Metode Pembobotan Entropy Analytical Hierarchy Process AHP

30 untuk saling menutupi kelemahan masing-masing dan meningkatkan kemampuan komunikasi secara interaktif yang alami dari suatu integrasi dan meningkatkan performansinya.

2.8 Run Chart dan Control Chart

Menurut Gaspersz 1998, run chart adalah suatu bentuk grafik garis suatu data dalam waktu tertentu yang dipergunakan sebagai alat analisis untuk: y Mengumpulkan dan interpretasikan data, juga merupakan ringkasan visual dari data itu, sehingga memudahkan dalam pemahaman. y Menunjukkan output dari suatu proses data sepanjang waktu. y Menunjukkan apa yang sedang terjadi dalam situasi tertentu sepanjang waktu. y Menunjukkan kecendrungan atau trend dari data sepanjang waktu. y Membandingkan data dari periode yang satu dengan periode lain, demikian pula memeriksa perubahan-perubahan yang terjadi. Sedangkan control chart atau peta kontrol pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Walter Andrew Shewhart pada tahun 1924 dengan maksud menghilangkan variasi tidak normal melalui pemisahan variasi disebabkan oleh penyebab khusus dari variasi yang disebabkan oleh penyebab umum. Peta kontrol merupakan alat yang ampuh dalam mengendalikan suatu proses, yang pada dasarnya dipergunakan untuk: y Menentukan apakah proses berada dalam pengendalian statistikal. y Memantau proses terus menerus agar proses tetap stabil secara statistikal dan hanya mengandung variasi penyebab umum. y Menentukan kemampuan proses process capability. Setelah proses berada dalam pengendalian statistikal, batas-batas dari variasi proses dapat ditentukan.

2.9 Metode Pembobotan Entropy

Entropy adalah derajat ketidakteraturan sebuah sistem, makin besar entropy maka sebuah sistem makin tidak teratur. Pada awalnya entropy hanya digunakan pada bidang thermodinamika, namun dalam penelitian ini digunakan sebagai metode pembobotan. 31 Menurut Pomerol dalam Septiani 2005, konsep utama dari penggunaan entropy sebagai metode pembobotan adalah pengukuran suatu kriteria j melalui suatu fungsi tertentu sesuai dengan kualitas informasi yang diberikan. Penilaian bobot kriteria j dilakukan melalui pengukuran dispersi a j . Dalam hal ini kriteria yang terpenting adalah kriteria yang paling kuat dalam mendeskriminasikan setiap nilai pada aksi-aksi a j tersebut.

