2.10.3 Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove
Menurut Wardojo 1992 partisipasi adalah keikutsertaan masyarakat baik dalam bentuk pernyataan maupun kegiatan. Keikutsertaan tersebut terbentuk
sebagai akibat terjadinya interaksi sosial antara individu atau kelompok masyarakat yang lain dalam pembangunan. Partisipasi masyarakat dalam
pembangunan merupakan kerjasama yang erat antara perencana dan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil
pembangunan yang telah dicapai. Tinggi rendahnya partisipasi masyarakat tidak hanya diukur dengan kemauan masyarakat untuk menanggung pembangunan,
biaya pembangunan, tetapi juga dengan ada tidaknya hak rakyat untuk ikut menentukan arah dan tujuan pembangunan di wilayah mereka. Ukuran lain yang
dipakai adalah ada tidaknya kemauan masyarakat untuk secara mandiri melestarikan dan mengembangkan hasil dari pembagunan.
Tulungen et al. 2003 berpendapat bahwa dalam mengembangkan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir berbasis masyarakat, rasa kepemilikan
dan tanggung jawab masyarakat terhadap sumberdaya pesisir mereka perlu dikembangkan. Pengalaman di berbagai negara menunjukkan bahwa sistem
pengelolaan yang sentralistik tidaklah efektif dalam mengelola sumberdaya pesisir pada suatu tatanan yang berkelanjutan. Kepemilikan dan tanggung jawab
masyarakat atas sumberdaya mereka sendiri. Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir berbasis masyarakat juga merupakan satu proses pemberdayaan
masyarakat pesisir secara politik dan secara ekonomi sehingga mereka dapat mempertegas haknya dan memperoleh akses yang benar dan kontrol dalam
pengelolaan atas sumberdaya pesisir mereka. Idealnya, prakarsa dan usaha menggerakkan proses ini haruslah datang dari masyarakat itu sendiri. Biasanya,
dengan kondisi masyarakat yang tidak berdaya, mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengawali suatu proses perubahan dari diri mereka sendiri.
Beberapa contoh pengelolaan sumberdaya pesisir berbasis masyarakat dapat dikenal di beberapa daerah di Indonesia seperti di beberapa desa pesisir di
Kabupaten Minahasa, yang telah mengembangkan rencana pengelolaan sumberdaya pesisir berbasis masyarakat, daerah perlindungan laut dan daerah
perlindungan mangrove, serta aturan-aturan tingkat desa tentang pengelolaan
sumberdaya pesisir. Contoh lain juga dapat dikenal melalui pengelolaan mangrove di Sinjai, Sulawesi Selatan.
2.11. Alternatif Pengelolaan Ekosistem Mangrove
Menurut Adrianto 2004 bahwa alternatif pengelolaan dapat diterapkan kepada ekosistem mangrove dengan mempertimbangkan karakteristik ekologi,
kemungkinan dan prioritas pembangunan, aspek teknis, politis dan sosial masyarakat di kawasan mangrove. Alternatif dapat berupa kawasan preservasi
hingga kawasan penggunaan ganda multiple uses yang mernberlikan ruang kepada pemanfaatan ekosistem mangrove untuk tujuan produktif. Contoh
alternatif pengelolaan ekosistem mangrove terlihat pada Tabel 2
Tabel 2. Contoh Beberapa Alternatif Pengelolaan Ekosistem Mangrove
Pilihan Pengelolaan Deskripsi
Kawasan lindung Larangan pemanfaatan produktif
Kawasan kehutanan subsistem Pengelolaan kawasan hutan
mangrove oleh masyarakat; pemanfaatan hutan mangrove oleh
masyarakat
Kawasan hutan komersial Pemanfaatan komersial produk hutan
mangrove Akua-silvikultur
Konversi sebagian kawasan hutan mangrove untuk kolam ikan
Budidaya perairan semi-intensif Konversi hutan mangrove untuk
budidaya perairan dengan teknologi semi intensif
Budidaya perairan intensif Konversi hutan mangrove untuk
budidaya perairan dengan teknologi intensif
Pemanfaatan hutan komersial dan Pemanfaatan ganda dengan tujuan
budidaya perairan semi intensif memaksimalkan manfaat dari hutan
mangrove dan perikanan Pemanfaatan ekosistem mangrove
Pemanfaatan ganda dengan tujuan subsisten dan budidaya perairan semi
memberikan manfaat mangrove intensif
kepada masyarakat lokal dan perikanan
Konversi ekosistem mangrove Konversi kawasan mangrove
menjadi peruntukan lain Sumber : Adrianto 2004.