negatif.
65
Misalnya terdapat petunjuk Nabi dalam menasihati orang tua untuk memyuruh anak menunaikan shalat pada usia tujuh tahun
selanjutnya diperbolehkan memukul jika sampi usia 10 tahun anak belum juga meaksanakan shalat.
66
Dalam dunia pendidikan, pembiasaan dapat dilaksanakan secara terprogram dalam kegiatan pembelajaran atau
dengan tidak terprogram dalam kegiatan sehari-hari. Kegiatan pembiasaan dalam pembelajaran secara terprogram dapat dilaksanakan
dengan perencanaan khusus dalam kurun waktu tertentu, sedangkan kegiatan pembiasaan yang dilakukan secara tidak terprogram dalam
kegiatan sehari-hari dapat dilaksanakan dengan kegiatan rutin shalat, berjama’ah, upacara bendera, senam, kegiatan yang dilakukan secara
spontan pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, dll, kegiatan keteladanan berpakaian rapih, berbahasa baik
dan sopan, datang kesekolah tepat waktu, dll 6.
Memberi Nasihat Nasihat adalah kalimat-kalimat yang menyentuh hati hati untuk
mengarahkan manusia kepada yang dikehendaki. Pemberian nasihat dapat dibarengi dengan teladan dari pemberi nasihat.
67
Hal ini dilakukan agar pemberian nasihat dapat berpengaruh besar terhadap orang yang
dinasehati apalagi jika yang menasehati merupakan orang yang disuka maka pemberian nasihat itu tidak akan sia-sia. Mengapa demikian? Pada
dasarnya secara psikologis seseorang kurang senang jika dinasehati karena biasanya orang yang menasehati berada di posisi yang lebih
tinggi daripada yang dinasehati. Oleh sebab itu sangat dianjurkan oleh Nabi agar kita saling memberi nasihat terhadap orang-orang terdekat kita
berwasiat dalam kebenaran seperti hadis Nabi yang berbunyi “
Seseorang akan mengikuti agama adat dan perilaku teman dekatnya karena itu hendaklah salah seorang di antara kalian memerhatikan orang
yang teman dekatnya.” HR Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ahmad.
68
65
Abuddin Nata., Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama 2005. H. 153
66
Ibid., h. 154
67
Opcit., Abuddin Nata. h. 150
68
Opcit., Mahmud al- Mishri h. 916
7. Targhib dan Tarhib Janji dan Ancaman
Targhib ialah janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat yang disertai dengan bujukan. Sedangkan tarhib ialah ancaman karena dosa
yang dilakukan. Keduanya bertujuan agar orang mematuhi aturan Allah. Targib dan tarhib memiliki penekanan yang berbeda, jika targib
dilakukan agar seseorang melakukan kebaikan yang diperintahkan Allah, sedangkan Tarhib dilakukan agar seseorang menjauhi perbuatan yang
dilarang Allah.
69
Targib dan tarhib dapat dikatakan sebagai teori yang menyatakan bahwa orang yang melakukan pelanggaran akan mendapat ancaman atau
dampak dari perbuatan dosa yang dilakukannya sedangkan yang berbuat baik akan mendapat kenikmatannya. Dalam pelaksanaannya targib dan
tarhib diwujudkan dalam hukuman dan ganjaran pelaksanaan ancaman, namu pelaksanaan metode hukuman ini di tempuh sebagai jalan terakhir
jika seseorang sudah tidak bias dinasehati dan diberi teladan lagi seperti yang dikatakan oleh Muhammad Quthb dalam Abuddin Nata
“Bila teladan dan nasihat tidak mampu, maka pada waktu itu harus diadakan
tindakan tegas yang dapat meletakkan persoalan ditempat yang benar. Tindakan tegas itu adalah hukuman”.
70
Pemberian hukuman dalam dunia pendidikan dapat dilaksanakan jika hukuman itu
tidak mengandung emosi atau unsur “balas dendam” dari yang memberi hukuman. Hukuman diberikan harus memiliki tujuan dan
memberikan efek insyaf dan taubat tidak akan mengulangi lagi bagi yang melanggar. Sedangkan ganjaran yang diberikan dapat berupa
hadiah, cibderamata atau bonus yang diberikan bagi seseorang yang berprestasi dalam kebaikan.
2. Implementasi Pendidikan Karakter Pada Pendidikan Dasar
a. Nilai Karakter Utama Pada Jenjang Sekolah Dasar
69
Opcit. Heri Gunawan. h. 88-96
70
Opcit. Abuddin Nata. Filsafat Pendidikan Islam. h. 155
Pembinaan nilai moral dan karakter anak harus dilakukan sejak dini. Orang tua dan keluarga memiliki peran utama dalam menanamkan nilai-
nilai karakter yang mulia terhadap anak. Selain orang tua dan keluarga sekolah juga berperan sangat penting dalam menanamkam pendidikan
karakter. Sekolah dasar merupakan periode pendidikan yang sangat penting
untuk pembinaan moralitas individu. Dalam pendidikan nasional, sekolah dasar SD merupakan jenjang pendidikan formal pertama yang
menentukan arah pengembangan potensi peserta didik. Jika terjadi kesalahan dalam penanaman nilai di sekolah dasar akan berdampak pada
kehidupan individu. Penanaman nilai-nilai moral bertujuan menanamkan nilai-nilai moral
yang mulai luntur di lingkungan anak-anak akibat pengaruh buruk yang mereka dapatkan dari lingkungan sekitar. Paul Suparno dkk mengatakan
adapun nilai-nilai moralitas dan budi pekerti yang perlu ditanamkan pada jenjang Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:
71
1 Nilai religius yakni sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya. Serta toleran terhadap pelaksaan ibadah agama lain
2 Nilai sosial yakni sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membuthkan 3
Nilai gender yakni sikap dan perilaku yang tidak membeda-bedakan antara laki-laki dan perempuan, keduanya memiliki kesempatan
yang sama. 4
Nilai keadilan yakni sikap dan perilaku yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dengan orang lain
5 Nilai kejujuran yakni perilaku yang pada upaya menjadikan dirinya
sebagai oaring yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.