2.10 Analytical Hierarchy Process AHP

AHP adalah suatu proses pengambilan keputusan proses yang fleksibel dan kuat untuk membantu dalam menentukan prioritas dan membuat keputusan yang terbaik dari aspek-aspek kuantitatif dan kualitatif suatu keputusan perlu untuk dipertimbangkan. Metode ini dikembangkan oleh Dr. Thomas Saaty pada tahun 1970, seorang profesor di Wharton School of Business. Dengan mengurangi keputusan kompleks pada rangkaian perbandingan satu persatu secara berpasangan, kemudian mensintesis hasilnya, AHP tidak hanya membantu pembuat keputusan menemukan keputusan terbaik, tetapi juga menyediakan suatu dasar pemikiran yang jelas bahwa keputusan tersebut yang terbaik. Prinsip pokok AHP adalah prinsip berpikir. Pengambilan keputusan dalam metodologi AHP didasarkan pada tiga prinsip pokok, yaitu: 1. Penyusunan Hirarki Penyusunan hirarki permasalahan merupakan langkah untuk mendefinisikan masalah yang kompleks ke dalam sub-sub sistem, elemen, sub elemen dan seterusnya sehingga menjadi lebih jelas dan detail. Hirarki keputusan disusun berdasarkan pandangan pihak-pihak yang memiliki keahlian expert dan pengetahuan di bidang yang bersangkutan. 2. Penentuan Prioritas Prioritas dari elemen-elemen kriteria dapat dipandang sebagai bobot atau kontribusi elemen tersebut terhadap tujuan pengambilan keputusan. Prioritas ini ditentukan berdasarkan para pakar dan pihak-pihak yang berkepentingan 32 terhadap keputusan tersebut, baik secara langsung berupa diskusi, wawancara maupun secara tidak langsung dengan kuisioner. 3. Konsistensi Logis Penyusunan hirarki permasalahan merupakan langkah untuk mendefinisikan masalah yang kompleks ke dalam sub-sub sistem, elemen, sub elemen dan seterusnya sehingga menjadi lebih jelas dan detail. Hirarki keputusan disusun berdasarkan pandangan pihak-pihak yang memiliki keahlian expert dan pengetahuan di bidang yang bersangkutan. AHP sangat berguna dalam masalah-masalah kompleks yang terstruktur, tidak memiliki data tertulis yang cukup, seperti permasalahan: penentuan alternatif, penyusunan prioritas, pemecahan konflik, pemilihan kebijakan, pengalokasian sumber, penentuan kebutuhan dan juga pengukuran perfomansi. Menurut Ciptomulyo dalam Septiani 2005, kelebihan AHP adalah: y Mampu membahas permasalahan kompleks dan tak terstruktur secara detail. y Memandukan intuisi, pikiran, perasaan dan penginderaan dalam menganalisis pengambilan keputusan. y Memiliki kemampuan melakukan sintesa pemikiran berbagai sudut pandang responden. y Memperhitungkan konsistensi dari penilai yang telah dilakukan dalam memperbandingkan faktor-faktor untuk memvalidasi keputusan. y Kemudahan dalam pengukuran elemennya. y Memungkinkan untuk melakukan perencanaan kedepan forward atau sebaliknya, menjabarkan masa depan yang ingin dicapai ke masa kini backward. Selain itu, AHP juga memiliki beberapa kelemahan dalam penerapannya, diantaranya adalah: y Dalam Penerapannya, harus melibatkan orang-orang yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang permasalahan dan tentang metode AHP itu sendiri. y Untuk melakukan perbaikan keputusan walaupun kecil maka harus dimulai lagi dari tahap awal dan memakan waktu yang relatif lama. 33 y AHP tidak dapat diterapkan pada suatu perbedaan sudut pandang yang sangat tajam dan ekstrim dikalangan responden. Penyatuan pandangan, misalnya dengan metode Delhi dapat dilakukan sebelum AHP. 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Biodiesel sebagai substitusi penggunaan energi alternatif bersifat ramah lingkungan yang dapat mengurangi dampak pencemaran udara dan lingkungan yang semakin membahayakan. Biodiesel dapat digunakan secara murni neat atau dalam bentuk campuran blend dengan minyak solar dan hasilnya menunjukkan emisi gas buangan yang lebih rendah dibandingkan minyak solar. Tujuan merancang formula bahan bakar biodiesel adalah untuk mendapatkan sifat fisiko-kimia sesuai dengan standar kualitas yang diinginkan, yakni spesifikasi minyak diesel yang mengacu pada standar nasional dan internasional. Sifat fisiko-kimia minyak diesel yang penting adalah densitas, viskositas, bilangan setana dan nilai kalor Fajar, 2001. Perbaikan dan pencapaian kualitas yang dilakukan perusahaan harus dapat mencapai spesifikasi yang ditetapkan sekaligus mengendalikan kualitas tetap dalam batas spesifikasi. Hal ini dapat dipenuhi dengan adanya suatu sistem pengendalian kualitas yang baik serta dapat menjamin mutu produk yang dihasilkan mulai dari penentuan karakteristik bahan baku dan titik-titik proses agar selalu dalam batas optimal. Persaingan pangsa pasar yang semakin ketat, mengharuskan kalangan industri untuk berusaha menyakinkan dan menumbuhkan kepercayaan yang kuat terhadap produk yang dihasilkannya. Kepercayaan tersebut dapat dipenuhi dengan suatu pengendalian produk yang baik, menjamin mutu produk dalam kondisi yang tetap terjaga saat terima oleh konsumen. Pada penelitian ini akan dikembangkan suatu sistem penilaian kualitas minyak nabati selama proses pengolahan, yang memasukkan dua faktor analisis: 1. Analisis Fundamental dan 2. Analisis Teknis.