Olah Pikir Olah Hati
Olah Raga Olah Karsa
Nilai-nilai luhur dan perilaku
berkarakter
Gambar 2.1
b. Dimensi dan Substansi Pendidikan Karakter
Proses pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi yang dimilikinya kognitif, afektif, psikomotorik yang
berinteraksi dengan lingkungannya keluarga, sekolah dan masyarakat dan berlangsung sepanjang hayat
10
. Mencermati konsep pendidikan karakter yang dikembangkan Kemendiknas
sejak tahun 2010, tampaklah empat dimensi pendidikan karakter yang meliputi: olah pikir, olah hati, olah raga dan olah karsa. Keempat dimensi ini memiliki
keterikatan satu sama lain yang digambarkan dalam empat lingkaran yang saling mengikat. Lihat gambar 2.1. dalam gambar tersebut keempat dimensi tidaklah
saling memisah, namun saling bersinggungan dan berpotongan pada satu bidang, bidang yang berpotongan itulah yang merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur dan
perilaku berkarakter yang menjadi tujuan pendidikan karakter. Hal ini bermakna karakter individu dinyatakan lengkap jika keempat dimensi ini tumbuh dan
berkembang dalam diri seseorang.
Keterpaduan empat dimensi tersebut dapat dideskripsikan sebagai beriukut. Olah hati berkenaan dengan perasaan, sikap, dan keyakinan.
Olah pikir berkenaan dengan proses penalaran guna mencari dan
10
Heri Gunawan. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Alfabeta: Bandung 2012. H. 23
menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif dan inovatif. Olah raga berkenaan dengan proses , kesiapan, peniruan, manipulasi dan penciptaan
aktivitas baru disertai dengan soprtivitas. Olah karsarasa berkenaan dengan kemauan, motivasi dan kreatifitas yang tercermin dalam
kepedulian, citra, dan penciptaan kebaruan.
11
Muhammad Yaumin dalam bukunya memaparkan karakter yang dapat dikembangkan dari keempat dimensi pendidikan karakter di atas, yaitu:
12
Olah Pikir Cerdas cerdas kata,cerdas gambar, music, mengatur diri,
berhubungan dengan orang lain, flora dan fauna dan eksistensial, kritis ingin tahu, reflektif, terbuka, kreatif
produktif, inovatif, dan ber-iptek Olah Rasa
Ramah, apresiatif, suka menolong, sederhana, rendah hati, tidak sombong, bijak, pemaaf, mudah kerja sama, gotong
royong, peduli, mengutamakan kepentingan umum, beradab, sopan santun, nasionalis.
Olah Hati Beragama, alim, jujur, amanah, adil, bertanggungjawab,
integritas, loyal, tulus, ikhlas, empati, murah hati, berjiwa besar, teguh pendirian.
Olah Raga Disiplin, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, ceria,
gigih, bekerja keras dan berdaya saing.
Tabel 2.1. Ringkasan Karakter pada Setiap Dimensi
Dalam implementasinya disekolah, karakter-karakter di atas dapat ditambahkan atau dikurangkan seseuai kebutuhan masyarakat, Standar
Kompetensi, Kompetensi Dasar dan bahan suatu mata pelajaran. Pendidikan karakter bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak manusia atau waraga Negara Indonesia agar berpikiran
11
Opcit. Muchlas Samani dan hariyanto. 2011. h. 24
12
Muhammad Yaumin.Pendidikan Karakter Landasan, Pilar dan Implementasi., Prenadamedia Group: Jakarta 2014. h. 59
baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan pancasila.
13
Pendidikan karakter di Indonesia didasarkan pada sembilan karakter dasar. Kesembilan
karakter dasar yang menjadi tujuan pendidikan karakter ialah: 1.
Cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya 2.
Tanggung jawab, disiplin, dan mandiri 3.
Jujur 4.
Hormat dan santun 5.
Kasih sayang, peduli dan kerja sama 6.
Percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah 7.
Keadilan dan kepemimpinan 8.
Baik dan rendah hati 9.
Toleransi, cinta damai dan persatuan.
14
Kesembilan nilai karakter dasar di atas dikembangkan berdasarkan pada ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya serta nilai-nilai yang dirumuskan
dalam tujuan pendidikan nasional. Dalam Pandangan Islam karakter sama halnya dengan al- Akhlak. Ibn
Miskawaih berpendapat bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.
15
Imam al-Ghazali mengemukakan bahwa akhlak adalah keadaan dalam jiwa yang menetap dan dari padanya muncul
semua perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa perlu pemikiran dan penelitian.
