Prestasi Kerja Batasan Penelitian Variabel Terikat Dependent Variable Y yaitu prestasi kerja pegawai Uji Validitas dan Reliabilitas Kesimpulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

2.1 Prestasi Kerja

2.1. 1 Pengertian Prestasi Kerja

Prestasi kerja menurut Mangkunegara 2006 : 9 adalah hasil kerja yang dicapai secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pada dasarnya prestasi kerja mencakup kecakapan, ketrampilan, pengalaman maupun pemanfaatan waktu secara efisien, bertanggung jawab terhadap tugas, hasil kerja melebihi yang ditentukan. Kinerja sering juga diartikan dengan prestasi kerja, sehingga prestasi kerja juga dinyatakan sebagai kemampuan seseorang di dalam menyelesaikan pekerjaan. Oleh karena itu penilaian prestasi kerja menjadi sangat penting untuk mengevaluasi sejauh mana karyawan tersebut telah melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik, penilaian prestasi kerja bersifat umpan balik bagi karyawan itu sendiri. Umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan karyawan, manajer dan departemen dapat memperbaiki kegiatan-kegiatan mereka untuk memperbaiki prestasi.

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Kerja

Menurut Mangkunegara 2006 :67-68 faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja adalah : a. Faktor kemampuan Secara psikologis, kemampuan ability pegawai terdiri dari kemampuan potensi IQ dan kemampuan reality knowledge +skill. Arinya, kebanyakan seorang pegawai atau karyawan yang memiliki IQ di atas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaannya, maka ia akan lebih mudah mencapai prestasi kerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya the right man in the right place, the right man in the right job b. Faktor motivasi Motivasi terbentuk dari sikap attitude seorang pegawai dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi. Sikap mental merupakan kondisi yang mendorong diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal. Sikap mental seorang pegawai harus siap secara psikopisik siap mental, fisik, tujuan dan sitasi. Artinya, seorang pegawai harus mampu secara mental, mampu secara pisik, memahami tujuan utama, dan target kerja yang akan dicapai serta mampu memanfaatkan dan menciptakan situasi kerja. 2.1.3 Penilaian Prestasi Kerja Prestasi kerja para karyawan, supervisor, manajer dan sebagainya dalam organisasi dilakukan penilaian. Penilaian prestasi kerja difokuskan kepada sejauhmana seorang karyawan, supervisor dan manajer telah melaksanakan pekerjannya. Menurut Rachmawati 2008 :123 penilaian prestasi kerja adalah proses dimana organisasi menilai atau mengevaluasi prestasi kerja karyawan. Sedangkan Siagian 2003 : 225-226 mengemukakan penilaian prestasi kerja adalah suatu pendekatan dalam melakukan pnilaian prestasi kerja para pegawai dimana terdapat berbagai faktor antara lain : a. Yang dinilai adalah manusia yang disamping memiliki kemampuan tertentu juga tidak luput dari berbagai kelemahan dan kekurangan b. Penilaian yang dilakukan pada serangkaian tolok ukur tertentu yang realistic, berkaitan langsung dengan tugas seorang serta criteria yang ditetapkan dan diterapkan secara objektif c. Hasil penilaian harus disampaikan kepada yang dinilai dengan tiga maksud, yaitu : a Dalam hal penilaian tersebut positif, menjadi dorongan kuat bagi pegawai yang bersangkutan untuk lebih berprestasi lagi di masa yang akan dating sehingga kesempatan meniti karir lebih terbuka baginya b Dalam hal penilaian tersebit negative, pegawai yang bersangkutan mengetahui kelemahannya dan dengan demikian dapat mengambil berbagai langkah yang diperlukan untuk mengatasi kelemahan tersebut. c Jika seorang merasa mendapat pemilaian yang tidak objektif, kepadanya diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatannya sehingga pada akhirnya ia dapat memahami dan menerima hasil penilaian yang diperolehnya d Hasil penilaian yang dilakukan secara berkala itu di dokumentasikan dengan rapi dalam arsip kepegawaian setiap orang sehingga tidak ada informasi yang hilang, baik yang sifatnya menguntungkan maupu merugikan karyawan e Hasil penilaian prestasi setiap orang menjadi bahan yang selalu turut dipertimbangkan dalam setiap keputusan yang diambil mengenai mutasi pegawai, baik dalam arti promosi, alih tugas, alih wilayah, demosi maupun dalam pemberhentian tidak atas permintaan sendiri.

2.1.4 Tujuan dan Manfaat Penilaian Prestasi Kerja

Prestasi karyawan berguna untuk perusahaan serta harus bermanfaat bagi karyawan. Menurut Hasibuan 2011 : 89, tujuan dan manfaat penilaian prestasi kerja adalah : a. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk promosi, demosi, pemberhentian dan penetapan besarnya balas jasa b. Untuk mengukur prestasi kerja dan sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan di dalam perusahaan c. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga dicapai tujuan untuk mendapatkan performance kerja yang baik d. Sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan para atasan untuk mengobservasi perilaku bawahan agar diketahui minat dan kebutuhan bawahannya. e. Sebagai alat untuk melihat kekurangan atau kelemahan masa lampau dan meningkatkan kemampuan karyawan selanjutnya f. Sebagai kriteria dalam menentukan seleksi dan penempatan karyawan. g. Untuk mengidentifikasi kelemahan personal sehingga menjadi bahan pertimbangan agar biasa diikutsertakan dalama program latihan kerja tambahan, sebagai dasar untuk memperbaiki dan mengembangkan kecakapan karyawan. Kegunaan dari penilaian prestasi kerja tersebut dapat dirinci sebagai berikut : a. Perbaikan prestasi kerja b. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi c. Keputusan-keputusan penempatan d. Kebutuhan-kebutuhan latihan dan pengembangan e. Perencanaan dan pengembangan karir f. Penyimpangan-penyimpangan proses staffing g. Ketidakakuratan informasi h. Kesalahan desain pekerjaan i. Kesempatan kerja yang adil j. Tantangan-tantangan eksternal