71
Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Malang: Bumi Aksara. 2007. H.46-50
6 Nilai kemandirian yakni sikap dan perilaku yang tidak mudah
tergantung pada orang laindalam menyelesaikan tugas 7
Nilai daya juang yakni perilaku yang menunjukkan upaya sungguh- sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan dalam belajar
8 Nilai tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya dilakukannya terhadap diri sendiri, lingkungan, masyarakat, Negara dan Tuhan yang maha Esa.
9 Nilai penghargaan terhadap lingkungan yakni sikap dan tindakan
yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mendikbud, Muhajir Effendy menyatakan bahwa nilai-nilai yang harus ditanamkan dalam
pendidikan karakter pada jenjang sekolah dasar adalah 1 karakter personal diantaranya hidup jujur dan memiliki budaya antre, 2 karakter
social yakni memiliki tanggung jawab sosial dan menghargai perbedaan serta pendapat orang lain, dan menumbuhkan sikap nasionalisme.
72
Dari kedua uraian diatas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai yang ditanamkan dalam implementasi pendidikan karakter pada jenjang
pendidikan dasar adalah nilai religius, kejujuran, tanggung jawab baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan, menghargai pendapat orang
lain, keadilan dan nasionalisme. b.
Tahapan Implementasi Pendidikan Karakter Karakter seperti juga kualitas diri lainnya tidak berkembang dengan
sendirinya. Perkembangan karakter pada setiap individu dipengaruhi oleh faktor bawaan dan faktor lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat.
Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan knowing, pelaksanaan acting, menuju kebiasaan habit.
73
Perkembangan karakter seseorang tidak sebatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang
72
Muhajir Effendy, SD-SMP Segera Terapkan Pendidikan Karakter, 2017, www.radarbangka.co.id
73
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan.Jakarta:Kencana. 2011. H.110
memiliki pengetahuan tentang belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya jika ia tidak terlatih untuk melakukan kebaikan.
Hal tersebut dikarenakan karakter lebih kepada kebiasaan diri seseorang. Proses implementasi pendidikan karakter memiliki prinsip dalam
internlisasi nilai-nilai yang digunakan, yaitu mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai sebagai meilil mereka sendiri
dan harus bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya. Hal tersebut melalui tahap mengenal pilihan, menentukan pendirian dan
selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan dirinya. Dengan melaksanakan ketiga tahapan tersebut peserta didikbelajar
melalui proses berpikir, bersikap dan berbuat.
74
Proses internalisasi nilai-nilai dilakukan dengan tahapan-tahapan berjenjang mulai dari penanaman, penumbuhan, pengembangan dan
pemantapan.
1. Tahap penanaman nilai
Tahap penanaman nilai merupakan tahap ditanamkannya nilai-nilai kebaikan agar menjadi kebiasaan. Pada tahap ini anak dibiasakan
berbuat baik. Tahap ini sangat memerlukan keteladanan dari orang- orang yang dekat dengan peserta didik. Faktor keteladanan ini
menjadi landasan fundamental bagi anak dalam internalisasi nilai- nilai yang sedang atau telah diterima dari lingkungan.
2. Tahap penumbuhan nilai
Pada tahap penumbuhan nilai-nilai telah ditanamkan kepada anak ditumbuhkan secaa maksimal. Tahap penumbuhan nilai dilakukan
dengan memberikan tanggung jawab kepada anak sesuai dengan tahapan usianya. Dengan begitu nilai-nilai yang ditanamkan dapat
tumbuh dan melekat dalam dirinya sebagai jati diri yang kuat. 3.
Tahap pengembangan nilai
74
Deni Damayanti, Panduan Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Araksa. 2014.h. 54
Pengajaran Makna Nilai
Hukuman Pembinaan
Menyimpang Keteladanan
Penghargaan Sesuai Nilai
Penguatan Pembiasaan
Pengontrolan Nilai-nilai yang telah ditanamkan dan ditumbuhkan pada anak perlu
dikembangkan menjadi nilai-nilai diri. Nilai-nilai yang sudah ada menjadi satu dalam diri anak dan harus tercermin dalam sikap dan
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. 4.
Tahap pemantapan nilai Nilai-nilai yang sudah ditanamkan, ditumbuhkan dan dikembangka
kemudian dimantapkan. Pada tahapan ini anak diberikan kepercayaan dan tanggung jawab untuk melakukan kegiatan yang
berhibungan langsung dengan kehidupan dalam masyarakat. Dengan pemntapan ini diharapkan anak-anak sudah siap untuk memasuki
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
75
Dengan prinsip-prinsip
tersebut dapat
dilakukan strategi
implementasi pendidikan karakter berkelanjutan sebagai berikut.
76
Strategi implementasi pendidikan karakter dimulai dengan pengajaran makna nilai. Nilai-nilai yang telah diajarkan ditanamkan
melalui pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan nilai-nilai
75
Ibid., 59-61
76
Kusnaedi, Strategi dan Implementasi Pendidikan Karakter Panduan untuk Orang Tua dan Guru. Bekasi: Duta Media Tama.2013. h.137
Gambar 2.2
Strategi implementasi pendidikan karakter berkelanjutan