalam angka-angka keuangan
menjadi peramalan keuangan suatu unit organisasi bisnis.
Pada penelitian ini, model peramalan yang dipakai adalah model peramalan Double Exponential Smoothing
menggunakan data historis dalam bentuk time series tahunan dengan menggunakan Software Minitab 15. Metode ini dipakai karena data
yang diramalkan berbentuk trend tidak stasioner yaitu ditandai dengan adanya kecenderungan arah data bergerak menaik growth atau menurun decline pada jangka
panjang. Menurut Santoso 2009, metode forecasting yang tepat pada data non stasioner
adalah metode double exponential smoothing holt method.
2.9 Penelitian Terdahulu
Berkaitan dengan topik kajian yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai pembanding. Penelitian yang
dilakukan oleh Ni Putu W. 2002 yang meneliti tentang Analisis Kinerja Keuangan PT Bank Internasional Indonesia Tbk. BII dengan menggunakan alat analisis EVA dan
Rasio Keuangan. Kesimpulan dari penelitian yang di lakukan oleh Ni Putu W. menyatakan bahwa berdasarkan nilai EVA selama tahun 1991-1996, BII cenderung
berada pada kondisi ekonomis EVA 0 yang artinya selama masa tersebut pihak manajemen telah mampu menciptakan nilai bagi BII, sedangkan pada tahun tahun 1997
dan 1998 masa krisis telah terjadi penurunan kinerja bank yang sangat signifikan, artinya bahwa pihak manajemen tidak dapat menciptakan nilai bagi bank, dapat dilihat
dari penurunan nilai EVA yang mencapai nilai kurang dari nol EVA0. Persamaan antara penelitian terdahulu dan penelitian ini adalah sama-sama menghitung kinerja
keuangan dengan alat analisis EVA dan dilakukan untuk mengukur kinerja bank umum. Namun penelitian ini menggunakan EVA dan MVA, tidak menggunakan alat analisis
Rasio Keuangan. Budiharti 2006, melakukan penelitian analisis kinerja keuangan BRI periode
tahun 2004-2005 dengan menggunakan rasio-rasio keuangan dan alat analisis EVA, serta menguji pengaruh EVA terhadap MVA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
tingkat kesehatan BRI pada tahun 2005 lebih baik daripada tahun 2004. Hasil pengujian pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA menunjukkan bahwa rasio-rasio
keuangan pada umumnya tidak terpengaruh kecuali CAR terhadap EVA. Hasil pengujian pengaruh EVA terhadap MVA menunjukkan bahwa EVA berpengaruh
positif. Pada penelitian tersebut hanya menggunakan laporan keuangan dua periode dan belum melakukan peramalan.
Primadia 2011, melakukan kajian terhadap kinerjakeuangan pada PT Bank Internasional Indonesia, Tbk periode 2004-2009 pada tahun 2011 menggunakan alat
analisis EVA dan alat analisis MVA yang menyimpulkan bahwa Bank BII memiliki kinerja keuangan yang baik, walaupun dari segi rasio keuangan cenderung menurun
namun BII dapat menghasilkan nilai EVA dan MVA yang positif. Dalam penelitiannya, digunakan juga analisis dengan alat analisis rasio CAR, ROE dan EPS. Rasio CAR,
ROE, EPS dan EVA mempunyai pengaruh sangat kuat sekali terhadap perubahan MVA. Dalam penelitian tersebut belum dilakukan peramalan kinerja keuangan di masa
yang akan datang, namun pada penelitian kali ini dilakukan peramalan kinerja keuangan BRI dimasa yang anak datang.
Penelitian lain yang menjadi bahan pembanding penulis adalah hasil penelitian Paisal 2011 yang meneliti tentang Analisi Kinerja Keuangan dengan Alat analisis
EVA pada PT. BCA Tbk periode tahun 2007-2009 yang menyimpulkan bahwa kinerja BCA baik, hal ini dapat terlihat dari peningkatan nilai EVA tiap tahun yang
menunjukkan kesehatan bank. Persamaan penelitian ini dengan penelitian pada BCA tersebut adalah sama-sama menggunakan alat analisis EVA dan keduanya merupakan
penelitian terhadap kinerja bank umum. Namun pada penelitian sebelumnya hanya menggunakan alat analisis EVA, sedangkan penelitian kali ini menambahkan alat
analisis MVA.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian