Faktor Fisika Kimia Aktivitas Manusia

Zonasi mangrove berdasarkan salinitas, menurut De Hann 1981 dalam Bengen 2004 dibagi sebagai berikut: a Zona air payau hingga air laut dengan salinitas pada waktu terendam air pasang berkisar antara 10-30 ppt: - Area yang terendam sekali atau dua kali sehari selama 20 hari dalam sebulan hanya Rhizophora mucronata yang masih dapat tumbuh. - Area yang terendam 10-19 kalibln, ditemukan Avicennia Avicennia alba, Avicennia marinna, Sonneratia sp. dan Dominan Rhizophora sp. - Area yang terendam kurang dari 9 kalibulan, ditemukan Rhizophora sp, Bruguiera sp. - Area yang tergenang hanya beberapa dalam setahun, Bruguiera gymnorrhiza dominan dan Rhizophora apikulata masih dapat hidup. b Zona air tawar hingga air payau, dimana salinitas berkisar antara 0 -10 ppt : - Area yang kurang lebih masih dibawah pengaruh pasang surut, asosiasi Nipah. - Area yang terendam secara musiman, Hibiscus dominan.

2.7 . Faktor Pembatas Ekosistem Mangrove

Menurut Supriharyono 2000 bahwa faktor-faktor pembatas lingkungan mangrove diantaranya adalah berupa faktor fisika kimia dan adanya aktivitas manusia baik secara langsung maupun tidak langsung, diantaranya yaitu:

2.7.1. Faktor Fisika Kimia

Mangrove memiliki daya adaptasi fisiologi yang tinggi. Mereka tahan terhadap lingkungan dengan suhu perairan tinggi, fluktuasi salinitas yang luas dan tanah yang anaerob tanpa udara. Salah satu faktor yang penting dalam adaptasi fisiologis tersebut adalah sistem pengudaraan di akar- akarnya. Tidak semua tumbuhan memperoleh oksigen untuk akar-akarnya dari tanah yang mengandung oksigen, mangrove tumbuh di tanah yang tidak mengandung oksigen dan harus memperoleh hampir seluruh oksigen untuk akar-akar mereka dari atmosfer. Walaupun tumbuhan mangrove dapat berkembang pada kondisi lingkugan yang buruk, akan tetapi mangrove mempunyai kemampuan yang berbeda untuk mempertahankan diri terhadap kondisi lingkungan fisik kimia di lingkungannya.

2.7.2. Aktivitas Manusia

a. Pencemaran Pencemaran yang terjadi pada areal mangrove terutama disebabkan oleh minyak dan logam berat. Dua sumber utama pencemaran areal mangrove ini merupakan dampak negatif dari kegiatan pelayaran, industri serta kebocoran pada pipatanker industri dan tumpahan dalam pengangkutan. b. Konversi Lahan Hutan 1 Budidaya Perikanan Konversi mangrove untuk bididaya perikanan, terutama untuk tambak ikan menyebabkan terdegradasinya mangrove yang subur dalam skala yang cukup luas. 2 Pertanian Sebagian besar pertanian di areal mangrove terdiri atas sawah dan perkebunan kelapa. Ini dilakukan oleh penduduk dikawasan pesisir. 3 Jalan Raya, Industri serta Jalur dan Pembangkit Listrik Area mangrove banyak yang dikonversi untuk pembuatan jalan raya, pembangunan pembangkit dan jalur listrik guna mendukung arus transportasi hasil industri, perdagangan, penduduk dan hasil hasil lainnya yang melewati kawasan mangrove. Industri perikanan, industri tanaman dan hasil hutan kayu, pengeringan udang dan sebagainya yang didirikan di kawasan mangrove juga telah mengkonversi hutan ini dalain areal yang cukup luas. 4 Produksi Garam Garam dihasilkan dari air laut yang pembuatannya banyak dilakukan di areal mangrove. Tempat pembuatan garam ini merupakan areal mangrove yang dikonversi yang tingkat kerusakannya bersifat bersifat irreversible. 5 Perkotaan Urbanisasi menyebabkan terjadinya konversi mangrove yang lokasinya berdekatan dengan perkotaan. Selain dijadikan lokasi pemukiman, mangrove tersebut dikonversi pula untuk keperluan jalan raya, tambak, pelabuhan, pembuangan limbah dan lain-lain. 6 Pertambangan Pertambangan, terutama minyak bumi cukup banyak dilakukan di areal mangrove. Lahan diperlukan untuk tempat penggalian sumur bor, tempat penyimpanan minyak mentah, pipa, pelabuhan, perkantoran dan pemukiman pekerja. Minyak yang mencemari mangrove dalam berbagai cara juga menyebabkan degradasi mangrove. 7 Penggalian Pasir Penggalian pasir menyebabkan kerusakan pada ekosistem mangrove. Penambangan pasir dalam skala luas c. Penebangan Pemanenan Hasil Hutan Yang Berlebihan Penebangan kayu mangrove secara legal maupun illegal dilakukan untuk produksi kayu bakar, arang, chips dan sebagainya telah berlangsung lama. Eksploitasi tersebut dilakukan secara berlebihan, sehingga telah menimbulkan kerusakan yang berat dan menurunkan fungsi serta potensi produksi sebagian besar mangrove. Uraian secara ringkas dampak kegiatan manusia terhadap ekosistem mangrove dapat dilihat pada tabel 1: Tabel 1. Ikhtisar dampak kegiatan manusia terhadap ekosistem mangrove No Kegiatan Dampak potensial 1. Tebang habis a. berubah komposisi tumbuhan mangrove b. tidak berfungsi daerah mencari makanan dan pengasuhan 2. Penggalian alian air tawar, misalnya pada pembangunan irigasi a. peningkatan salinitas mangrove b. menurun tingkat kesuburan hutan 3. Konversi menjadi lahan a. mengancam regenerasi stok ikan dan pertanian, perikanan, pemukiman dan lain-lain. udang di perairan lepas pantai yang memerlukan mangrove b. terjadi pencemaran laut oleh bahan pencemar yang sebelumnya diikat oleh substrat mangrove c. pendangkalan perairan pantai d. erosi garis pantai dan intrusi garam. 4. Pembuangan sampah cair a. Penurunan kandungan oksigen terlarut, timbul gas H 2 S 5. Pembuangan sampah padat a. Kemungkinan terlapisnya pneumatofora yang mengakibatkan matinya pohon mangrove b. Perembesan bahan-bahan pencemar dalam sampah padat 6. Pencemaran minyak a. Kematian pohon mangrove 7. Penebangan dan ekstraksi a. Kerusakan total ekosistem mangrove mineral, baik didalam sehingga memusnahkan fungsi ekologis hutan maupun didaratan mangrove daerah mencari makanan dan sekitar mangrove asuhan. b. Pengendapan sedimen yang dapat mematikan pohon mangrove. Sumber: Bengen, 2001

2.8. Kerusakan Ekosistem Mangrove