13
Jika dibandingkan dengan negara-negara tadi, Indonesia sebenarnya akan lebih maju dan memiliki keunggulan komperatif. Indonesia didukung iklim
terutama sinar matahari sepanjang tahun dan keanekaragaman hayati sebagai bahan baku green fuel biodiesel.
Kedepannya Indonesia akan mengembangkan biodiesel dari minyak jarak, karena minyak jarak bukan minyak pangan sehingga penggunaannya tidak perlu
bersaing dengan minyak pangan sebagaimana minyak sawit selama ini untuk bahan baku pabrik minyak goreng. Selain itu minyak jarak dari tanaman jarak
pagar sesuai dengan iklim cuaca Indonesia yang memperoleh sinar matahari sepanjang tahun dan cocok ditanam dilahan yang marjinal.
Penelitian-penelitian dan pengembangan produk biodiesel sebagai bahan bakarenergi alternatif di Indonesia mulai diteliti sejak tahun 2000 pada skala
laboratorium yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan P3THH. Sejumlah pilot plant juga dilakukan oleh BPPT Puspitek
Sepong tahun 2003 kapasitas 1,5 tonhari, Lemitek ITB tahun 2004 kapasitas 150 literbacth dan PT. Energi Alternatif Indonesia tahun 2005 kapasitas 1
tonhari. Ketiga pilot plant tersebut, saat ini menghasilkan biodiesel dari minyak sawit CPO
atau disebut juga biodiesel minyak sawit BMS. BPPT memproduksi biodiesel dengan merek “Solarmax”, sedangkan PT. EAI memproduksi dengan
merek “Natur fuel”. Pengembangan biodisel berbahan baku jarak pagar sekarang masih dalam
tahap pengembangan budidaya, dan produksi skala laboratorium dan uji coba pada skala pilot plant, namun masih terkendala dengan ketersediaan bahan baku. Oleh
karena itu, bahan baku minyak sawit CPO Crude Palm Oil adalah bahan baku yang tepat saat ini ketersediaanya, sangat mencukupi berupa fraksi stearin.
2.3.2 Proses Produksi Biodiesel
Biodiesel secara konvensional diproduksi melalui transesterifikasi minyak dengan alkohol rantai pendek dibantu dengan katalis homogen. Transesterifikasi
adalah reaksi ester untuk menghasilkan ester baru yang mengalami pertukaran posisi asam lemak Sontag, 1982.
14
Transesterifikasi minyak menjadi metil ester dilakukan baik dengan satu tahap atau dua tahap proses, tergantung pada mutu awal minyak. Minyak dengan
kandungan asam
lemak bebas tinggi dapat lebih efisien
dikonversi esternya melalui beberapa tahap reaksi yang melibatkan katalis asam untuk mengesterifikasi asam
lemak bebas yang dilanjutkan dengan transesterifikasi berkatalis basa yang mengkonversikan sisa trigliserida Canaki dan van Gerpen, 2001. Namun jika
minyak mengandung asam lemak bebas yang rendah, transesterifikasi dapat dilakukan dengan satu tahap saja.
Minyak yang mengandung asam lemak bebas ALB yang cukup tinggi seperti minyak jarak sebaiknya menggunakan proses dua tahap dengan tujuan
untuk menurunkan asam lemak bebasnya terlebih dahulu. Minyak jarak memiliki kandungan ALB sebesar 0,5-10 .
Kelapa sawit dengan mutu prima SQ, Special Quality seperti yang dihasilkan Malaysia mengandung asam lemak FFA, Free Fatty Acid tidak lebih
dari 2 pada saat pengapalan. Kualitas standard minyak kelapa sawit mengandung tidak lebih dari 5 FFA. Setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu
akan menghasilkan rendemen minyak 22,1-22,2 tertinggi dan kadar asam lemak bebas 1,7-2,1 terendah.
Penggunaan metanol dalam reaksi transesterifikasi trigliserida lebih umum digunakan karena lebih murah untuk menghasilkan metil ester biodiesel dengan
bantuan katalis, dan katalis yang biasa digunakan diantaranya adalah Sodium Metilat, NaOH, atau KOH.
Proses reaksi transesterifikasi trigliserida atau minyak-lemak dengan jenis pelarut metanol atau etanol yang menghasilkan ester etilmetil asam-asam lemak
atau biodiesel dan gliserin dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut ini.
15
Katalis
+ O
C OCH
2
R
2
O C
OCH R
2
O C
OCH
2
R
2
3CH
3
OH KOHNaOH
OCH
2
OCH
2
OCH
2
+ 3R C
OCH
3
O
Trigliserida Metanol
Gliserol Ester Metilat
Gambar 2.2 Bagan Reaksi Transesterifikasi Reaksi transesterifikasi dipengaruhi oleh faktor internal bahan baku dan
faktor eksternal. Faktor internal adalah kondisi minyak itu sendiri adalah kandungan air, kandungan asam lemak bebas, dan kandungan zat terlarut maupun
tidak terlarut yang dapat mempengaruhi reaksi. Faktor eksternal proses adalah kondisi yang bukan berasal dari minyak dan dapat mempengaruhi reaksi. Faktor
eksternal diantaranya adalah suhu reaksi, waktu reaksi, kecepatan pengadukan, jenis dan konsentrasi katalis, dan jumlah rasio molar metanol terhadap minyak.
Reaksi transesterifikasi berlangsung sekitar 0,5-1 jam pada suhu 60
o
C sehingga terbentuk dua lapisan. Lapisan atas adalah metil ester biodiesel dan
lapisan bawah adalah gliserin gliserol sebagai hasil samping yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan sabun dan produk kosmetik untuk
moistourising. Berikut ini disajikan bagan alir proses pembuatan biodiesel skala industri pada Gambar 2.3.
16
Asam Lemak MinyakLemak
Metanol Katalis
Mixer Neutralization
Netralisasi Pemisahan
Separasi
Pencucian
Evaporation Penguapan
Air Panas Gliserol dan
kotoran
Metanol dan Air
Metil Ester dan Air Uap Air
BIODIESEL
Biodiesel Kasar Recovery
Metanol
Transesterifikasi
Metil Ester dan Metanol
Gambar 2.3 Diagram Alir Proses Produksi Biodiesel Skala Industri
2.3.3 Keuntungan Penggunaan Biodiesel