Kritik Sosial dalam Cerpen a. Pengertian kritik sosial

commit to user Junus dalam Wiyatmi, 2006:101 membedakan sejumlah pendekatan sosiologi sastra ke dalam beberapa macam, yaitu: 1 sosiologi sastra yang mengkaji karya sastra sebagai dokumen sosial budaya, 2 sosiologi sastra yang mengkaji penghasilan dan pemasaran karya sastra, 3 sosiologi sastra yang mengkaji penerimaan masyarakat terhadap karya sastra seorang penulis tertentu dan apa sebabnya, 4 sosiologi sastra yang mengkaji pengaruh sosial budaya terhadap penciptaan karya sastra, 5 sosiologi sastra yang mengkaji mekanisme universal seni, termaksuk karya sastra, 6 strukturalisme genetik yang dikembangkan oleh Lucien Goldmann dari Perancis. Sosiologi sastra oleh Wellek dan Warren dalam Wiyatmi, 2005: 98 diklasifikasikan menjadi 3 tipe yaitu : sosiologi pengarang, sosiologi karya dan sosiologi pembaca. 1 sosiologi pengarang yaitu pendekatan yang menelaah mengenai latar belakang sosial, status sosial pengarang, dan ideologi pengarang yang terlihat dari berbagai kegiatan pengarang di luar karya sastra, 2 sosiologi karya yaitu pendekatan yang menelaah isi karya satra, tujuan, serta hal-hal yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah sosial, 3 sosiologi pembaca dan dampak sosial karya sastra yaitu pendekatan yang menelaah mengenai sejauh mana sastra ditentukan atau tergantung dari latar sosial, perubahan dan perkembangan sosial. Klasifikasi sosiologi sastra dari Wellek dan Warren inilah yang akan digunakan dalam penelitian skripsi tentang kritik sosial dan nilai pendidikan dalam kumpulan cerpen Emak Ingin Naik Haji karya Asma Nadia, yang menitikberatkan pada sastra yang mempermasalahkan karya sastra itu sendiri, yang menjadi pokok penelaahan adalah apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya.

