Ciri-ciri Karakter yang Baik

Seseorang yang memiliki hati nurani sudah pasti mempunyai kesadaran yang tinggi mengenai perilaku bermoral. Hati nurani memiliki dua aspek yaitu sisi kognitif pengetahuan tentang apa yang baik dan sisi emosional merasa wajib melakukan yang baik. 42 Banyak orang yang mengetahui tentang hal yang benar namun merasa tidak memiliki kewajiban untuk melakukan sesuatu dengan pengetahuan kebenarannya tersebut. Misalnya saja orang mengetahui untuk selalu berbuat jujur dalam setiap keadaan namun masih saja ada orang yang melakukan penipuan. Bagi seseorang yang berpegang pada hati nurani, mereka akan berkomitmen terhadap nilai-nilai moral dalam kehidupannya, karena nilai-nilai tersebut mengakar kuat dalam diri mereka, bahkan mereka tidak akan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan nilai moral tersebut, mereka merasa keluar dari karakter apabila mereka melakukan hal yang bertentangan dengan nilai moral. Oleh sebab itu sangat diharapkan sekali pendidikan karakter yang diterapkan dalam sekolah dapat menyentuh hati nurani anak. Wahfiudin seorang pakar pendidikan islam berpendapat bahwa mendidik anak harus menyentuh dimensi moral yang bermuara dalam hati nurani karena pada dasarnya manusia itu digerakkan oleh hati nuraninya. 43 2. Penghargaan diri Jika seseorang mampu memandang positif dirinya ia akan cenderung memperlakukan orang lain secara positif pula. Begitu juga jika seseorang kurang menghargai dirinya maka akan sulit baginya untuk memberikan rasa hormat kepada orang lain. Penghargaan diri yang tinggi tidak serta merta selalu memunculkan karakter yang baik. Hal ini terjadi jika penghargaan diri tidak sama 42 Dhama Kesuma dkk. Pendidikan Karakter Kajian Teroi dan Praktik di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya 2012. h. 75 43 Rahmat Rosyadi. PendidikanIslam dalam PembentukanKarakter Anak Usia Dini Jakarta: Raja GRafindo Persada 2013. h.13 sekali berhubungan dengan karakter baik, misalnya kekayaan, kondisi fisik, popularitas atau kekuasaan 44 . Hal ini yang menjadi tantangan bagi pihak sekolah dalam membantu siswa untuk mengembangkan penghargaan diri yang berdasarkan karakter baik, misalnya tanggung jawab, kedisiplinan, kejujuran serta keyakinan terhadap diri mereka untuk menjadi orang baik. 3. Empati Empati adalah memahami dan mengerti perasaan orang lain. 45 Empati memungkinkan seseorang keluar dari dirinya dan masuk dalam diri orang lain seperti seakan-akan dialah yang mengalaminya. Masyarakat Indonesia saat ini sedang terjadinya penurunan rasa empati. Semakin banyak remaja yang melakukan kriminalitas yang mengarah pada tindakan-tindakan brutal. Mereka pada dasarnya memiliki rasa empati terhadap sesuatu yang mereka ketahui dan peduli, namun mereka tidak dapat menunjukkan rasa empati mereka terhadap orang yang menjadi korban dari kekerasannya. Misalnya kasus tawuran pelajar yang terjadi karena membela sekolah atau teman satu kelompok. Inilah yang menjadi tugas para pendidik untuk membangun empati yang mampu melihat sampai kebalik perbedaan dan merespon pada sesama manusia. Untuk menanamkan rasa empati pada anak bisa dilakukan dengan mengajak anak untuk saling membantu satu sama lain, misalnya meminjamkan pensil kepada teman sebangku yang tidak membawanya atau saling bekerja sama untuk membersihkan kelas. 4. Mencintai kebaikan Bentuk karakter yang paling tinggi diperlihatkan dengan sikap tulus pada kebaikan. 46 Ketika seseorang mencintai yang baik maka dengan senang hati ia akan melakukan kebaikan dengan suka rela tanpa dibuat- buat. 44 opcit. Ajat Sudrajat. h. 51 45 Opcit., Rahmat Rosyadi. h. 66 46 Opcit., Dharma Kesuma dkk. h. 76 Setiap manusia sudah memiliki potensi mencintai kebaikan dalam dirinya sejak lahir yang harus dilakukan hanya mengembangkan potensi yang sudah ada tersebut melalui pengalaman-pengalaman yang bermakna serta lingkungan yang mendukung baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun di lingkungan masyarakat. 5. Kontrol diri Emosi dapat mengalahkan akal. Itulah mengapa control diri merupakan pekerti moral yang penting. Seseorang memerlukan control diri untuk kebaikan moral. Kontrol diri juga diperlukan untuk mengekang keterlenaan diri terhadap sesuatu. Di dalam Islam sendiri kontrol diri atau emosi menjadi salah satu wasiat dari nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Bukhori “Sesungguhnya ada seorang laki- laki berkata kepada Nabi shallallaahu alaihi wasallam: “Berilah aku sebuah wasiat” Maka Rasullah bersabda: “Janganlah engkau emosimarah- marah” Nabi saw mengulang-ulang perkataan itu beberapa kali yaitu ucapan “jangan engkau selalu marah-marah” [HR. Bukhori] 47 dalam hadis lain dikatakan “Jangan marah maka bagimu surga”. Hal ini menunjukkan bahwasanya menahan emosi memiliki banyak sekali keuntungan dan bermuara pada kebaikan baik dunia maupun akhirat surga. 6. Kerendahan hati Rendah hati berarti sikap menyadari keterbatasan kemampuan dan ketidaksempurnaan diri sehingga terhindar dari sifat keangkuhan sombong. 48 Rendah hati merupakan sikap pertangahan dari sombong dan rendah diri. Jika seseorang memiliki kerendahan hati ia akan bersedia menggunakan potensi yang Allah berikan mata, telinga, hati untuk melihat kebenaran walaupun kebenaran itu datang dari orang yang lebih muda darinya. 47 Syaikh Yahya Bin Syarifuddin An Nawawi. 40 Terjemah Hadits Arbain Nawawy dalam Judul Asli “Arba’in an-Nawawy Syaikh Yahya Bin Syarafuddin an-Nawawy Fil Ahaadiitsis Shahiihah an- Nabawiyyah” diterjemahkan oleh H.M. Mundar Jakarta: Wangsamerta. h. 34 48 Lanny Oktavia dkk. Pendidikan KarakterBerbasis Tradisi Pesantren. Jakarta: ReneBook 2014. h. 252 Kerendahan hati merupakan sisi yang efektif dari pengetahuan diri. Kerendahan hati dan pengetahuan diri merupakan sikap berterus terang bagi kebenaran dan keinginan untuk memperbaiki kelemahan diri. 49 Untuk membangkitkan moral feeling anak diperlukan lebih dari sekedar tataran teoritis yang diajarkan dikelas namun lebih kepada pemberian teladan kepada anak-anak karena moral feeling merupakan penguatan aspek emosi anak untuk menjadi manusia yang berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan sendiri oleh anak agar tujuan dari penguatan sikap ini bisa tercapai secara maksimal. c. Moral Acting tindakan moral Morl Acting atau tindakan moral merupakan hasil dari dua bagian karakter lainnya, yaitu moral knowing dan moral feeling. Apabila seseorang memiliki kualitas moral knowing dan moral feeling intelektual dan emosi maka sangat dimungkinkan orang tersebut melakukan tindakan yang menurut pengetahuan dan perasaan mereka benar. Dalam suatu keadaan, terkadang seseorang mengetahui apa yang harus dilakukan, dan merasa harus melakukannya, namun belum bisa menerjemahkan perasaan dan pikiran tersebut dalam tindakan. Oleh sebab itu untuk memahami apa itu sebenarnya moral acting dan apa yang sebenarnya menggerakkan atau bahkan menghalangi seseorang untuk melakukan tindakan bermoral, mari kita lihat lebih jauh dalam tiga aspek karakter lainnya, yaitu kompetensi, kehendak dan kebiasaan. 1. Kompetensi Kompetensi moral adalah kemampuan untuk mengubah pertimbangan dan perasaan moral kedalam tindakan yang efektif. 50 Misalnya untuk memecahkan suatu konflik maka diperlukan keahlian- keahlian praktis, seperti mendengarkan, mengkomunikasikan 49 Opcit. Ajat Sudrajat. h. 52 50 opcit. Thomas Lickona, h. 86 pendapat dengan tanpa menyinggung perasaan pihak lain, dan dapat mencari solusi yang terbaik bagi semua pihak. 2. Kehendak Kehendak dibutuhkan untuk menjaga emosi agar tetap terkendali oleh akal. Kehendak yang kuat untuk melakukan perilaku bermoral dibutuhkan untuk mendahulukan kewajiban dibandingkan kesenangan semata. Kehendak yang kuat merupakan inti dari dorongan moral. 3. Kebiasaan Dalam banyak hal sesuatu yang dilakukan secara terus menerus akan menjadi suatu kebiasaan yang mendarah daging, dan kebiasaan itu akan menjadi karakter dalam diri seseorang. Begitu juga untuk dalam menanamkan karakter yang baik akan dimulai dengan kebiasaan yang baik pula. William Bennett mengatakan bahwa orang- oarang yang memiliki karakter yang baik bertindak dengan sungguh- sungguh, loyal, berani, berbudi dan adil tanpa banyak tergoda oleh hal-hal sebaiknya. 51 Untuk alasan inilah sebagai pendidik moral, anak-anak harus diberi kesempatan untuk membangun kebiasaan-kebiasaan baik, dan banyak berlatih untuk menjadi orang baik dalam kondisi apapun. Dengan begitu mereka akan terbiasa melakukannya sehingga nantiya akan menjadi suatu kebiasaan kuat yang mendarah daging dan tak akan tergoda dengan hal-hal yang buruk yang bersifat kesenangan sesaat. Setelah moral knowing dan moral feeling terwujud maka moral acting sebagai outcome akan muncul dengan mudah dalam diri anak sebagai perwujudan dari akhlak atau karakter yang baik. Seperti yang dikatakan oleh Imam al-Gazali bahwa akhlak iadalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan berbgai macam perbuatan dengan mudah 51 William Bennet, The Teacher, the Curriculum, and Values Education Development dalam Mary Louise MCBee, Dalam Thomas Lickona Pendidikan Karakter.. h. 87 tanpa perlu pemikiran dan pertimbangan. 52 Maka ketiga tahapan moral harus disuguhkan kepada anak melalui cara-cara yang logis, rasional dan demokratis sehingga perilaku yang berkarakter benar-benar timbul dan mendarah daging dalam diri anak bukan hanya topeng anak berperilaku baik jika diawasi.

