Pengukuran pH Evaluasi Fisik Sediaan Krim

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ekstrak tumbuhan paku Nephrolepis falcata memiliki kandungan salah satunya senyawa flavonoid pada Tabel 2.2. Sifat antioksidan dari flavonoid berasal dari kemampuan untuk mentransfer sebuah elektron ke senyawa radikal bebas. Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang menghambat reaksi oksidasi. Flavonoid bertindak sebagai penampung radikal hidroksi dan superhidroksi, sehingga dapat melindungi lipid membran terhadap reaksi yang merusak. Semakin banyak subtitusi gugus hidroksi pada flavonoid, maka aktivitas antiradikalnya semakin besar Yuhernita, 2011. Ketiga sediaan krim mengalami penurunan setelah penyimpanan selama 21 hari, sediaan krim F1 mengalami penurunan persen inhibisi sebesar 17,67, F2 mengalami penurunan sebesar 15,94, F3 mengalami penurunan sebesar 4,63, namun pada penelitian ini tidak dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui penyebab penurunan persen inhibisi krim ekstrak Nephrolepis falcata. Untuk mengetahui apakah penurunan persen inhibisi yang terjadi selama penyimpanan hari ke-0 sampai ke-21 bermakna atau tidak maka dilakukan uji statistik menggunakan paired sample T -test . Pemilihan uji ini berdasarkan varian yang diuji homogen, data terdistribusi normal, dan jenis data yang dihubungkan numerik dan kategori Hastono, 2007. Hasil pengukuran dengan uji paired sample T -test ini yaitu data terdistribusi normal, homogen, dan H ≠ 0 ditolak. Hasil analisis statistik T –test terhadap penurunan persen inhibisi pada masing – masing sediaan krim menunjukan krim F2 dan F1 memiliki penurunan yang persen inhibisi bermakna dengan P 0,05 sedangkan krim F3 menunjukan penurunan persen inhibisi yang tidak signifikan dengan nilai P 0,05. Hasil data uji statistik dapat dilihat pada Lampiran 12. Gambar 4.3 Grafik Persen Peredaman krim selama pennyimpanan Hal ini menunjukan bahwa sediaan krim F3 lebih stabil secara kimia dibanding krim F1 dan F2 karena penurunan persen inhibisi sebelum dan setelah penyimpanan selama 21 hari tidak menunjukan adanya penurunan yang bermakna.

4.3 Evaluasi Krim Ekstrak

Nephrolepis falcata Pembuatan krim dilakukan menggunakan homogenizer dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit dimana pemilihan kecepatan ini didasarkan kecepatan pengadukan yang lazim digunakan dalam pembuatan sediaan krim. Bahan aktif yang digunakan dalam krim antioksidan ini adalah ekstrak tanaman paku spesies Nephrolepis falcata Cav. C. Chr. dengan bahan tambahannya terdiri dari setil alkohol asam stearat, trietanolamin, gliserin, metil paraben, propil paraben, aquadest Sharon, 2013, dimana bahan ini sering digunakan dalam formulasi krim. Pada pembuatan krim, ekstrak Nephrolepis falcata ditambahkan setelah basis krim terbentuk dan suhu basis sudah mulai menurun, dengan tujuan agar senyawa aktif antioksidan ekstrak tidak hilang atau rusak. Fase minyak yang dipilih dalam formulasi ini adalah asam stearat dan setil alkohol karena memiliki karakteristik pembentuk basis dan emolien yang baik dalam pembuatan krim. Emulgator yang digunakan berupa asam stearat dan trietanolamin karena aman penggunaannya untuk kulit sehingga sering digunakan sebagai emulsifier dasar sediaan krim. Metil paraben dan propil 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 F1 F2 F3 Persentase Inhibisi Krim hari ke-1 hari ke-21