3. Kritik Sosial dalam Cerpen a. Pengertian kritik sosial

Kata ‘kritik’ yang lazim kita pergunakan dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani krinein yang berarti ‘mengamati, membandingkan dan menimbang’. Dan kritik itu sendiri dapat didefinisikan sebagai pengamatan yang diteliti, perbandingan yang adil terhadap baik-buruknya kualitas nilai suatu kebenaran sesuatu Henry Guntur Tarigan, 1985: 187-188. Sedangkan menurut commit to user KBBI Hasan Alwi, 2001: 601 kritik adalah kecaman atau tanggapan, kadang- kadang disertai uraian dan pertimbangan baik-buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat dan sebagainya. Berdasarkan kedua pendapat tersebut bila dihubungkan dengan kritik terhadap suatu karya sastra ,kritik adalah tanggapan terhadap hasil pengamatan suatu karya sastra yang disertai uraian-uraian dan perbandingan- perbandingan tentang baik buruk hasil karya sastra tersebut. Kata sosial menurut KBBI Hasan Alwi, 2001: 1085 adalah berkenaan dengan masyarakat, suka memperhatikan kepentingan umum. Dari definisi ‘kritik’ dan ‘sosial’ tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud kritik sosial adalah tanggapan terhadap karya sastra yang berhubungan dengan masyarakat atau kepentingan umum yang disertai uraian-uraian dan perbandingan tentang baik buruk karya sastra tersebut. Ajib Rosidi dalam Henry Guntur Tarigan 1985: 175, mengatakan bahwa bentuk cerpen merupakan bentuk karya sastra yang digemari dalam dunia kesusastraan setelah perang dunia kedua. Bentuk ini tidak saja digemari pengarang yang dengan sependek itu bisa menulis dan mengutarakan kandungan pikiran yang dua puluh atau tiga puluh tahun sebelumnya barangkali menki dilahirkan dalam dalam sebuah roman, tetapi juga didiskusikan oleh para pembaca yang ingin menikmati hasil sastra dengan tidak usah mengorbankan terlalu banyak waktu. Dalam beberapa bagian saja dari satu jam seseorang bisa menikmati sebuah cerpen. Cerpen atau cerita pendek sebagai salah satu prosa fiksi merupakan hasil pengungkapan pengalaman kehidupan sastrawan yang bersumber dari realitas- realitas objektif yang ada dilingkungan sosial Andre Hardjana: 80. Banyaknya permasalahan pokok yang diangkat oleh pengarang melalui karya-karyanya menunjukkan betapa jelinya ia memotret berbagai gejolak yang ada di sekelilingnya. Pembaca yang kritis tentu tidak hanya memilih bacaan sastra yang murah, tetapi benar-benar memilih buku-buku yang dapat menambah wawasan hidupnya. Sastra bukanlah sesuatu yang otonom, berdiri sendiri, melainkan sesuatu yang terkait erat dengan situasi dan kondisi lingkungan tempat karya itu commit to user dilahirkan Jabrohim, 2001: 167. Seorang pengarang senantiasa dan niscaya hidup dalam ruang dan waktu tertentu. Ia senantiasa akan telibat dengan beraneka ragam permasalahan. Dalam bentuknya yang paling nyata ruang dan waktu tertentu itu adalah masyarakat atau sebuah kondisi sosial, tempat berbagai pranata nilai di dalamnya berinteraksi. Pernyataan di atas senada dengan apa yang diungkapkan Putu Arya Tirtawirya 1982: 83 bahwa renungan atas kehidupan merupakan suatu ciri khas yang senantiasa terdapat dalam karya sastra. Dengan demikian keadaan masyarakat di sekitar pengarang akan berpengaruh terhadap kreatifitas pengarang dalam menghasilkan karya sastra. Pengarang dalam menciptakan karya sastra mempunyai hak penuh untuk mengharapkan kebebasan dari masyarakat, namun masyarakat juga mempunyai alasan untuk mengharapkan rasa tanggung jawab sosial dari pengarang Sapardi Djoko Damono 1978: 54. Rasa tanggung jawab ini berupa rasa kritik atau protes, tidak untuk membuat ilusi tetapi untuk menghancurkannya. “Bagaimanapun sastra, secara tersurat maupun tersirat merupakan penilaian kritik terhadap jamannya” Sapardi Djoko Damono 1978:54. Menurut Saini K.M. 1994: 1-2 ada dua unsur yang diperlukan untuk terjelma apa yang biasa dinamakan kreatifitas. Kesadaran manusia, yaitu kepekaan pikiran, perasaan, dan hasratnya adalah unsur yang pertama; unsur kedua adalah realitas yaitu rangsangan-rangsangan, sentuhan-sentuhan dan masalah-masalah yang melingkupi serta menggiatkan kesadaran manusia itu. Dalam konfrontasinya dengan realitas, kesadaran manusia dapat mengambil dua pilihan alternatif, yaitu menolak atau menerima realita itu. Menolak berarti prihatin terhadapnya, menyanggah atau mengutuk. Ketiga keterarahan ini berada dalam lingkungan tindak protes atau kritik. Pengungkapan kreatifitas tersebut oleh Mursal Esten 2000: 10 disebut sebagai cipta rasa yang merupakan pernyataan hati nurani pengarang dan hati nurani masyarakat yang di dalamnya terdapat sikap, visi pandangan hidup, cita- cita, dan konsepsi dari pengarang. Mursal Esten 2000:10, selanjutnya commit to user mengatakan bahwa sebuah cipta rasa merupakan kritik terhadap kenyataan- kenyataan yang berlaku. Saini K.M. 1994: 3-4 mengemukakan adanya beberapa jenis protes dalam sastra sesuai dengan sisi-sisi realitas yang merangsangnya. Pengalaman pahit getir hubungan perorangan antara dua jenis kelamin berbeda menghasilkan begitu banyak karya sastra yang indah dalam sastra berbagai bangsa; di dalamnya termasuk protes yaitu protes pribadi. Lingkungan pergaulan yang lebih luas, misalnya pergaulan antar kelompok dalam masyarakat atau antar bangsa, dapat juga menimbulkan protes. Inilah yang biasa dimasukkan ke dalam protes sosial. Namun protes dalam arti berprihatin, menyanggah, berontak, mengutuk, tidak membatasi sasarannya hanya pada hubungan perorangan atau hubungan dengan Tuhan. Dominannya kritik atau protes sosial dalam sastra itu identik pula dengan dominannya masalah sosial dalam kehidupan atau lembaga di luar sastra. Menurut Burhan Nurgiyantoro 2000: 331, sastra yang mengandung pesan kritik atau disebut dengan sastra kritik, lahir di tengah-tengah masyarakat jika terjadi hal-hal yang kurang beres dalam kehidupan sosial dan masyarakat. Banyak karya sastra yang memperjuangkan nasib rakyat kecil yang menderita, nasib rakyat kecil yang perlu dibela, rakyat kecil yang dipermainkan oleh tangan-tangan kekuasaan. Berbagai penderitaan rakyat itu dapat berupa menjadi korban kesewenangan, penggusuran, penipuan atau selalu dipandang, diperlakukan atau diputuskan sebagai pihak yang selalu di bawah, kalah dan salah. Semua itu adalah hasil imajinasi pengarang yang telah merasa terlibat dan ingin memperjuangkan hal-hal yang diyakini kebenarannyalewat karya-karya yang dihasilkannya. Dengan adanya pengaruh lingkungan masyarakat terhadap hasil karya seorang pengarang, kebanyakan akan memunculkan kritik sosial terhadap ketimpangan yang terjadi dalam masyarakat. Nurgiyantoro 2000: 331 mengatakan sastra yang mengandung pesan kritik dapat disebut sebagai kritik- biasanya akan lahir di tengah masyarakat jika terjadi hal-hal yang kurang beres dalam kehidupan sosial dan masyarakat. Pengarang umumnya tampil sebagai pembela kebenaran dan keadilan, ataupun sifat-sifat luhur kemanusiaan yang lain. commit to user

b. Masalah Sosial sebagai Ekspresi Kritik Sosial