d. Cara Membentuk Akhlak

Secara bahasa Akhlak a dalah bentuk jama’ dari khulk yang artinya budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. 53 Menurut Asmaran akhlak adalah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga menimbulkan berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat serta tanpa memerlukan pemikiran. 54 Dengan begitu akhlak merupakan seseuatu yang melekat pada kepribadian seseorang dan ditunjukkan dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Setiap manusia dilahirkan dengan potensi akhlak yang baik, dan potensi ini akan berkembang jika mendapat sentuhan pengalaman belajar dari lingkungannya. Untuk memberikan pengalaman belajar tersebut diperlukan usaha-usaha pembinaan akhlak yang diharapkan akan membawa hasil berupa terbentuknya pribadi muslim yang berkahlak mulia, taat kepada Allah dan Rasulnya, hormat kepada ibu-bapak dan sayang terhadap sesamanya. Abuddin Nata mengatakan bahwa pembentukan akhlak merupakan usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak, dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten. 55 Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa akhlak seseorang dapat dibina dengan usaha yang sungguh-sungguh dari segi kemauan yang kuat dalam diri seseorang atau dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram. 52 Opcit. Abuddin Nata., h. 3 53 Luis Ma’luf, Kamus Al-Munjid, Al-Maktabah Al-Katulikiyah. Dalam Asmaran As. Pengantar Studi Akhlak.Raja Grafindo Persada: Jakarta2002. h. 1 54 ibid,. h.3 55 Abuddin Nata, Akhlak dan Tasawuf, h. 135 Imam al- Ghazali dalam kitabnya ”Ihya ulum al-din” menyebutkan bahwa pembinaan akhlak dan kepribadian manusia dapat dilakukan dengan cara menyucikan diri atau sering disebut dengan tazkiyah al-nafs yang secara bahasa dapat bermakna penyucian pribadi. 56 Tazkiyah al-nafs dapat dilakukan dengan metode mujahadat kesungguhan dan riyadhah al-nafs latihan kepribadian 57 . Untuk mencapai keberhasilan dalam mujahadah dan riydhah al-nafs diperlukan kesungguhan untuk meninggalkan semua perbuatan jelak lau menggantinya dengan adat kebiasan yang baik. Seperti dalam firman Allah dalam Qs. Al- baqarah[2] ayat 45 yang artinya “Sesungguhnya shalat itu berat selain bagi orang- orang yang khusyu” dalam ayat tersebut tersirat bahwasanya untuk mencapai kesungguhan atau menanamkan kebiasaan shalat ibadah diperlukan kesungguhan dengan hati yang bersih, tunduk dan patuh pada perintah Allah SWT. Begitu juga dengan perilaku-perilaku terpuji lainnya. Pada fase awal riyadhah al-nafs merupakan beban yang berat dalam melakukan perbuatan baik, namun di fase akhir akan menjadi sebuah kebiasaan yang dapat dilaksanakan dengan mudah serta tanpa paksaan karena sudah menjadi kebiasaan. Berikut ini beberapa metode lain yang dapat digunakan dalam pembentukan akhlak, yaitu: 1. Hiwar atau Percakapan Metode percakapan ini dilakukan melalui Tanya jawab mengenai suatu topik, dan dengan sengaja diarahkan kepada suatu tujuan yang dikehendaki. Metode percakapn bertujuan untuk memberikan dampak yang sangat dalam kepada pendengar dengan cara membangkitkan berbagai perasaan dan kesan seseorang yang akan melahirkan dampak paedagogis sehingga meninggalkan pengaruh berupa pendidikan akhlak, sikap dalam berkomunikasi dengan orang lain, menghargai pendapat orang lain, cara mengungkapkan pendapat sendiri dan sebagainya. 