commit to user
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Cerpen
a. Pengertian Cerpen
Fiksi adalah sebuah dunia dalam kata yang di dalamnya tejadi kehidupan, yaitu kehidupan para tokoh dalam peristiwa-peristiwa tertentu Dresden dalam
Sayuti, 2000: 125. Karya sastra dalam hal ini fiksi lewat medium bahasa berbicara mengenai manusia dan kemanusiaan, sedangkan manusia tidak terlepas
dari keberadaannya sebagai makhluk sosial dan budaya. Pendapat tersebut sesuai dengan Wellek dan Warren 1992: 109 bahwa sastra menyajikan kehidupan dan
kehidupan itu sebagian besar terdiri atas kenyataan sosial. Cerpen adalah cerita fiksi bentuk prosa yang singkat, padat, yang unsur
ceritanya terpusat pada suatu peristiwa pokok sehingga jumlah dan pengembangan pelaku terbatas dan keseluruhan cerita memberikan kesan tunggal Jabrohim,
1995:165-166. Cerpen merupakan karya prosa fiksi yang dapat selesai dibaca dalam sekali duduk dan ceritanya cukup dapat membangkitkan efek tertentu
dalam diri pembaca. Cerpen menunjukkan kualitas yang bersifat compression atau pemadatan, concentration atau pemusatan, dan intensity atau pendalaman, yang
semuanya berkaitan dengan panjang cerita dan kualitas struktural yang disyaratkan oleh panjang cerita Sayuti, 2000: 10.
Edgar Allan Poe, seperti yang dikutip H.B. Jasin dalam Burhan Nurgiyantoro, 1995: 10 memberi pengertian bahwa cerpen adalah sebuah cerita
yang habis dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam, suatu hal yang tidak mungkin dilakukan untuk sebuah novel. Sesuai
perkembangannya, pembaca cerpen tidak perlu butuh waktu selama itu, cukup lima belas menit, bahkan kurang, untuk menyelesaikan satu cerpen yang terdapat
di dalam koran, majalah dll. Ismail Marahimin 2001: 113, menafsirkan cerpen sebagai cerita rekaan
yang lengkap self contained, tidak ada, tidak perlu ada, dan harus tidak ada
6
commit to user
tambahan. Dari pendapat itu, bisa dijelaskan lebih jauh bahwa cerpen merupakan kebulatan sebuah cerita rekaan yang dibangun ata unsure-unsur pembentuknya
dengan cara tidak berpanjang-lebar. Secara teknis Ismail Marahimin 2001:112 kembali menegaskan, di dalam
cerpen tidak banyak melibatkan tokoh, cukup satu saja, atau paling banyak empat. Itu pun tidak seluruh kepribadian tokoh diungkapkan. Fokus, atau perhatian dalam
cerpen itu hanya satu. Sementara konflik itu juga hanya satu. Ketika cerita dimulai, konflik itu sudah hadir disitu. Tinggal kemudian bagaimana seorang
cerpenis menyelesaikannya. Sejalan dengan Ismail, Ajip Rosidi dalam Henry Guntur Tarigan, 1993:
176 menyampaikan cerpen adalah cerita pendek dan merupakan kebulatan ide. Dalam kesingkatan dan kepadatannya itu, sebuah cerpen adalah lengkap, bulat,
dan singkat. Selanjutnya, sastrawan ini juga menyampaikan, semua bagian dari sebuah cerpen mesti terikat paa kesatuan jiwa: pendek, padat, lengkap. Tak ada
bagian-bagian yang boleh dikatakan “lebih” dan bisa dibuang. Cerpen tidak lain sebuah kebulatan ide yang ditransformasikan melalui
narasi fiktif. Kebulatan ide tersebut dieksplorasikan melalui unsur-unsur intrinsik cerita. Selain cerpen tidaklah cerita panjang seperti novel. Ukuran cerpen, sekali
lagi pendek, padat tetapi lengkap. Dari berbagai pendapat tersebut di atas bisa disimpulkan bahwa cerpen
termasuk jenis karya sastra, sifatnya fiktif, merupakan kebulatan ide, dan ditampilkan secara lengkap dengan narasi yang relatif pendek serta terfokuskan
pada satu persoalan konflik. Selain itu cerpen lahir sebagai pengembaraan pengalaman pengarangnya dan merupakan pernyataan sikap terhadap kehidupan.
Secara rinci Mochtar Lubis 1997: 93 menyebutkan kriteria yang terdapat dalam cerita pendek. Kriteria yang disampaikannya itu adalah sebagai berikut; 1
cerpen mengandung intepretasi pengarang tentang konsepsinya mengenai penghidupan, baik secara langsung atau tidak langsung, 2 cerpen harus
menimbulkan hempasan pikiran pembaca, 3 cerpen harus menimbulkan perasaan pada pembaca, 4 cerpen mengandung insiden-insiden yang dipilih secara sengaja,
dan yang bisa menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dalam diri pembaca, 5 cerpen
commit to user
harus mengandung insiden utama yang menguasai jalan cerita, 6 cerpen harus mempunyai pelaku utama, 7 jalan cerita padat,8 hingga tercipta satu ”efek” atau
kesan.
c. Perbedaan Cerpen dengan Karya Sastra yang Lain