2.1.5 Indikator Prestasi Kerja Beberapa indikator prestasi kerja adalah sebagai berikut :

a. Kualitas kerja Kualitas kerja dilihat dari bagaimana pemahaman karyawan tentang ruang lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan, uraian pekerjaan, tanggung jawab serta wewenang yang diemban oleh karyawan tersebut. b. Kuantitas kerja Kuantitas kerja ditunjukkan melalui hasil dan kecepatan dalam melaksanakan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana karyawan melaksanakan pekerjaan dengan baik, cara melaksanakan pekerjaan, serta pemahaman akan pekerjaan yang dikerjakan oleh karyawan tersebut. c. Konsistensi pegawai Konsistensi dilihat dari usaha untuk selalu mengembangkan kemampuan dan aktualisasi diri, memahami dan mengikuti instruksi yang diberikan, mempunyai inisiatif, kejujuran, kecerdasan dan kehatihatian dalam berkerja. d. Kerjasama Kemampuan bekerjasama yang ditunjukkan untuk meningkatkan kualitas. Disamping itu karyawan tersebut mampu bekerjasama secara tim dengan orang lain dalam menyelesaikan pekerjaan yang dianggap perlu dikerjakan dengan lebih dari satu orang. e. Sikap pegawai Perilaku terhadap organisasilembaga atau atasan dan juga rekan kerja. Dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya, kapan dia harus sopan, bercanda dan kapan harus formal di dalam perusahaan. 2.2 Motivasi 2.2.1 Pengertian Motivasi Menurut French dan Raven dalam Sule dan Saefullah 2013 : 235 motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk menunjukkan perilaku tertentu. Perilaku yang diharapkan untuk ditunjukkan oleh pegawai di perusahaan, tentunya perilaku yang akan menghasilkan prestasi terbaik bagi perusahaan, bukan sebaliknya. Prestasi terbaik ditentukan oleh tiga faktor yaitu : a. Motivasi motivation Yaitu yang terkait dengan keinginan untuk melakukan pekerjaan. b. Kemampuan ability Yaitu kapabilitas dari dari tenaga kerja atau sumber daya manusia untuk melakukan pekerjaan. c. Lingkungan pekerjaan the work environment Yaitu sumber daya dan situasi yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan tersebut. Jika perusahaan berhadapan dengan lingkungan kerja, barangkali tidaklah terlalu sulit untuk melakukan langkah antisipatif dan korektif terhadap persoalan tersebut, akan tetapi jikan perusahaan berhadapan dengan persoalan motivasi dari para pegawai, maka solusi atau langkah penyelesaiannya menjadi tidak mudah karena motivasi terkait dengan sesuatu yang tidak dapat diukur intangibles dan tidak dapat dilihat secara kasat mata invisible. Menurut Rivai 2004 : 455 motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu. Pada dasarnya seorang bekerja karena keinginan memenuhi kebutuhan hidupnya. Dorongan keinginan pada diri seseorang dengan orang yang lain berbeda sehingga perilaku manusia cenderung beragam di dalam bekerja. Setiap aktivitas yang dilakukan seseorang pasti memiliki suatu faktor yang mendorong aktivitas tersebut. Sutrisno 2009 :119 mengatakan bahwa motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, loeh karena itu motivasi seringkali diartikan pula sebagai faktor pendorong perilaku seseorang. Perusahaan tidak hanya mengharapkan karyawan mampu, cakap dan terampil tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang maksimal. Kemampuan dan kecakapan karyawan tidak ada artinya jika mereka tidak ada kemauan untuk bekerja dengan giat sehingga dapat eningkatkan kinerja dan berpengaruh pada pencapaian tujuan perusahan. Mangkunegara 2006 :61 mengemukakan motivasi terbentuk dari sikap karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan. Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan perusahaan. Sikap mental karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan ketrapilan untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Dorongan keinginan pada diri seseorang dengan orang lain berbeda sehingga perilaku manusia cenderung beragam di dalam bekerja. Pada dasarnya seseorang bekerja karena keinginan memenuhi kebutuhan hidupnya. Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan daya penggerak atau daya dorong yang membangkitkan dan mengarahkan perilaku pada suatu perbuatan atau pekerjaan. Untuk mengetahui bagaimana motivasi berperan dalam lingkungan pekerjaan dan lebih jauh berperan dalam menentukan perilaku yang akan ditunjukkan karyawan atau sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan, berikut disajikan dalam bagan. Sumber : Sule dan Saefullah 2013 : 236 Gambar 2.1 Proses Motivasi Sebagai Pendorong Perilaku Individu 2.2.2 Jenis-jenis Motivasi Motivasi dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu : a. Motivasi Positif Yaitu memotivasi pegawai dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi baik. Dengan motivasi positif ini semangat kerja bawahan akan meningkat, karena manusia pada umumnya senang menerima yang baik-baik saja. KEBUTUHAN ATAU KESENJANGAN KEBUTUHAN PENCARIAN JALAN KELUAR UNTUK MEMENUHI DAN MEMUASKAN KEBUTUHAN PILHAN PERILAKU UNTUK MEMENUHI DAN MEMUASKAN KEBUTUHAN EVALUASI ATAS PEMUASAN KEBUTUHAN PENENTUAN KEBUTUHAN DI MASA YANG AKAN DATANG DAN PENCARIAN BAGI CARA PEMENUHANNYA b. Motivasi Negatif Memotivasi pegawai dengan memberikan hukuman kepada mereka yang prestasinya kurang baik prestasi rendah. Dengan memotivasi negati ini semangat kerja bawahan dalam jangka pendek akan meningkat, karena takut dihukum Hasibuan 2011 :150. 2.2.3 Teori Motivasi Menurut Stoner dalam Sule dan Saefullah 2013 : 240-254 terdapat beberapa teori tentang motivasi yaitu : 1 Teori Kebutuhan Teori kebutuhan terkait dengan proses pertama bagaimana motivasi menjadi perilaku, yaitu mengenai kebutuhan dan kesenjangan akan kebutuhan. Secara spesifik teori ini terkait dengan pertanyaan ” Faktor apakah dalam lingkungan organisasi atau perusahan yang memotivasi orang-orang ? Terdapat beberapa teori terkenal yang menjelaskan motivasi tentang kebutuhan, yaitu : a. Teori hirarkhi kebutuhan hierarchy of needs Abrahan Maslow b. Teori ERG Clayton Aldelfer c. Teori tiga kebutuhan Atkinson dan McClelland d. Teori dua faktor dari Frederich Herzberg 2 Teori keseimbangan dan keadilan Teori ini berangkat dari asumsi dasar bahwa termotivasi tidaknya seseorang dalam organisasi atau lingkungan pekerjaan sangat tergantung kepada anggapan apakah dirinya mendapatkan perlakuan yang adil ataukah tidak dalam hal penghargaan yang diterimanya. Pada dasarnya keseimbangan dan keadilan ini dapat diukur sebagai perbandingan antara kontribusi pekerjaaan dari individu atau job input seperti keahlian, pengetahuan, kerja keras dan lain-lain dengan penghargaan yang diterima oleh individu atau job rewards seperti upah, insentif dan sebagainya. 3 Teori Pengharapan Teori ini merupakan kelanjutan dari teori keseimbangan dan keadilan mengenai motivasi. Teori ini memandang bahwa motivasi seseorang dalam berperilaku dan bekerja sangat tergantung pada pilihan penghargaan yang akan diperolehnya berdasarkan tingkatan perilaku dan pekerjaan yang akan dilakukannya. Ada beberapa asumsi yang terkait dengan perilaku seseorang dalam organisasi yang dikaitkan dengan harapan seseorang dalam organisasi tersebut. Asumsi tersebut adalah : a. Perilaku sangat ditentukan oleh kombinasi dari berbagai faktor individu dan berbagai faktor lingkungan b. Perilaku individu dalam organisasi senantiasa ditentukan oleh kesadaran dari keputusan setiap individu c. Individu memiliki keragaman kebutuhan, pengharapan dan tujuan d. Masing-masing individu cenderung akan berperilaku berdasarkan pilihan alternatif perilaku yang terkait dengan harapan mereka. Menurut teori ini terdapat tiga komponen utama dari model pengharapan ini yaitu : a Pengharapan terhadap hasil yang diperoleh outcome- performance expectancy b Dorongan terhadap motivasi valence c Pengharapan akan usaha yang perlu dilakukan effort- performance expectancy 4 Teori Penguatan Prinsip dasar teori penguatan mengenai motivasi adalah kerangka berfikir B.F Skinner, seorang psikolog yang menerangkan bahwa tindakan akan sangat dipengaruhi oleh perlakuan yang diterima akibat perilaku yang dilakukan di masa lalu. Secara sederhana kerangka pikir ini dapat diliha pada gambar berikut. Sumber : Sule dan Saefullah 2013 : 251 Gambar 2.2 Kerangka Berfikir B.F Skinner Dari kerangka berfikir tersebut dapat dipelajari, bahwa jika manajer berharap bahwa pegawai akan berperilaku dan bertindak sesuai dengan harapan manajer, maka para manajer perlu mempertimbangkan mengenai apa yang telah diperlakukan atau diberikan para manajer terhadap perilaku dan tindakan para pegawai di masa lalu. Jika manajer berharap perilaku positif dan kinerja baik bisa ditunjukkan oleh para pegawai secara STIMULAN RESPONS PERLAKUAN YANG DITERIMA RESPON SELANJUTNYA konbsisten, maka manjer perlu memberikan perlakuan dan mungkin juga imbalan yang positif terhadap perilaku positif dari para pegawai secara konsisten pula. 5 Teori Penyusunan tujuan Teori ini pada dasranya beranggapan bahwa perilku individu yang didorong oleh motivasi individu sesungguhnya dapat dijelaskan melalui keterlibatan individu dalam penyusunan tujuan dari setiap apa yang akan dikerjakan atau dibebankan kepadanya. Pada dasarnya setiap individu memiliki tujuan dalam bekerja dan perlu mengetahui tujuan dari setiap pekerjaan yang akan dikerjakannya. Seandainya individu tidak mengenali tujuan tersebut, maka perilaku yang akan ditunjukkannyapun akan didominasi oleh ketidaktahuannya. Jika pegawai bekerja bukan didasari atas pengetahuan, maka dapat dipastikan organisasi atau perusahaan sulit untuk meraih tujuan yang ingin dicapai karena para pegawai sendiri tidak mengerti tujuan dari apa yang akan dilakukannya dalam organisasi. 2.3 Stres Kerja 2.3.1 Pengertian Stres Kerja Robbins 2008:368 mengatakan stres ”adalah suatu kondisi dinamis dimana seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan atau sumber daya terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan hasilnya dipandang tidak pasti dan penting”. Stres itu tidak mesti buruk, meskipun biasanya dibahas dalam konteks negatif, stres juga memilki nilai positif. Stres merupakan suatu peluang ketika hal ini menawarkan potensi hasil. Menurut Ivancevich 2005 :295, stres adalah suatu respon adapatif, dimoderasi oleh perbedaan individu, yang merupakan kosekwensi dari setiap tindakan, situasi, atau peristiwa dan yang menempatkan tuntutan khusus terhadap seseorang. Sedangkan Daft 2006:290 mengatakan bahwa stres adalah sebagai respon fisiologis dan emosional satu individu pada rangsangan yang memberikan tuntutan-tuntutan fisik atau psikologis terhadap individu tersebut dan menciptakan ketidakpastian serta kurangnya kontrol diri ketika terdapat hasil-hasil penting yang dipertaruhkan. Mangkunegara 2006:28 mengatakan bahwa stres kerja adalah perasaan yang menekan atau merasa tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan. Stres kerja ini kelihatan dari sympton antara lain emosi tidak stabil, perasaan tidak tenang, suka menyendiri, sulit tidur, merokok berlebihan, tidak dbisa rileks, cemas, tegang, gugup, tekanan darah meningkat dan mengalami gangguan pencernaan. Dari beberapa definisi tersebut dapat dinyatakan bahwa stres kerja adalah kondisi yang muncul dari interaksi karyawan dalam menghadapi kendala, perasaan tertekan terhadap pekerjaannya sehingga menimbulkan sympton antara lain emosi tidak stabil, perasaan tidak tenang dan suka menyendiri.