2. Qishah atau Cerita 56 Opcit. Heri Gunawan. h. 83 57 Anon e-book Terjemah Ihya Ulum Al-din. Edisi ke-2 h. 1046 Qishah berasal dari kata al-qassu yang berarti mencari atau mengikuti jejak. 58 Qishah dapat diartikan menceritakan kembali kisah- kisah yang telah lalu untuk diambil pelajaran. Dalam metode qishah pendidik dapat memberikan potongan berita atau kisah kejadian masa lalu yang mempunyai makna mendalam serta terdapat berbagai keteladan dan edukasi. Kisah-kisah yang diceritakan bisa berupa kisah tentang para nabi, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri dan peninggalan setiap ummat yang kesemuanya itu dapat bersumber dari al- Qur’an. Mengapa kisah Qur’ani yang harus diperdengarkan? Karena di dalam al- Qur’an terdapat kisah-kisah yang nyata dan bukan khayalan 59 fiktif sehingga dapat mengundang pendengar untuk mengikuti peristiwanya serta merenungkan maknanya dan makna-makna itu dapat menimbulkan kesan yang mendalam. Kisah qur‟ani yang diperdengarkan oleh pendidik dapat membangun keimanan kepada Allah dengan cara membangkitkan berbagai perasaan khauf, ridlo, dan cinta. 3. Amtsal atau Perumpamaan Amtsal adalah bentuk jamak dari masal yang artinya ialah menonjolkan seseutu makna yang abstrak dalam bentuk yang indrawi agar menjadi indah dan menarik. 60 Amtsal banyak ditemukan di dalam al- Qur’an, diantaranya firman Allah mengenai orang munafik yang diumpamakan seperti orang yang menyalakan api untuk menerangi sekelilingnya namun Allah hilangkan cahayanya sehingga mereka berada dalam keadaan gelap gulita dan tidak bisa melihat QS. Al-Baqarah[2] ayat 17-20. Metode amtsal atau perumpaan dapat digunakan seperti metode qishah yaitu bercerita atau membacakan kisah. Membuat perumpamaan diperlukan agar dapat menggambarkan seseuatu yang tidak nyata menjadi nyata supaya mudah dipahami dan dimengerti 61 . Hal ini bertujuan untuk mendekatkan makna pada pemahaman, 58 Manna’ Khalil al-Qattan. Mabahis fi „Ulumil Qur‟an. Diterjemahkan oleh DRs. Mudzakir AS dengan judul Studi ilmu haditsn. Bogor: Pustaka Litera AntarNusa cet: 8 2004. h.435 59 Ibid., Manna’ Khalil al-Qattan. h. 437 60 Ibid., Manna’ Khalil al-Qattan. h. 403 61 Opcit. Mahmud al- Mishri. h.914 menumbuhkan perasaan ketuhanan, mendidik akal supaya berpikir logis dan sehat serta menghidupkan nurani yang selanjutnya dapat menggugah kehendak dan mendorong anak agar melakukan amal yang baik dan menjauhi yang mungkar. 62 4. Uswah atau Keteladanan Menurut kamus Landak keteladanan adalah making something as an example, providing, a model. Yang artinya menjadikan seseuatu sebagai contoh, meyediakan suatu model. 