16
Dari dua pendapat para ulama besar islam mengenai akhlak tersebut maka dapat disimpulkan bahwasanya akhlak adalah kepribadian yang
telah mendarah daging di dalam diri seseorang sehingga setiap perbuatan yang dilakukannya adalah perbuatan yang secara spontan dilakukan dan tanpa
memerlukan pertimbangan terlebih dahulu. Jika seseorang berakhlak baik maka sikap dan perilaku yang timbul dalam dirinya adalah perbuatan-
perbuatan baik yang dilakukannya secara sadar dan tanpa paksaan, begitu
13
Desain induk pendidikan karakter Kementerian Pendidikan Nasional 2010. h. 5
14
opcit. Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter. h.72
15
Opcit., Abuddin Nata., h. 3
16
Anon e-book Terjemah kitab Ihya Ulumuddin jilid ke- 2. h. 1034
juga berlaku sebaliknya. Sehingga akhlak ini dapat menjadi identitas seseorang saat ia menjalankan kehidupannya.
Akhlak merupakan bentuk plural dari al-khuluq. Ar-Ragib menyatakan bahwa kata al-kholqu, al-khuluq dan al-khuluqu memiliki makna yang sama.
Namun al-kholqu dikhususkan untuk bentuk yang dapat dilihat dengan panca indera, sedangkan al-khuluqu untuk kekuatan dan tabiat yang dapat ditangkap
oleh mata hati bersumber dari ajaran islam.
17
Ungkapan tersebut menyiratkan bahwa orang yang memiliki akhlak yang baik adalah orang yang
senantiasa tunduk dan patuh pada ajaran islam yang diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Islam adalah agama yang paling sempurna, Islam mengatur semua kegiatan manusia dari hal-hal terkecil sampai yang terkompleks. Semua itu
sudah terkandung dalam al- Qur’an sebagai petunjuk umat Muslim yang dapat
mengantarkan kepada kebahagian dan kesejahteraan hidup baik di dunia maupun diakhirat. Hukum-hukum islam yang mengandung serangkaian
pengetahuan tentang akidah, pokok-pokok dan perbuatan dapat dijumpai di dalam al-
Qur’an
18
. Akhlak dalam ajaran islam mencakup beberapa aspek, yaitu akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap terhadap Rasullah, akhlak
terhadap diri sendiri, akhlak terhadap sesame makhluk hidup, berikut penjelasannya:
a. Akhlak terhadap Allah
Sebagai manusia yang beriman sudah sepatutnya kita ber-akhlak terhadap Allah SWT tiada Tuhan selain Dia yang memiliki kerajaan di
langit dan di bumi, yang menciptakan manusia dengan keadaan yang paling sempurna dan segala keistimewaannya. Lalu bagaimana cara
manusia agar berakhlak terhadap Allah SWT.
17
Mahmud al- Mishri. Ensiklopedia Akhlak Muhammad SAW. Jakarta: Pena Pundi Aksara 2011. h.4
18
opcit., Abuddin Nata. h.58
1. Beriman hanya kepadaNya. Meyakini dengan sungguh-sungguh
bahwa Allah itu ada dengan segala keesaanNya.
19
Qs. Al-Ikhlas [112] ayat 1.
2. Rajin beribadat.
20
Allah menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaNya Qs.Adz-Dzariat [51] ayat 56 maka sudah
sepatutnya manusia hidup di dunia untuk beribadah kepada Allah dengan menjalankan segala perintahNya dan menjauhi laranganNya
agar mendapat keridlaan Allah SWT. 3.
Ikhlas dan khusyu
21
. Kewajiban manusia adalah untuk beribadah hanya kepada Allah dengan ikhlas dan khusyu serta tidak
menyekutukanNya dengan apapun. 4.
Raja‟ berharap dan Khauf takut. Manusia dalam hatinya harus menanamkan sifat
Raja‟ atau selalu berharap kepada Allah. Hanya Allah lah yang dapat mengabulkan segala do’a dan permohonannya.
Namun selain berharap juga dalam hati manusia harus ada rasa Khauf atau takut akan laknat Allah dengan begitu sebagai manusia akan
selalu berusaha untuk instrospeksi diri untuk menjadi hamba yang lebih baik lagi dihadapanNya.
5. Ash-Shobru bersabar
22
dan Husnudzon berbaik sangka
23
. Allah berfirman dalam Qs. Al-
Baqarah ayat 155 yang artinya “Dan sungguh akan
Kami berikan
cobaan kepadamu,
dengan sedikit
ketakutan,kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan ”.
Dalam ayat tersebut menyiratkan bahwa kehidupan manusia tidak akan lepas dari cobaan. Oleh sebab itu hendaknya seseorang itu harus
sabar dengan segala cobaan yang diberikan serta selalu berbaik sangka kepada Allah SWT. Manusia harus percaya bahwa hanya Allah lah
yang dapat menjadi penolong, hanya Allah yang memberikan rahmat dan petunjuk bagi hambanya yang bertakwa serta tidak akan
19
Opcit. Heri Gunawan h. 8
20
Moh. Ardani. Akhlak- Tasawuf “Nilai-nilaiAkhlakBudi Pekerti dalam Ibadat dan Tasawuf”
Jakarta: Karya Mulia 2005. h. 67
21
Opcit., Heri Gunawan. h. 8
22
Ibid., h. 70
23
Opcit., Heri Gunawan. h. 8