2.3.2 Penyebab Stres Kerja

Menurut Robbins 2006:128, ada beberapa faktor yang merupakan penyebab stres, diantaranya adalah : a. Tuntutan tugas Tuntutan tugas merupakan faktor yang terkait dengan pekerjaan seseorang. Faktor ini mencakup desain pekerjaan individu otonomi, keragaman tugas, tingkat otomatisasi, kondisi kerja dan tata letak fisik. b. Tuntutan peran Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam organisasi itu. Konflik peran menciptakan harapan-harapan yang barangkali sulit dipuaskan. Kelebihan peran terjadi jika karyawan diharapkan untuk melakukan lebih daripada yang dimungkinkan oleh waktu. Ambiguitas peran tercipta bila harapan peran tidak dipahami dengan jelas dan karyawan tidak pasti mengenai apa yang harus dikerjakan. c. Tuntutan antar pribadi Tuntutan antar pribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan lain. Kurangnya dukungan sosial dari reklan-rekan dan hubungan antara pribadi yang buruk dapat menimbulkan stres yang cukup besar, khususnya diantara para karyawan yang memiliki kebutuhan sosial yang tinggi. d. Struktur organisasi Struktur organisasi menetukan tingkat differensiasi dalam organisasi, tingkat aturan dan peraturan, dan dimana keputusan diambil. Aturan yang berlebihan dan kurangnya partisipasi dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada karyawan merupakan contoh variabel struktural yang dapat merupakan potensi sumber stres. e. Kepemimpinan organisasi Kepemimpinan organisasi menggambarkan gaya manajerial eksekutif senior organisasi. Beberapa manajer menciptakan budaya yang dicirikan oleh ketegangan, rasa takut dan kecemasan mereka memberikan tekanan yang tidak realistis untuk berkinerja dalam jangka pendek, memaksakan pengawasan yang sangat ketat, dan secara rutin memecat karyawan yang tidak patuh. f. Siklus hidup organisasi Organisasi berjalan melewati siklus ; didirikan, tumbuh, menjadi dewas dan akhirnya merosot. Tahap kehidupan organisasi, yaitu pada siklus empat tahap ini menciptakan masalah dan tekanan yang berbeda bagi para karyawan.Tahap pendirian dan kemerosotan sangat menimbulkan stres. Yang pertama dicirikan oleh besarnya kegairahan dan ketidakpastian, sedangkan yang kedua lazimnya menuntut pengurangan, pemberhentian dan serangkaian ketidakpastian yang berbeda. Stres cenderung paling kecil dalam tahaap dewasa di mana ketidakpastian berada pada titik terendah.

2.3.3 Indikator Stres Kerja

Menurut Robbins 2008 : 375, stres menampakkan diri dengan berbagai cara. Misalnya, seorang yang sedang stres berat mungkin mengalami tekanan darah yang tinggi, sariawan, jadi mudah jengkel, sulit membuat keputusan yang bersifat rutin, kehilangan selera makan, rentan terhadap kecelakaan dan sebagainaya. Akibat stres dapat dikelompokkan dala tiga kategori umum yaitu : a. Gejala fisiologis Awal stres biasanya berupa gejala-gejala fisiologis. Stres dapat menciptakan perubahan dalam metabolisme, meningkatkan detak jantung dan tarikan nafas, menaikkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala dan memicu serangan jantung. b. Gejala psikologis Stres dapat menyebabkan ketidakpuasan. Stres yang berkaitan dengan pekerjaan dapat menyebabkan ketidakpastian terkait dengan pekerjaan. Misalnya ketegangan, kecemasan, kejengkelan, kejenuhan dan sikap yang suka menunda-nunda pekerjaan. c. Gejala perilaku Stres yang berkaitan dengan perilaku meliputi perubahan dalam tingkat produktivitas, kemangkiran dan perputaran karyawan, selain juga perubahan dalam kebiasaan makan, pola merokok, konsumsi alkohol, bicara yang gugup, serta kegelisahan dan ketidakteraturan tidur.

2.3.4 Hubungan Antara Stres Dengan Prestasi Kerja

Hubungan antara stres dengan prestasi kerja dapat digambarkan sebagai hubungan U-terbalik. Logika yang mendasari U-terbalik adalah bahwa tingkat stres rendah sampai menegah yang merangsang tubuh dan meningkatkan kemampuannya untuk bereaksi. Individu-individu yang demikian sering melakukan tugas secara lebih baik, tekun atau cepat. Namun terlalu banyak stres membebani seseorang dengan tuntutan yang tidak dapat dipenuhinya, sehingga menghasilkan kinerja lebih rendah. Pola U-terbalik ini juga menggambarkan reaksi terhadap stres dari waktu ke waktu dan terhadap perubahan dalam intensitas stres. Artinya, bahkan tingkat stres menengah dalam jangka panjang dapat memilki pengaruh negatif terhadap prestasi karena intensitas stres yang terus berlanjut melemahkan individu tersebut dan menggerogoti sumber-sumber daya energinya Robbins, 2008 :337. Sumber : Robbins 2008 :385 Gambar 2.3 Hubungan Antara Stres Dengan Prestasi Kerja 2.4 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dgunakan sebagai acuan dalam penelitian ini disajikan dalam tabel berikut: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Judul Teknik Analisis Hasil Penelitian Sihombing 2012 Pengaruh stres kerja terhadap Prestasi karyawan Analisis regresi linier sederhana Stres kerja berpengaruh terhadap prestasi kerja karyawan PT. Indah Mandiri Sari Medan Suprihatiningrum Bodroastuti 2011 Analisis faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi kerja, studi kasus pada karyawan Kantor Kementerian Agama Provisnsi Jawa Tengah. Analisis regresi linier berganda Motivasi, kepuasan kerja, tingkat stres, kondisi fisik pekerjaan, sistem konpensasi dan desain pekerjaan berpengaruhsignifikan terhadap prestasi kerja karyawan, baik secara parsial maupu sevara simultan Akhiruddin 2011 Pengaruh konflik dan stres kerja terhadap kinerja karyawan pada CV. Bina Cipta Nusa Perkasa Bandar Lampung Analisis regresi linier berganda Konflik dan stres kerja berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kinerja karyawan Manurung 2014 Pengaruh Motivasi dan komitmen karyawan terhadap kinerja karyawan pada PT. Permata Hijau Group PHG Cabang Sosa Propinsi Sumatera Utara Analisis regresi linier berganda Motivasi dan komitmen karyawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Permata Hijau Group PHG Cabang Sosa Propinsi Sumatera Utara 2.5 Kerangka Kopseptual Kerangka konseptual adalah pondasi utama dimana sepenuhnya proyek penelitian itu ditujukan. Hal ini merupakan jaringan hubungan antar variabel yang secara logis diterangkan, dikembangkan dan dielaborasi dari perumusan masalah yang telah di identifikasi melalui proses wawancara, observasi dan survei literatur Kuncoro, 2012 :44. Setiap perusahaan akan selalu berusaha untuk meningkatkan prestasi kerja karyawannya agar tujuan perusahaan tersebut dapat tercapai. Prestasi kerja menurut Mangkunegara 2006 : 9 adalah hasil kerja yang dicapai secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan prestasi kerja karyawan adalah motivasi dan stres. Pentingnya motivasi adalah karena motivasi adalah faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, oleh karena itu motivasi sering diartikan sebagai faktor pendorong perilaku seseorang. Sutrisno : 2009 :119. Perusahaan tidak hanya mengharapkan karyawan mampu, cakap dan terampil tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang maksimal. Kemampuan dan kecakapan karyawan tidak ada artinya jika mereka tidak ada kemauan untuk bekerja dengan giat sehingga dapat meningkatkan prestasi dan berpengaruh pada pencapaian tujuan perusahan. Mangkunegara 2006 :61 mengemukakan bahwa motivasi terbentuk dari sikap karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan. Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan perusahaan. Sikap mental karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan ketrampilan untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan motivasi yang tinggi maka diharapkan prestasi karyawan juga akan menjadi lebih baik. Daft 2006:290 menyatakan bahwa stres adalah sebagai respon fisiologis dan emosional satu individu pada rangsangan yang memberikan tuntutan-tuntutan fisik atau psikologis terhadap individu tersebut dan menciptakan ketidakpastian serta kurangnya kontrol diri ketika terdapat hasil-hasil penting yang dipertaruhkan. Mangkunegara 2005:28 mengatakan bahwa stres kerja adalah perasaan yang menekan atau merasa tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan. Stres kerja ini kelihatan dari sympton antara lain emosi tidak stabil, perasaan tidak tenang, suka menyendiri, sulit tidur, merokok berlebihan, tidak dbisa rileks, cemas, tegang, gugup, tekanan darah meningkat dan mengalami gangguan pencernaan. Hubungan antara stres dengan prestasi kerja dapat digambarkan sebagai hubungan U-terbalik. Logika yang mendasari U-terbalik adalah bahwa tingkat stres rendah sampai menegah yang merangsang tubuh dan meningkatkan kemampuannya untuk bereaksi. Individu-individu yang demikian sering melakukan tugas secara lebih baik, tekun atau cepat. Namun terlalu banyak stres membebani seseorang dengan tuntutan yang tidak dapat dipenuhinya, sehingga menghasilkan prestasi kerja lebih rendah. Pola U-terbalik ini juga menggambarkan reaksi terhadap stres dari waktu ke waktu dan terhadap perubahan dalam intensitas stres. Artinya, bahkan tingkat stres menengah dalam jangka panjang dapat memilki pengaruh negatif terhadap prestasi karena intensitas stres yang terus berlanjut melemahkan individu tersebut dan menggerogoti sumber-sumber daya energinya Robbins, 2008 :337. Berdasarkan uraian tersebut kerangka konseptual dapat digambarakan sebagai berikut. Gambar 2.5 Kerangka Konseptual 2.6 Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah, teori-teori yang mendukung dan penelitian terdahulu, maka hipotesis yang dirumuskan peneliti adalah : 1. Motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja pegawai bidang bagi hasil Dinas Pendapatan Kota Medan. 2. Stres kerja berpengaruh negatif signifikan terhadap prestasi kerja pegawai bidang bagi hasil Dinas Pendapatan Kota Medan. 3. Motivasi dan Stres kerja berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja pegawai bidang bagi hasil Dinas Pendapatan Kota Medan. Motivasi X 1 Prestasi Kerja Y Stres Kerja X 2