63 Dengan model ini pendidik harus bersedia menjadi model yang akan ditiru perkataannya, perbuatannya, atau sikap dan perilakunya oleh siswa dengan begitu maka setiap pendidik berkewajiban untuk menjaga akhlaknya. Islam mengenal Uswah atau keteladan sebagai salah satu cara membentuk akhlak yang diajarkan dan dianjurkan langsung oleh Nabi Muhammad Saw. Beliau menggunakan metode ini untuk memperbaiki kondisi akhlak umatnya. seperti yang tercantum dalam firman Allah pada surat Al-Ahzab ay at 21 yang artinya “ Sungguh pada diri Rasullah itu terdapat contoh-teladan yang baik bagi kamu sekalian … “. Pemberian teladan sangat cocok dilakukan pada anak usia sekolah dasar dan menengah karena pada umumnya anak seusia mereka secara psikologis cenderung meneladani atau meniru guru atau pendidiknya, bukan hanya hal-hal yang baik namun terkadang juga hal yang buruk. Oleh karena itu guru atau pendidik perlu memberikan keteladanan yang baik kepada siswanya agar pembentukan akhlak menjadi lebih efektif dan efisien. 5. Pembiasaan Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang- ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. 64 Metode ini berintikan pengalaman, semakin sering anak diberikan pengalaman untuk berbuat baik maka dengan sendirinya anak dapat melakukannya tanpa disuruh. Al- Qur’an juga memberikan pendidikan melalui kebiasaan yang dilakukan secara bertahap untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan 62 opcit., Heri Gunawan h. 91 63 opcit., Muhammad Yaumin. 2014. h. 148 64 Opcit., Heri Gunawan. h. 93 negatif. 65 Misalnya terdapat petunjuk Nabi dalam menasihati orang tua untuk memyuruh anak menunaikan shalat pada usia tujuh tahun selanjutnya diperbolehkan memukul jika sampi usia 10 tahun anak belum juga meaksanakan shalat. 66 Dalam dunia pendidikan, pembiasaan dapat dilaksanakan secara terprogram dalam kegiatan pembelajaran atau dengan tidak terprogram dalam kegiatan sehari-hari. Kegiatan pembiasaan dalam pembelajaran secara terprogram dapat dilaksanakan dengan perencanaan khusus dalam kurun waktu tertentu, sedangkan kegiatan pembiasaan yang dilakukan secara tidak terprogram dalam kegiatan sehari-hari dapat dilaksanakan dengan kegiatan rutin shalat, berjama’ah, upacara bendera, senam, kegiatan yang dilakukan secara spontan pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, dll, kegiatan keteladanan berpakaian rapih, berbahasa baik dan sopan, datang kesekolah tepat waktu, dll 6. Memberi Nasihat Nasihat adalah kalimat-kalimat yang menyentuh hati hati untuk mengarahkan manusia kepada yang dikehendaki. Pemberian nasihat dapat dibarengi dengan teladan dari pemberi nasihat. 67 Hal ini dilakukan agar pemberian nasihat dapat berpengaruh besar terhadap orang yang dinasehati apalagi jika yang menasehati merupakan orang yang disuka maka pemberian nasihat itu tidak akan sia-sia. Mengapa demikian? Pada dasarnya secara psikologis seseorang kurang senang jika dinasehati karena biasanya orang yang menasehati berada di posisi yang lebih tinggi daripada yang dinasehati. Oleh sebab itu sangat dianjurkan oleh Nabi agar kita saling memberi nasihat terhadap orang-orang terdekat kita berwasiat dalam kebenaran seperti hadis Nabi yang berbunyi “ Seseorang akan mengikuti agama adat dan perilaku teman dekatnya karena itu hendaklah salah seorang di antara kalian memerhatikan orang yang teman dekatnya.” HR Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ahmad. 68 65 Abuddin Nata., Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama 2005. H. 153 66 Ibid., h. 154 67 Opcit., Abuddin Nata. h. 150 68 Opcit., Mahmud al- Mishri h. 916

