Laba Bersih Setelah Pajak Net Operating After Tax - NOPAT Biaya Modal COC

atau sebesar Rp4,16 triliun dibandingkan dengan laba setelah pajak periode yang sama tahun sebelumnya. Dari penjelasan sebelumnya di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum kinerja keuangan BRI periode 2006-2010 mengalami peningkatan. Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran kinerja keuangan BRI yang berbeda dengan indikator- indikaror yang sudah disebutkan sebelumnya, yaitu pengukuran kinerja keuangan dengan menggunakan alat analisis Economic Value Added dan Market Value Added seperti berikut ini.

4.2.1 Perhitungan EVA

EVA merupakan konsep yang mengukur atau menciptakan nilai tambah yang dihasilkan suatu perusahaan dengan cara mengurangkan NOPAT dengan biaya modal.

1. Laba Bersih Setelah Pajak Net Operating After Tax - NOPAT

Perhitungan NOPAT secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 5. berikut : Tabel 5. Nilai NOPAT BRI periode 2006-2010 dalam Jutaan Rupiah Periode 2006 2007 2008 2009 2010 Laba bersih setelah pajak 4.257.572 4.838.001 5.958.368 7.308.292 11.472.385 Biaya Bunga 7.281.182 6.544.059 8.445.579 12.284.636 11.726.559 NOPAT 11.538.754 11.382.060 14.403.947 19.592.928 23.198.944 Dari Tabel 5. tersebut dapat dilihat bahwa nilai NOPAT mengalami penurunan di tahun 2007 sebesar Rp156.694 juta 1,358 persen dari tahun 2006, hal ini disebabkan oleh nilai biaya bunga yang menurun sebesar Rp737.123 juta 10,12 persen dari jumlah biaya bunga tahun 2006 dan peningkatan laba bersih setelah pajak yang hanya meningkat sebesar Rp 580.429 juta 13,63 persen dari tahun sebelumnya. Hal inilah yang menyebabkan nilai NOPAT BRI menjadi turun di tahun 2007 tersebut. Pada tahun 2008 BRI mengalami peningkatan sebesar Rp3.021.887 juta 26,55 persen dari tahun sebelumnya. Nilai NOPAT tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar Rp 5.188.981 juta 36,02 persen dari tahun 2008, demikian juga tahun 2010 NOPAT yang dihasilkan BRI terus meningkat sebesar Rp3.606.016 juta 18,40 persen dari tahun 2010. Peningkatan tersebut dikarenakan meningkatnya jumlah laba bersih setelah pajak dan biaya bunga. Tahun 2010 biaya bunga BRI mengalami penurunan sebesar Rp558.077 juta 4,54 persen dari tahun sebelumnya, namun penurunan biaya bunga tersebut dapat di cover oleh peningkatan laba bersih setelah pajak yang kenaikannya sebesar Rp4.164.093 juta 56,98 persen dari tahun sebelumnya, jadi NOPAT yang diperoleh BRI tetap mengalami kanaikan dari tahun 2009 seperti yang sudah diterangkan sebelumnya sesuai dengan Tabel 5. diatas.

2. Biaya Modal COC

Komponen pembentuk COC adalah rata-rata tertimbang biaya hutang dan modal sendiri WACC dan modal yang diinvestasikan IC, nilai COC berbanding terbalik dengan nilai EVA, semakin tinggi nilai COC yang dihasilkan akan menyebabkan nilai EVA yang semakin kecil. Tabel 6. Nilai COC BRI Periode 2006-2010 Periode WACC a IC b Rp. Juta COC a x b Rp. Juta 2006 4,44 154.438.149 6.849.740,24 2007 2,29 202.594.448 4.635.338,27 2008 4,44 245.776.601 10.923.838,36 2009 3,28 316.603.537 10.371.958,74 2010 2,87 402.354.679 11.540.230,34 Nilai COC dari tahun ke tahun secara umum mengalami fluktuasi. Seperti yang dapat dilihat pada Tabel 6. di atas bahwa pada tahun 2007 COC mengalami penurunan sebesar Rp2.214.401,97 juta atau turun sebesar 32,33 persen dari tahun 2006. Namun pada tahun 2008 kembali mengalami peningkatan sebesar Rp6.288.500,09 juta atau meningkat sebesar 135,66 persen dari tahun 2007. Pada tahun 2009 kembali mengalami penurunan sebesar Rp551.879,62 juta atau turun sebesar 5,05 persen dari tahun sebelumnya. Di tahun 2010, BRI kembali mengalami kenaikan sebesar Rp 1.168.271,60 juta atau naik sebesar 11,26 persen dari tahun 2009. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai COC tertinggi berada di tahun 2010, hal ini disebabkan oleh nilai IC yang tinggi akibat jumlah aset di tahun 2010 yang tinggi. Namun kenaikan COC yang tertinggi adalah tahun 2008 yaitu meningkat sebesar 135,66 persen dari tahun sebelumnya. Kenaikan yang signifikan ini diakibatkan oleh WACC yang tinggi di tahun tersebut yaitu meningkat sebesar 94.26 persen dari tahun sebelumnya. Kenaikan WACC tersebut disebabkan oleh kenaikan Ke yang signifikan. COC terendah terjadi di tahun 2007 yang disebabkan oleh WACC yang rendah pula, secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 12 dan Lampiran 13.

3. Perhitungan EVA

Dokumen yang terkait

Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

5 84 90

Pengaruh Economic Value Added ( EVA), Market Value Added (MVA) Dan Rasio Profitabilitas Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Tambang Yang Terdaftar Di BEI

4 65 80

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) TERHADAP MARKET VALUE ADDED (MVA) PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK INDONESIA

2 79 15

Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Market Value Added (MVA) pada perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia

0 34 88

Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) Terhadap Market Value Added (MVA) Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2011 - 2012

0 73 84

Analisis Economic Value Added (EVA) Dalam Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Pada PT. Indosat, Tbk

6 60 100

Analisis Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) dalam Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT. Bank Mandiri, Tbk

9 92 91

Analisis Economic Value Added (EVA) dalam Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT. Unilever Indonesia, Tbk.

15 102 104

Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Market Value Added (MVA) pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia

5 97 94

Pengaruh Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Profitabilitas, dan Kebijakan Dividen terhadap Harga Saham pada Perusahaan Property dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia 2012-2014

6 87 92