BAB III METODE PENELITIAN

3. 1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanasi. Penelitian eksplanasi adalah penelitian yang dikaji menurut tingkatannya yang didasarkan kepada tujuan dan objeknya yang bertujuan untuk mempelajari, mendeskripsikan dan mengungkapkan serta menyelidiki hubungan kausalitas antara variabel independen dengan variabel dependen Ginting dan Situmorang, 2008:57. Berdasarkan tingkat eksplanasi, maka penelitian ini adalah penelitian asosiatif yaitu penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih serta melihat bagaimana pengaruh variabel yang satu terhadap variabel lainnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang didalam usulan penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisis data dan kesimpulan data sampai dengan penulisannya menggunakan aspek pengukuran, perhitungan, rumus dan kepastian data numerik Ginting Situmorang, 2008 : 77.

3. 2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan bulan Maret sampai dengan April 2015 di Kantor Dinas Pendapatan Kota Jalan Jendral Besar H. Abdul Haris Nasution No. 32, Medan. Hal ini dilakukan karena pada Dinas Pendapatan Kota khususnya bidang bagi hasil memperoleh target baru untuk pencapaian tahun 2015 sehingga setiap pegawai lapangan dan pegawai kantor akan sibukkan dengan target pencapaian yang terbaru.

3.3 Batasan Penelitian

Untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan, maka penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi prestasi kerja pegawai. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah : a. Variabel Bebas Independent Variable X yaitu : motivasi X 1 dan stres kerja X 2

b. Variabel Terikat Dependent Variable Y yaitu prestasi kerja pegawai

3.4 Defenisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dalam penelitian ini, defenisi operasional variabel adalah sebagai berikut: 1. Variabel Bebas Independent Variable yaitu variabel yang nilainya tidak tergantung pada variabel yang lain. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah: a. Motivasi X 1 adalah daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja agar pegawai melakukan suatu perbuatan atau pekerjaannya. b. Stres kerja X 2 adalah kondisi dinamis pegawai yang muncul akibat kendala yang dihadapi dan perasaan tertekan yang dialami terhadap pekerjaannya sehingga menimbulkan emosi tidak stabil, perasaan tidak tenang dan lain-lain. 2. Variabel Terikat Dependent Variable yaitu variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel yang lain. Variabel terikat penelitian ini adalah prestasi kerja Y. Prestasi kerja merupakan suatu hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya, yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Operasionalisasi variabel disajikan pada tabel berikut. Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel No Variabel Defenisi Operasional Variabel Dimensi Indikator Variabel Skala 1 Motivasi X 1 Pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja agar para pegawai mau melakukan suatu perbuatan atau pekerjaan. a. Kebutuhan Fisiologis b. Kebutuhan Rasa Aman c. Kebutuhan Sosial a. Pemberian gaji tepat waktu b. Pemberian fasilitas dalam bekerja a. Jaminan pekerjaan b. Asuransi a. Hubungan kerja sama dengan atasan b. Hubungan kerja sama dengan pegawai lainnya Likert 2 Stres X 2 Stres kerja adalah kondisi dinamis pegawai yang muncul akibat kendala yang dihadapi dan perasaan tertekan yang dialami terhadap pekerjaannya sehingga menimbulkan emosi tidak stabil, perasaan tidak tenang dan lain- lain. a. Gejala Fisiologis b. Gejala psikologis c. Gejala perilaku a. Mual b. Keringat berlebih a. Ketidakpuasan dalam pekerjaan b. Menunda-nunda pekerjaan a. Perubahan dalam tingkat prestasi b. Kemangkiran dalam bekerja c. Perubahan kebiasaan d. Perasaan tidak tenang Likert 3 Prestasi Kerja Y Prestasi kerja merupakan suatu hasil kerja yang dicapai oleh setiap pegawai dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya, yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu a. Kuantitas kerja b. Kualitas Kerja c. Ketepatan Waktu a. Mampu bekerja sesuai target b. Hasil kerja c. Kecepatan dalam melakukan pekerjaan a. Menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab b. Kemampuan menyelesaikan pekerjan dengan baik c. Pengetahuan tentang pekerjaan a. Menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan b. Tidak menunda-nunda waktu Likert

3. 5 Skala Pengukuran Variabel

Adapun yang menjadi skala pengukuran data dalam penelitian ini adalah Skala Likert. Skala ini digunakan untuk mengukur respon subyek kedalam lima poin skala dengan interval yang sama. Dengan demikian tipe data yang digunakan adalah tipe interval, yaitu: Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert No Pertanyaan Skor 1 Sangat Setuju 5 2 Setuju 4 3 Kurang Setuju 3 4 Tidak Setuju 2 5 Sangat Tidak Setuju 1 Sumber : Jogiyanto, 2004 3.6 Populasi dan Sampel 3.6.1 Populasi Populasi dalam penelitian adalah seluruh pegawai bidang bagi hasil Dinas Pendapatan Hasil Pajak Kota Medan yang berjumlah 92 orang.

3.6.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Untuk menentukan jumlah sampel yang akan diambil digunakan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 10 Umar, 2008:78. Rumus Slovin yaitu: N n = 1+ Ne 2 Keterangan : n = jumlah saampel N = ukuran populasi E = standar error 0,1 10 92 n = 1 + 92 0,10 2 n = 47, 91 dibulatkan menjadi 48. Jadi jumlah sampelnya sebanyak 48 orang. Dalam penelitian ini, digunakan probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang berpeluang sama bagi setiap unsur anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Kemudian untuk menarik sampel dari populasi digunakan simple random sampling yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut Sugiyono, 2008:118.

3. 7 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini penulis mempergunakan beberapa teknik yaitu : a. Daftar Pertanyaan questionnaire, yaitu daftar pertanyaan yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk diisi oleh para responden. b. Studi Dokumentasi, yaitu dilakukan dengan mengumpulkan data dan mempelajari data yang diperoleh dari buku literatur, jurnal, majalah, situs internet yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan untuk menguji apakah suatu kuesioner layak digunakan sebagai instrumen penelitian. Validitas menunjukkan seberapa nyata suatu pengujian mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas berhubungan dengan ketepatan alat ukur melakukan tugasnya mencapai sasarannya. Pengukuran dikatakan valid jika mengukur tujuannya dengan nyata atau benar. Reliabilitas menunjukkan akurasi dan konsistensi dari pengukurannya. Dikatakan konsisten jika beberapa pengukuran terhadap subjek yang sama diperoleh hasil yang tidak berbeda Jogiyanto, 2004. Uji Validitas dan reliabilitas akan dilakukan pada 30 orang pegawai bidang bagi hasil Dinas Pendapatan Hasil Pajak Kota Medan di luar sampel. a. Uji Validitas Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16.0, dengan kriteria sebagai berikut: 1 Jika r hitung ≥ r tabel , maka pertanyaan dinyatakan valid. 2 Jika r hitung r tabel , maka pertanyaan dinyatakan tidak valid. b. Uji Reliabilitas Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16.0. Butir pertanyaan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut: 1 Jika r alpha positif atau lebih besar dari r tabel maka pertanyaan reliabel. 2 Jika r alpha negatif atau lebih kecil dari r tabel maka pertanyaan tidak reliabel.

3.9 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan sebelum melakukan analisis regresi, agar didapat perkiraan yang tidak bias dan efisiensi maka dilakukan pengujian asumsi klasik yang harus dipenuhi, yaitu: a. Uji Normalitas Uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan Kolmogrov Smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikan 5 maka jika nilai Asymp.sig. 2-tailed diatas nilai signifikan 5 artinya variabel residual berdistribusi normal Ginting Situmorang, dkk, 2008: 62. b. Uji Multikolinearitas Variabel independen yang satu dengan yang lain dalam model regresi berganda tidak saling berhubungan secara sempurna atau mendekati sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF Variance Inflation Faktor melalui program SPSS. Nilai umum yang biasa dipakai adalah nilai Tolrance 1, atau nilai VIF 5, maka tidak terjadi multikolinearitas Ginting Situmorang, dkk, 2008:104.