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI PROGRAM FULLDAY SCHOOL TERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER PADA SISWA KELAS 1 SDIT MUHAMMADIYAH AL-KAUTSAR Implementasi Program Fullday School Terhadap Pendidikan Karakter Pada Siswa Kelas 1 SDIT Muhammadiyah Al-Kautsar Kartasura Tahun Ajaran 2012

0 2 15

PENGEMBANGAN KURIKULUM SEKOLAH FULL DAY DI SD (Studi Situs Di Sdit Al Muhajirin Sawangan Magelang) Pengembangan Kurikulumsekolah Fullday Di Sd (Studi Situs Di Sdit Al Muhajirin Sawangan).

0 1 18

PENDAHULUAN Pengembangan Kurikulumsekolah Fullday Di Sd (Studi Situs Di Sdit Al Muhajirin Sawangan).

0 1 12

PENGEMBANGAN KURIKULUM SEKOLAH FULL DAY DI SD (Studi Situs Di Sdit Al Muhajirin Sawangan) Pengembangan Kurikulumsekolah Fullday Di Sd (Studi Situs Di Sdit Al Muhajirin Sawangan).

0 1 18

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PAI DI SDIT LUQMANUL HAKIM BANDUNG.

0 1 31

PENGELOLAAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MEMBENTUK AKHLAKUL KARIMAH DI SDIT AL MUHAJIRIN Pengelolaan Pendidikan Karakter Dalam Membentuk Akhlakul Karimah Di SDIT Al Muhajirin Sawangan Magelang.

0 2 12

PENDAHULUAN Pengelolaan Pendidikan Karakter Dalam Membentuk Akhlakul Karimah Di SDIT Al Muhajirin Sawangan Magelang.

0 1 8

PENGELOLAAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MEMBENTUK AKHLAKUL KARIMAH DI SDIT AL MUHAJIRIN Pengelolaan Pendidikan Karakter Dalam Membentuk Akhlakul Karimah Di SDIT Al Muhajirin Sawangan Magelang.

0 1 22

Implementasi Pendidikan Karakter di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo IMG 20151123 0001

0 2 1

PENDIDIKAN KARAKTER MANDIRI MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL-MUHAJIRIN.

0 2 404