44
Sedangkan untuk data sifat fisik dan kimia minyak sawit dapat dilihat pada Tabel 14 di bawah ini.
Tabel 14. Sifat Fisik dan Kimia Minyak Sawit
Nilai No. Parameter
Weiss 1983 Maiti et. Al., 1988
1. Bobot jenis
0,882 - 0,887
a
0,21 - 0,925
b
2. Indeks bias
1,4508
a
1,453 - 1,456
b
3. Titik cair
o
C 25 - 30
27 - 50 4.
Fraksi tersabunkan 0,2 - 0,6
0,2 - 0,8 5. Bilangan
Penyabunan 198
195 - 205 6. Bilangan
iod 53
44 - 58 Keterangan :
a
: pada suhu 60
o
C;
b
: pada suhu 40
o
C
4.2 Spesifikasi Biodiesel
FAME atau biodiesel yang dihasilkan dari berbagai sumber di atas harus memenuhi standar biodiesel yang ditetapkan baik Satandar Nasional Indonesia
sebagaimana yang disajikan pada Tabel 8 maupun Standar Internasional pada lampiran 17 jika ingin menyesuaikan standar dunia meskipun menggunakan
FAME yang berbeda-beda. Dalam penelitian biodiesel yang akan di kaji adalah karakteristik dari biodiesel minyak sawit fraksi stearin dan minyak jarak.
Berikut ini pada Tabel 15 yang menunjukkan perbandingan karakteristik biodiesel dari minyak jarak dan biodiesel dari minyak sawit dengan solar.
45
Tabel 15. Perbandingan Sifat Fisik Biodiesel dari Minyak Jarak dan Minyak Sawit dengan Solar. Svlele, 2002
Nilai No Parameter Palm
Biodiesel Jatropha
Biodiesel Solar
1. Densitas, gmL 150
o
C 0,868 0,879
0,83 2.
Viskositas Kinematik CSt400
o
C 5,3 4,84 5,2
3. Cloud point
o
C 10 - 16
-2 - 2 - 18
4. Titik nyala
o
C 174 191
70 5.
Nilai Kalori, LHV MJkg 37 - 38
37 - 38 41
6. Kandungan sulfur ppm
50 50
Max 500 7.
Bilangan setana 62
51 42
8. Bilangan asam mg KOHg
209,7 198
NA 9.
Bilangan iod mg I2g 45-62
95-107 NA
Jika kita perhatikan dari tabel di atas bahwa kandungan sulfur yang terdapat pada biodiesel sawit dan jarak cukup rendah jika dibandingkan dengan kandungan
sulfur solar sebesar 500 ppm. Kandungan sulfur yang tinggi berdampak pada emisi gas buang. Kadar emisi SO
2
merupakan pemicu total partikulat dan asap hitam penyebab kanker. Kandungan sulfur yang tinggi berdampak juga pada
keausan mesin karena akan terbentuk partikel padat ketika terjadi pembakaran dan korosif pada mesin. Dampak lain menyebabkan adalah hujan asam yang
berpengaruh negatif terhadap lingkungan.
4.3 Spesifikasi Biosolar
Biosolar merupakan campuran dari 95 persen solar produksi kilang dan 5 persen FAME fatty acid methly ester yang menjadi salah satu alternatif bahan
bakar ramah lingkungan. Di Indonesia Pertamina meluncurkan sebuah produk biosolar yang merupakan kerjasama Pertamina dengan pemasuk FAME
diantaranya Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 12,5 tonhari, PT. Energi Alternatif Indonesia1 tonhari,
Pusat Penelitian Kelapa Sawit 1 tonhari, Institut Teknologi Bandung 1 tonhari, PT. Rizky Anugrah Putra 0,6 tonhari,
PT. Surya 1,8 tonhari, dan PT. Eterindo Wahanatama 300 tonhari.
46
Penggunaan FAME atau biodiesel sebesar 5 persen dikarenakan jumlah pemasok FAME masih terbatas disamping harga yang belum kompetitif jika
dibanding harga solar. Pertamina memutuskan PT. Eterindo Wahanatama Tbk. Sebagai pemasok tunggal pertamina.
4.4. Beberapa Analisis Mutu Biodiesel