3. 10 Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini adalah : a. Metode Analisis Deskriptif Analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan dengan cara merumuskan dan menafsirkan data yang ada sehingga memberikan gambaran yang jelas melalui pengumpulan, menyusun dan menganalisis data, sehingga dapat diketahui gambaran umum perusahaan yang sedang diteliti. b. Analisis Regresi Linier Berganda Model analisis yang digunakan untuk menjawab hipotesis adalah regresi linear berganda, dengan formulasi sebagai berikut: Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + e Keterangan : Y = Prestasi Kerja a = Konstanta b 1-2 = Koefisien regresi berganda X 1 = Motivasi X 2 = Stres Kerja e = Standar error c. Pengujian Hipotesis Suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis daerah dimana H o ditolak. Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana H o diterima. Dalam analisis regresi ada tiga jenis kriteria ketepatan, yaitu : 1. Uji Signifikan Parsial Uji - t Nilai - nilai koefisien regresi dalam persamaan regresi merupakan hasil perhitungan berdasarkan sampel yang terpilih. Oleh karena itu, disamping uji-F, dilakukan uji-t untuk masing- masing nilai koefisien regresi dalam persamaan regresi. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Variabel bebas dikatakan berpengaruh terhadap variabel terikat bisa dilihat dari probabilitas variabel bebas dibandingkan dengan tingkat kesalahannya α. Jika probabilitas variabel bebas lebih besar dari tingkat kesalahannya α maka variabel bebas tidak berpengaruh, tetapi jika probabilitas variabel bebas lebih kecil dar i tingkat kesalahannya α maka variabel bebas tersebut berpengaruh terhadap variabel terikat. Model pengujiannya adalah: H o : b i = 0, artinya variabel bebas yang terdiri dari : Motivasi dan stress kerja, secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu prestasi kerja. H o : b i ≠ 0, artinya variabel bebas terdiri dari : Motivasi dan Stress kerja, secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu prestasi kerja. Selanjutnya, nilai t hitung akan dibandingkan dengan nilai t tabel . Maka kriteria pengambilan keputusan : H o diterima jika t -hitung t -tabel pada α = 5 H o ditolak jika t -hitung ≥ t -tabel pada α = 5 2. Uji Signifikansi Simultan Uji-F Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas yang terdiri dari Motivasi dan Stres Kerja, yang dimasukkan dalam model yang mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat yakni prestasi kerja Kriteria pengujiannya adalah : H o : b 1 ,b 2 , = 0, artinya variabel bebas yang terdiri dari : Motivasi dan stress kerja, secara serentak tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat prestasi kerja. H o : b 1 ,b 2 , ≠ 0, artinya variabel bebas terdiri dari : Motivasi dan stress kerja secara serentak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu prestasi kerja. Selanjutnya, nilai F hitung akan dibandingkan dengan nilai F tabel . Maka kriteria pengambilan keputusan : H o diterima jika F -hitung F -tabel pada α = 5 H o ditolak jika F -hitung ≥ F -tabel pada α = 5 d. Pengujian Koefisien Determinan R 2 Koefisien determinan R 2 pada intinya mengukur seberapa kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Koefisien Determinan berkisar antara 0 nol sampai dengan 1 satu, 0 ≤ R 2 ≤ 1. Jika R 2 semakin besar mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas X 1 , X 2 , dan X 3 adalah besar terhadap variabel terikat Y. Hal ini berarti model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika R 2 semakin mengecil mendekati nol maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas X 1 , X 2 , X 3, terhadap variabel terikat Y semakin kecil. Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Dinas Pendapatan Kota Medan dahulu hanya satu unit kerja yang kecil yaitu Sub-Bagian Penerimaan pada bagian keuangan dengan tugas pokoknya mengelola bidang penerimaanpendapatan daerah. Mengingat pada saat itu potensi pajak maupun retribusi daerah di kota medan belum begitu banyak, maka dalam sub-bagian penerimaan tidak terdapat seksi atau urusan. Dengan peningkatan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk serta Potensi PajakRetribusi Daerah Kota Medan, maka melalui Peraturan Daerah Kota Medan, Sub-Bagian tersebut di atas ditingkatkan menjadi bagian dengan nama bagian IX yang tugas pokoknya mengelola penerimaan dan pendapatan daerah. Bagian IX tersebut terdiri dari beberapa Seksi Dengan Pola Pendekatan Secara Sektoral Pungutan Daerah. Pada tahun 1978 berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor : KUPD-7, tahun 1978, tentang penyeragaman Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Propinsi dan KabupatenKotamadya di seluruh Indonesia, maka Pemerintah Kota Medan menetapkan Peraturan Daerah Nomor 12 tahun 1978 tentang Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Medan sebagaimana dimaksudkan dalam Instruksi Mendagri dimaksud. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah yang baru ini dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang terdiri dari 1 satu. Bagian Tata Usaha, dengan 3 tiga Urusan dan 4 empat seksi dengan masing-masing seksi terdiri dari 3 tiga subseksi. Misi Dinas Pendapatan Kota Medan adalah Mewujudkan Masyarakat Kota Medan Taat Pajak dan Retribusi. Visi Dinas Pendapatan Kota Medan dapat dijabarkan sebagai berikut : 1 Meningkatkan pengelolaan Pendapatan Daerah Kota Medan. 2 Memberdayakan SDM Pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dan diluar Dinas aktif meningkatkan kebersihan Kota Medan. 3 Meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakatWajib Pajak Daerah dan Wajib Retribusi Daerah. 4 Mengintensifkan Pungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 5 Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan unit kerja pengelola PAD lainnya. 6 Mencari terobosan dalam menggali sumber-sumber PAD yang baru di luar PAD yang sudah ada. 4.1.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi yang jelas dan baik sangat penting bagi suatu perusahaan. Struktur organisasi sebagai gambaran dalam aliran wewenang dan tanggungjawab yang sangat membantu pelaksanaan kegiatan perusahaan. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan selama ini dibentuk dengan membagi pekerjaan berdasarkan sektor jenis pungutan maka pola tersebut perlu dirubah secara fungsional dimana Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan terdiri dari : a. Dinas b. Sekretariat, membawahkan : 1. Sub Bagian Umum 2. Sub Bagian Keuangan 3. Sub Bagian Penyusunan Program c. Bidang Pendataan dan Penetapan, membawahkan : 1. Seksi Pendataan dan Pendaftaran 2. Seksi Pemeriksaan 3. Seksi Penetapan 4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi d. Bidang Penagihan, membawaahkan : 1. Seksi Pembukaan dan Vertifikasi 2. Seksi Pegihan dan Perhitungan 3. Seksi Pertimbangan dan Retribusi e. Bidang Bagi Hasil Pendapatan, membawahkan : 1. Seksi Bagi Hasil Pajak 2. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak 3. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil 4. Seksi Peraturan Perundang – Undangan dan Pengkajian Pendapatan f. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah, membawahkan : 1. Seksi Pengembangan Pajak 2. Seksi Pengembangan Retribusi 3. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain – Lain. g. Unit Pelaksana Teknis UPK Pembagian tugas organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan dapat diuraikan sebagai berikut : 1 Dinas Pendapatan Kota Medan Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 , Dinas menyelenggarakan fungsi : 1 Perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan; 2 Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang pendapatan; 3 Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang pendapatan; dan Sekretariat Sekretariat dipimpin oleh sekretaris, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. 1 Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugasDinas lingkup Kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan dan penyusunan program. 2 Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Sekretariat menyelenggarakan fungsi : a. Pelaksanaan dan penyelenggarakan apelayanan administrasi kesekretariatan Dinas yang meliputi administrasi umum,kepegawaian, keuangan, ke rumahtanggaan dinas. b. Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan organisasi dan ketataleksanaan. c. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas – tugas Dinas. d. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian. e. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan. Sub Bagian Umum Sub Bagian Umum dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan bertanggung jawab Kepada Sekretaris. 1 Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup administrasi umum. 2 Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Sub Bagian Umum menyelenggarakan fungsi : a. Pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolan tata naskah dinas, penataan kearsipan, perlengkapan, dan penyelenggaraaan kerumah tanggaan Dinas. d. pengelolan administrasi kepegawaian. b. Penyiapan bahan pembinaan dan pengembangan kelembagaan, ketatalaksanaan, dan kepegawaian. c. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian. d. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas. Sub Bagian Keuangan Dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris. 1 Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingup pengelolaan administrasi keuangan; 2 Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Sub Bagian Keuangan menyelenggarakan fungsi : a. Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi kegiatan penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemrosesan, pengusulan dan vertifikasi. b. Penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi pengelolaan administrasi keuangan. c. Penyusunan Keuangan Kepala Dinas. d. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian. e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksaan tugas. Sub Bagian Penyusunan Program Sub Bagian Penyusuna Program dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris. 1 Sub Bagian Penyusuna Program mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup penyusunan program dan pelaporan. 2 Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Sub Bagian Penyusunan Program. a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Penyusunan Program; b. Pengumpulan bahan petunjuk teknis lingkup penyusunan rencan dan program Dinas. c. Penyiapan bahan penyusunan rencana dan Program Dinas. d. Penyiapan bahan pembinaan pengawasan, dan pengendalian. e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas. B idang Pendataan dan Penetapan Bidang Pendataan dan penetapan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. 1 Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan penetapan, dan pengelolaan data dan informasi. 2 Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Bidang Pendataan dan Penetapan menyelenggarakan fungsi : a. Melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh wajib pajak, wajib retribusi dan pendapatan daerah lainnya. b. Pelaksanaan pengelolan dan informasi baik dari Surat Pemberitahuan Pajak Daerah SPTPD, Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah SPTRD, hasil pemeriksaan dan informasi dari instansi yang terkait. c. Pelaksanaan proses penetapan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya. d. Perencanaan dan penatausahaan hasil pemeriksaan tehadap Wajib Pajak dan Wajib Retribusi. e. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang pendataan dan penetapan. Seksi Pemeriksaan Seksi Pemeriksaan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan. 1 Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendataan dan Penetapan lingkup pemeriksaan. 2 Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Seksi Pemeriksaan menyelenggarakan fungsi : a. Penerimaan laporan hasil pemeriksaan dan unit pemeriksa tim pemeriksa. b. Penatausahaan hasil pemeriksaan lapangan atas objek dan subjek pajak. c. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas. Seksi Penetapan Seksi penetapan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan. 1 Seksi Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendataan dan penetapan lingkup penetapan pokok pajak daerah pokok retribusi daerah. 2 Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Seksi Penetapan menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan bahan dan data perhitungan penetapan pokok pajak daerah pokok retribusi daerah. b. Penyiapan penerbitan, pendistribusian, serta penyimpanan arsip surat perpajakan daerahretribusi daerah yang berkaitan dengan penetapan. c. Pelaksanaan perhitungan jumlah angsuran pembayaran penyetoran atas permohonan wajib pajak. d. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanan tugas. Seksi Pengelola Data dan Informasi Seksi Pengelola Data dan Informasi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan. 1 Seksi Pengelola Data dan Informasi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendataan dan penetapan lingkup data dan informasi. 2 Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Seksi Pengelola Data dan Informasi menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Data dan Informasi. b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pendataan dan informasi. c. Pengumpulan dan pengolahan data objek pajak daerah retribusi daerah. d. Penuangan hasil pengolahan data dan informasi data ke dalam kartu data. e. Pengiriman kartu data kepada Seksi Penetapan. f. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas. Bidang Penagihan Bidang Penagihan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. 1 Bidang Penagihan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pembukuan, vertifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan, dan retribusi. 2 Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Bidang Penagihan menyelenggarakan fungsi : a. Pelaksanaan penagihan atas tungkapan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya. b. Pelaksanaan perhitungan retribusi dan atau pemindah bukuan atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan lainnya. f. Pelaksanaan telaahan dan saran pertimbangan terhadap keberatan wajib pajak atas permohonanwajib pajak. g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang penagihan. Seksi Penagihan dan Perhitungan Seksi Penagihan dan Perhitungan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Penagihan. 1 Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup Penagihan dan Perhitungan. 2 Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Seksi Penagihan dan Perhitungan menyelenggarakan fungsi :

4.1.2. Karakteristik Responden

Subjek penelitian yang dijadiklanr responden dalam penelitian ini adalah meliputi pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan yang terdiri dari 48 orang dengan karakteristik meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, dan lama kerja.

4.1.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Karakteristik responden berdasarkan umur dikelompokkan kedalam 3 tingkatan yakni 40 tahun, 41-50 tahun, dan 50 tahun dengan distribusi frekuensi sebagai berikut:: Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur No U m u r Frekuensi N Persentase 1 30-40 tahun 31 64.6 2 41-50 tahun 10 20.8 3 50 tahun 7 14.6 Total 48 100.0 Sumber : Hasil penelitian 2014 data diolah Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa dari 48 responden penelitian, 31rang 64.6 berumur antara 30-40 tahun, 10 orang 20.8 berumur antara 41-50 tahun, dan 7 orang 14.6 berumur lebih dari 50 tahun. Dengan demikian, mayoritas responden berumur antara 30-40 tahun 64.6.

4.1.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi frekuensi jenis kelamin responden dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis kelamin Frekuensi N Persentase 1 Perempuan 17 35.4 2 Laki-laki 31 64.6 Total 48 100.0 Sumber : Hasil penelitian 2014 data diolah Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa dari 48 responden peneliitan, 17 orang 35.4 adalah perempuan dan 31 orang 64.6 adalah laki-laki. Dengan demikian, mayoritas responden penelitian adalah laki-laki 64.6.

4.1.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dikelompokkan kedalam 3 tingkatan yakni SMA, D3, dan S1 dengan distribusi frekuensi sebagai berikut : Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan No Kategori Pendidikan Frekuensi N Persentase 1 SMA 9 18.8 2 D3 12 25.0 3 S1 27 56.3 Total 48 100.0 Sumber : Hasil penelitian 2014 data diolah Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa dari 48 responden penelitian, 9 orang 18.8 berpendidikan SMA, 12 orang 25.0 berpendidikan D3, dan 27 orang 56.3 berpendidikan S1. Dengan demikian, mayoritas responden berpendidikan S1 56.3.

4.1.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Kerja

Karakteristik responden berdasarkan lama kerja dikelompokkan kedalam 3 kelompok yakni kurang dari 10 tahun, 10-15 tahun dan lebih dari 15 tahun dengan distribusi frekuensi sebagai berikut : Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Kerja No Kategori Lama Kerja Frekuensi N Persentase 1 10 tahun 19 39.6 2 10-15 tahun 22 45.8 3 15 tahun 7 14.6 Total 48 100.0 Sumber : Hasil penelitian 2014 data diolah Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa dari 48 responden penelitian, 19 orang 39.6 dengan lama kerja kurang dari 10 tahun, 22 orang 45.8 dengan lama kerja antara 10- 15 tahun dan 7 orang 14.6 dengan lama kerja lebih dari 10 tahun. Dengan demikian, mayoritas responden memiliki lama kerja antara 10-15 tahun 45.8. 4.1.3. Variabel Penelitian 4.1.3.1. Motivasi Kerja Berdasarkan jawaban responden terhadap ke-8 item pernyataan tentang motivasi kerja, maka variabel motivasi kerja X1 dapat dikategorikan kedalam 3 tingkatan yakni tinggi, sedang dan rendah dengan distribusi frekuensi sebagai berikut : Tabel 4.5. Kategori Motivasi Kerja Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan No Motivasi Kerja Frekuensi N Persentase 1 Tinggi 34 70.8 2 Sedang 11 22.9 3 Rendah 3 6.3 Total 48 100.0 Sumber : Hasil penelitian 2014 data diolah Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa dari 48 responden penelitian, 34 orang 70.8 memiliki motivasi kerja kategori baik, 11 orang 22.9 memiliki motivasi kerja kategori sedang , dan 3 orang 6.3 memiliki motivasi kerja kategori kurang baik. Dengan demikian, mayoritas responden memiliki motivasi kerja yang baik yakni sebanyak 34 orang 70.8.

4.1.3.2. Stres Kerja

Berdasarkan jawaban responden terhadap ke-10 item pernyataan tentang stress kerja, maka variabel stress kerja X 2 dapat dikategorikan kedalam 3 tingkatan yakni berat, sedang danringan dengan distribusi frekuensi sebagai berikut: Tabel 4.6. Kategori Stres Kerja Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan No Stres Kerja Frekuensi N Persentase 1 Berat 13 27.1 2 Sedang 23 47.9 3 Ringan 12 25.0 Total 48 100.0 Sumber : Hasil penelitian 2014 data diolah Tabel 4.6 memperlihatkan bahwa dari 48 responden penelitian, 13 orang 27.1 mengalami stres kerja tingkat berat, 23 orang 47.9 mengalami stres kerja tingkat sedang dan 12 orang 25.0 mengalami stres kerja tingkat ringan. Dengan demikian, mayoritas responden mengalami stress kerja tingkat sedang yakni sebanyak 23 orang 47.9. 4.1.3.3. Prestasi Kerja Berdasarkan jawaban responden terhadap ke-8 item pernyataan tentang prestasi kerja, maka variabel prestasi kerja Y dapat dikategorikan kedalam 3 tingkatan yakni baik,cukup dan kurang dengan distribusi frekuensi sebagai berikut : Tabel 4.7. Kategori Prestasi Kerja Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan No Motivasi Kerja Frekuensi N Persentase 1 Baik 36 75.0 2 Cukup 4 8.3 3 Kurang 8 16.7 Total 48 100.0 Sumber : Hasil penelitian 2014 data diolah Tabel 4.7 memperlihatkan bahwa dari 48 responden penelitian, 36 orang 75 memiliki prestasi kerja kategori baik, 4 orang 8.3 memiliki prestasi kerja kategori cukup dan 8 orang 16.7 memiliki prestasi kerja kategori kurang baik. Dengan demikian, mayoritas responden memiliki prestasi kerja yang baik yakni sebanyak 36 orang 75.0. 4.2 Hasil Analisis Data 4.2.1. Uji Klasik 4.2.1.1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya distribusi data penelitian yang dilakukan dengan Uji Kolmogorov Smirnov dan uji grafik PP-Plot dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 48 .0000000 3.21219518 .178 .092 -.178 1.237 .094 N Mean Std. Deviation Normal Parameters a,b Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z As ymp. Sig. 2-tailed Unstandardized Residual Test distribution is Normal. a. Calculated from data. b. Tabel 4.8 memperlihatkan bahwa nilai residual probabilitas asymp.sig. 2-tailed adalah 0.094, lebih besar dari sig- α 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data penelitian berdistribusi secara normal. Hal yang sama juga dikonfirmasikan oleh grafik P- P normalitas berikut : Gambar 4.1. Grafik PP Normalitas Data Penelitian Grafik di atas memperlihatkan bahwa titik titik data tersebar di sepanjang garis diagonal membentuk simetris kiri dan kanan. Hal ini mengindikasikan bahwa data penelitian berdistribusi normal

4.2.2.2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas yang dilakukan memperlihatkan hasil seperti pada tabel berikut : Tabel 4.9. Hasil Uji Multikolinieritas Observed Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 E xpect ed C um P rob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Normal P-P Plot of Unstandardized Residual Coeffic ients a .30 8 3.2 44 .30 8 3.2 44 Mo tivas i Ke rja Stres Kerja Mo del 1 To leran ce VIF Co lline arity Statistics De pen dent Vari able : Pre stas i Ke rja a. Sumber: Hasil Penelitian, 2014 data diolah Tabel 4.9 memperlihatkan bahwa nilai tolerance ke-2 variabel adalah 0.308 atau lebih kecil dari 1, dan nilai VIF adalah 3.244 atau lebih kecil dari 10. Hasil perhitungan ini memenuhi persyaratan uji multikolinieritas yakni jika nilai tolerance 1 dan nilai VIF 10, maka data penelitian tidak mengandung gejala multikolinieritas. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data penelitian ini tidak mengandung gejala multikolinieritas.

4.2.2.3. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, sebaliknya jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Uji heterokedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan uji Glesjer dengan hasil sebagai berikut : Tabel 4.10 Hasil Uji Heterokedastisitas Glesjer Tabel 4.10 memperlihatkan bahwa nilai asymp.sig 2-sided variabel X1 motivasi kerja adalah 0.922 dan nilai asymp.sig 2-sided variabel X2 stres kerja= 0.763. Jika dikonfirmasikan dengan nilai α 0.05 terbukti bahwa kedua hasil perhitungan Coeffi cients a 4.125 2.699 1.528 .133 -.013 .131 -.026 -.098 .922 -.035 .117 -.081 -.303 .763 Const ant Motivasi K erja St res K erja Model 1 B St d. E rror Unstandardized Coeffic ient s Beta St andardiz ed Coeffic ient s t Sig. Dependent Variable: abs_res1 a. nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0.05 sehingga memenuhi uji persyaratan gejala heterokedastisitas yakni jika p-value 0.05, maka data penelitian bebas gejala heterokedastisitas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data penelitian ini tidak mengandung gejala heterokedastisitas atau dengan kata lain, tidak ada hubungan korelasi kuat antar variabel bebas dalam penelitian ini.

4.2.2.4. Hasil Uji Autokorelasi

Pengujian adanya autokorelasi dapat dilakukan dengan menghitung Durbin Watson dengan hasil sebagai berikut : Tabel 4.11. Hasil Uji Autokorelasi Tabel 4.11 memperlihatkan bahwa nilai D-W adalah 1.789 dimana persyaratan uji D-W adalah jika nilai Durbin Watson-nya antara 1,5 sd 2,5, maka tidak terdapat masalah autokorelasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data penelitian ini tidak mengandung gejala autokorelasi karena nilai DW =1.789 ini berada diantara interval nilai 1.5 – 2.5

4.3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis regresi linier berganda yang terdiri dari: 1 Uji-F secara simultan dan 2 Uji-t secara parsial. Model Summary b .104 a .011 -.033 2.28664 1.789 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson Predictors: Constant, Stres Kerja, Motivasi Kerja a. Dependent Variable: abs _res 1 b.

4.3.1. Uji-F Secara Simultan

Untuk mengetahui pengaruh serempak dari ke-2 variabel bebas motivasi kerja dan stress kerja terhadap variabel terikat Y prestasi kerja, dilakukan analisis regresi linier berganda dengan uji-F secara simultan serentak dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4.12 Hasil Uji Pengaruh Serempak Uji-F Tabel 4.12 memperlihatkan bahwa nilai F- hitung = 14.787 dengan nilai signifikansi p-value sebesar 0.000. Jika dibandingkan dengan nilai F- tabel = 3.19 untuk N = 48 atau df=46 dan sig- α =0.05, terbukti bahwa F- hitung 14.787 F- tabel 3.19 dan p-value 0.0000.05. Hasil analisis ini memenuhi uji persyaratan hipotesis dimana jika F- hitung F- tabel dan sig-p 0.05, maka Ha diterima atau Ho ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ke-2 variabel bebas secara simultan memberikan pengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y prestasi kerja. 4.3.2. Uji-t Secara Parsial Untuk mengetahui pengaruh masing masing variabel bebas X1 motivasi kerja dan X2 stres kerja terhadap variabel terikat Y prestasi kerja, dilakukan analisis regresi linier dengan uji-t secara parsial dengan hasil sebagai berikut : ANOV A b 318.711 2 159.356 14.787 .000 a 484.955 45 10.777 803.667 47 Regres sion Residual Total Model 1 Sum of Squares df Mean S quare F Sig. Predic tors: Constant, Stres Kerja, Motivasi Kerja a. Dependent Variable: Prestasi Kerja b. Tabel 4.13 Hasil Uji-t Secara Parsial Sumber : Hasil penelitian 2014 data diolah Interpretasi : 1. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Prestasi Kerja Tabel 4.13 memperlihatkan bahwa nilai t- hitung X1 motivasi kerja = 4.664 dengan signifikansi p-value sebesar 0.000. Jika dibandingkan dengan nilai t- tabel N=48 atau df=46 sebesar 2.01 dan sig- α =0.05, dapat diketahui bahwa t- hitung X1 4.664 t- tabel 2.01 dan p-value 0.000 0.05. Hasil analisis ini memenuhi persyaratan uji hipotesis dimana jika t- hitung t- tabel dan p-value 0.05, berarti Ha diterima atau Ho ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel X1 motivasi kerja memberi pengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y prestasi kerja. 2. Pengaruh Stres kerja Terhadap Prestasi kerja Tabel 4.13 memperlihatkan bahwa nilai t- hitung X2 stres kerja = -2.327 dengan signifikansi p-value sebesar 0.025. Jika dibandingkan dengan nilai t- tabel N=48 atau df=46 sebesar 2.01 dan sig- α =0.05, dapat diketahui bahwa t- hitung X2 -2.327 t- tabel 2.01 dan p-value 0.025 0.05. Hasil analisis ini memenuhi persyaratan uji hipotesis dimana jika t- hitung t- tabel dan p-value 0.05, berarti Ha diterima atau Ho ditolak. Tetapi, nilai t- hitung X2 tersebut bertanda negatif, sebesar - 2.327. Hal ini berarti stres kerja Coeffi cients a 16.174 3.875 4.174 .000 .877 .188 .973 4.664 .000 -.391 .168 -.485 -2. 327 .025 Const ant Motivasi K erja St res K erja Model 1 B St d. E rror Unstandardized Coeffic ient s Beta St andardiz ed Coeffic ient s t Sig. Dependent Variable: Prestasi K erja a. memberi hubungan pengaruh negatif terhadap prestasi kerja. Dengan kata lain, semakin berat stres kerja, semakin menurun prestasi kerja.

4.3.3. Uji Determinasi R

Untuk mengetahui besarnya pengaruh variable bebas motivasi kerja dan stres kerja terhadap variable terikat Y prestasi kerja, dilakukan uji determinasi R dengan hasil sebagai berikut : Tabel 4.14 Hasil Uji Determinasi R Tabel 4.14 memperlihatkan bahwa nilai r- square = 0.397, hal ini berarti besarnya pengaruh motivasi kerja dan stres kerja terhadap prestasi kerja adalah sebesar 0.397 x 100 = 39.7 . 4.3.4. Persamaan Regresi Persamaan regresi dapat disusun sesuai dengan nilai koefisien hasil perhitungan berikut : Y = a + b1X1 + b2X2 Y = 16.174 + 0.887X1 – 0.391X2 Bentuk persamaan ini berarti bahwa jika faktor lain dianggap tetap, maka setiap peningkatan motivasi kerja sebesar 1 point, akan dapat meningkatkan prestasi kerja sebesar 0.887 point dan setiap peningkatan stres kerja sebesar 1 pint akan menurunkan prestasi kerja sebesar 0.391 point. Model Summary b .630 a .397 .370 3.28280 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Predictors: Constant, Stres Kerj a, Motivasi Kerja a. Dependent Vari able: Prestas i Kerja b. 4.4. Pembahasan 4.4.1. Pengaruh Motivasi kerja Terhadap Prestasi kerja Hasil analisis deskriptif memperlihatkan bahwa mayoritas responden memiliki motivasi kerja kerja yang baik yakni sebanyak 34 orang 70.8 dan mayoritas responden memiliki prestasi kerja yang baik yakni sebanyak 36 orang 75.0. Hal ini memperlihatkan bahwa ada hubungan linier positif antara motivasi kerja dengan prestasi kerja, yakni semakin tinggi motivasi kerja, semakin baik pula prestasi kerja. Ditinjau dari ke-4 karakteristik responden, ada 3 faktor yang berhubungan erat dengan motivasi kerja yakni umur, pendidikan dan lama kerja. Hasil analisis deskriptif memperlihatkan bahwa mayoritas responden memiliki antara 30-40 tahun 64.6 dimana secara umum usia ini adalah usia produktif bagi setiap pekerja. Oleh karena itu, penulis mengasumsikan bahwa faktor umur produktif ini sangat mendukung pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan untuk memiliki motivasi kerja yang tinggi 70.8. Demikian juga halnya dengan peran faktor pendidikan, hasil analisis deskriptif juga memperlihatkan bahwa mayoritas responden berpendidikan S1 56.3, dimana faktor pendidikan tinggi sangat berpengaruh terhadap pembentukan motivasi kerja yang baik. Demikian juga halnya dengan pengaruh lama kerja dimana mayoritas responden sudah bekerja antara 10-15 tahun 45.8, yang berarti sudah memiliki pengalaman kerja di Dinas Pendapatan. Hal ini juga tentunya sangat berperan terhadap peningkatan prestasi kerja melalui peningkatan motivasi kerja. Hal ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa motivasi adalah dorongan yang tumbuh dalam diri seseorang, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya untuk melakukan suatu pekerjaan dengan semangat tinggi, menggunakan semua kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya. Untuk dapat memberikan hasil kerja yang berkualitas dan berkuantitas maka seorang karyawan membutuhkan motivasi kerja dalam dirinya yang akan berpengaruh terhadap semangat kerja sehingga dapat meningkatkan kinerja. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Handoko 2002: 252, motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Buhler 2004: 191 memberikan pendapat tentang pentingnya motivasi sebagai berikut: ”Motivasi pada dasarnya adalah proses yang menentukan seberapa banyak usaha yang akan dicurahkan untuk melaksanakan pekerjaan”. Motivasi atau dorongan untuk bekerja ini sangat menentukan bagi tercapainya suatu tujuan, maka manusia harus dapat menumbuhkan motivasi kerja setinggi – tingginya bagi para karyawan dalam perusahaan. Motivasi erat kaitannya dengan timbulnya suatu kecenderungan untk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan. Ada hubungan yang kuat antara kebutuhan motivasi, perbuatan atau tingkah laku, tujuan dan kepuasan serja kinerja. Karena setiap perubahan senantiasa berkat adanya dorongan motivasi. Motivasi timbul karena adanya suatu kebutuhan dan karenanya perbuatan tersebut terarah pencapaian tujuan tertentu yang pada akhirnya disebut sebagai kinerja karyawan. Jadi, Semakin kuat motivasi atau dorongan yang diberikan oleh pimpinan kepada karyawan maka akan semakin maksimal kinerja yang dihasilkan oleh karyawan itu sendiri.

4.4.2. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Prestasi kerja

Hasil analisis deskriptif memperlihatkan bahwa mayoritas responden mengalami stres kerja kerja tingkat sedang yakni sebanyak 23 orang 47.9. Tetapi, karena stres kerja yang dialami pegawai bukanlah stres kerja berat, maka pengaruhnya terhadap prestasi kerja signifikan dan negatif. Artinya, semakin berat stres kerja, semakin drastis menurun prestasi kerja pegawai. Tetapi, karena dalam penelitian ini, stres kerja yang dialami oleh pegawai bukanlah stres berat, melainkan stres kerja kategori sedang, maka pengaruh negatifnya terhadap prestasi kerja masih dapat ditolerir. Higgins Umar, 2000: 259 berpendapat bahwa terdapat hubungan langsung antara stres kerja dan kinerja karyawan, sejumlah besar penelitian telah menyelidiki pengaruh stres kerja dengan kinerja disajikan dalam model stres – kinerja hubungan U terbalik yakni hukum Yerkes Podson Mas’ud, 2002: 20. Pola U terbalik tesebut menunjukkan pengaruh tingkat stres rendah – tinggi dan kinerja rendah – tinggi. Bila tidak ada stres, tantangan kerja juga tidak ada dan kinerja cenderung menurun. Rangsangan yang terlalu kecil, tuntutan dan tantangan yang terlampau sedikit dapat menyebakan kebosanan, frustasi, dan perasaan bahwa kita tidak sedang menggunakan kemampuan – kemampuan kita secara penuh Looker, 2005: 144. Sejalan dengan meningkatnya stres, kinerja cendrung naik, karena stres membantu karyawan untuk mengarahkan segala sumber daya dalam memenuhi kebutuhan kerja, adalah suatu rangsangan sehat yang mendorong para karyawan untuk menanggapi tantangan pekerjaan. Akhirnya stres mencapai titik stabil yang kira – kira sesuai dengan kemampuan prestasi karyawan. Selanjutnya bila stres manjadi terlalu besar, kinerja akan mulai menurun karena stres mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Karyawan kehilangan kemampuan untuk mengendalikannya. Akibat yang paling ekstrem adalah kinerja menjadi nol, karyawan menjadi tidak kuat lagi bekerja, putus asa, keluar atau menolak bekerja untuk menghindari stres.

4.4.3. Pengaruh Motivasi Kerja dan Stres Kerja terhadap Prestasi Kerja.

Hasil analisis inferensial membuktikan bahwa motivasi kerja dan stres kerja berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja, dimana motivasi kerja memberi pengaruh positif sedangkan stres kerja memberi pengaruh negatif terhadap prestasi kerja. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Noviansyah 2011 dengan judul pengaruh stres kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan PT Perkebunan Minanga Oxien dan membuktikan secara statistik menggunakan regresi linier berganda bahwa stres kerja dan motivasi kerja masing masing memberikan pengaruh negatif dan positif terhadap kinerja. Pada dasarnya motivasi dapat memacu karyawan untuk bekerja keras sehingga dapat mencapai tujuan mereka. Hal ini akan meningkatkan produktivitas kerja karyawan sehingga berpengaruh pada pencapaian tujuan perusahaan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa dlam kehidupan modern yang makin kompleks, manusia akan cenderung mengalami stres apabila ia kurang mampu mengadaptasikan keinginan dengan kenyataan yang ada, baik kenyataan yang ada di dalam maupun di luar dirinya. Segala macam bentuk stres pada dasarnya disebabkan oleh kekurangmengertian manusia akan keterbatasannya sendiri. Ketidakmampuan untuk melawan keterbatasan inilah yang akan menimbulkan frustrasi, konflik, gelisah, dan rasa bersalah yang merupakan tipe-tipe dasar stres Luthan, 2006: 439. Akibat-akibat stres terhadap seseorang dapat bermacam-macam dan hal ini tergantung pada kekuatan konsep dirinya yang akhirnya menentukan besar kecilnya toleransi orang tersebut terhadap stres. Stres yang dialami oleh karyawan akibat lingkungan yang dihadapinya akan mempengaruhi kinerja dan kepuasan kerjanya, sehingga manajemen perlu untuk meningkatkan mutu lingkungan organisasional bagi karyawan. Dengan menurunnya stres yang dialami karyawan tentu akan meningkatkan kesehatan dalam tubuh organisasi. Stres merupakan kondisi di mana seseorang dihadapkan pada konfrontasi antara kesempatan, hambatan, atau permintaan akan apa yang dia inginkan dan hasilnya dipersepsikan tidak pasti dan penting. Oleh karena itu, untuk mencapai prestasi kerja maksimal, stres kerja perlu dikendalikan sehingga tidak sampai mempengaruhi pencapaian prestasi kerja. Bertitik tolak dari temuan fakta penelitian dan alasan teoritis terkait, penulis mengasumsikan bahwa tidak ada penyimpangan antara teori dengan praktek, dalam arti hasil temuan penelitian adalah sesuai dengan teori yang ada. Dengan kata lain, motivasi dan stres kerja memberi pengaruh signifikan terhadap prestasi kerja.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data tentang pengaruh motivasi kerja dan stres kerja terhadap prestasi kerja pada Dinas Pendapatan Kota Medan dapat disimpulkan bahwa : 1. Motivasi kerja pengaruh signifikan positif terhadap prestasi kerja. 2. Stres kerja pengaruh signifikan negatif terhadap prestasi kerja. 3. Motivasi kerja dan stres kerja secara simultan pengaruh signifikan terhadap prestasi kerja.

5.2. Saran

Dokumen yang terkait

Pengaruh Motivasi Intrinsik Dan Motivasi Ekstinsik Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Di PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kisaran

6 101 128

Hubungan Stres Kerja Terhadap Hipertensi Pada Pegawai Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru Tahun 2008

3 52 76

Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Kompensasi Terhadap Prestasi Kerja Pegawai pada UPT. Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Medan

11 106 105

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASIONAL, DISIPLIN KERJA, DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA PEGAWAI DI DINAS Pengaruh Komitmen Organisasional, Disiplin Kerja, Dan Motivasi Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Di Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Surakart

0 0 15

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASIONAL, DISIPLIN KERJA, DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA PEGAWAI DI DINAS Pengaruh Komitmen Organisasional, Disiplin Kerja, Dan Motivasi Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Di Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Surakart

0 1 12

Pengaruh Motivasi, Pelatihan dan Stres Kerja terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta.

0 0 16

Pengaruh Remunerasi, Motivasi Kerja, dan Stres Kerja terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Pegawai IMG 20160222 0001

0 0 1

View of Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Sukabumi

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 2.1 Prestasi Kerja 2.1. 1 Pengertian Prestasi Kerja - Pengaruh Motivasi Dan Stres Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Bidang Bagi Hasil Dinas Pendapatan Kota Madya Medan

0 0 22

Pengaruh Motivasi Dan Stres Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Bidang Bagi Hasil Dinas Pendapatan Kota Madya Medan

0 0 10