9. Dermatografisme adalah gambaran yang tampak pada kulit yang timbul akibat goresan pada kulit yang ditandai dengan adanya garis putih pada
kulit yang terkena goresan tersebut.
18
3.12 Pengolahan dan Analisis Data
Data dianalisis dengan uji chi-square dan fisher exact untuk melihat hubungan penyakit alergi dan atopi dengan leukemia. Analisis multivariat
dengan menggunakan uji regresi logistik berganda dengan mencari Odds Ratio OR untuk mengetahui faktor risiko atau protektif. Pengolahan data
dilakukan dengan perangkat SPSS versi 15 dengan tingkat kemaknaan P 0.05 dan interval kepercayaan IK 95 .
Universitas Sumatera Utara
BAB 4. HASIL
Data Demografik dan Karakteristik Subyek
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit H. Adam Malik Medan, dimana anak dengan penyakit leukemia dikelompokkan sebagai kasus dan anak
tanpa leukemia dikelompokkan sebagai kontrol yang disesuaikan usia dan jenis kelamin dengan kasus.
Penelitian dilakukan selama 2 bulan yaitu pada bulan November 2013 dan bulan Februari 2014. Dibagikan kuesioner dan dilakukan pemeriksaan uji
tusuk kulit terhadap 35 orang anak leukemia yang terdiri dari 12 orang AML, 5 orang CML dan 18 orang ALL dan 35 orang anak tanpa leukemia sebagai
kontrol.
32
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Karakteristik subyek penelitian
Karateristik Leukemia n = 35
Kontrol n = 35
Umur, rerata SB, tahun 9.4 4.83
9.6 4.74 Jenis kelamin, n
Laki-laki 19
19 Perempuan
16 16
BB, rerataSB, kg 28.1 13.14
32.4 15.38 TB, rerata SB, cm
128 23.76 130.9 25.54
Jumlah saudara kandung, Rerata SB, orang
2.7 1.86 2.3 1.45
Anak ke, n 1
10 14
2 12
8 3
3 5
4 10
8 Tipe Leukemia, n
ALL 18
- AML
12 -
CML 5
- Penyakit alergi, n
Asma bronkial 3
Rinitis alergik 1
7 Dermatitis atopik
1 Atopi, n
13 31
Mean ± SB
Tabel 4.1 menunjukkan karakteristik subyek penelitian yang terdiri dari rerata umur kelompok subyek dengan leukemia dalam penelitian ini adalah
9.4 tahun SB= 4.83 tahun dan pada kelompok kontrol 9.6 tahun SB= 4.74 tahun. Rerata BB kelompok anak dengan leukemia adalah 28.1kg
sedangkan pada kelompok kontrol 32,4 kg. Rerata tinggi badan pada
Universitas Sumatera Utara
kelompok anak dengan leukemia adalah 128 cm dan kelompok kontrol 130,9 cm. Pada anak leukemia terdapat 1 orang dengan rhinitis alergik dan 13
orang dengan atopi. pada kelompok kontrol dengan asma bronkial 3 orang, rhinitis alergik 7 orang, dermatitis atopik 1 orang dan atopi 31 orang.
Tabel 4.2 Hubungan Penyakit Alergi dan Atopi dengan Leukemia
Variabel Leukemia
n = 35 Kontrol
n = 35 OR
IK 95
Penyakit Alergi Ya
1 9
0.085 0.01-0.714
Tidak 34
26 Atopi
Ya 13
31 0.349
0.215-0.567 Tidak
22 4
Chi -square
Tabel 4.2 menunjukkan 1 orang anak leukemia yang menderita penyakit alergi dan 13 anak leukemia dengan atopi, sedangkan pada
kelompok kontrol terdapat 9 anak menderita penyakit alergi dan 31 anak dengan atopi. Hasil analisis menggunakan uji chi-square terdapat hubungan
yang bermakna antara penyakit alergi dengan leukemia dengan nilai OR= 0.085 dan IK= 0.01-0.714. Terdapat hubungan yang bermakna antara atopi
dengan leukemia, dimana nilai OR= 0.349 dan IK= 0.215-0.567.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Hubungan Jenis Penyakit Alergi dengan Leukemia
Penyakit alergi Leukemia
n = 35 Kontrol
n = 35 OR
IK 95
Asma bronkial Ya
3 2.094
1.630 – 2.690 Tidak
35 32
Rinitis alergik Ya
1 7
0.118 0.014 – 1.014
Tidak 34
28 Dermatitis
atopik Ya
1 2.029
1.597 – 2.578 Tidak
35 34
Fisher Exact
Tabel 4.3 menunjukkan seluruh penderita leukemia tidak ada yang memiliki riwayat asma bronkial dan dermatitis atopik, hanya terdapat seorang
anak leukemia dengan riwayat rinitis alergik. Hasil analisa dengan menggunakan uji Fisher Exact dari ketiga jenis penyakit alergi tidak ada yang
berhubungan bermakna dengan leukemia dengan nilai OR= 2.094 dan IK= 1.630-2.690 untuk hubungan asma bronkial dengan leukemia, hubungan
rinitis alergik dengan leukemia nilai OR= 0.118 dan IK= 0.014-1.014, sedangkan hubungan dermatitis atopik dengan leukemia nilai OR= 2.029 dan
IK= 1.597-2.578.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1 Grafik histogram persentase hasil skin prick test Persentase hasil skin prick test pada kelompok leukemia dengan hasil positif
yang terbanyak pada alergen udang dan kepiting, sedangkan kelompok kontrol skin prick test positif terbanyak pada alergen udang, coklat, kacang
tanah, putih telur ayam dan jamur.
5,7 5,7
17,1 22,9
2,9 2,9
5,7 5,7
5,7 2,9
20 8,6
14,3 45,7
17,1 17,1
28,6 28,6
22,9 28,6
10 20
30 40
50 House Dust
Mites Chicken Feather
Crabs Shrimps
Cows Milk Chicken
Chocolate Peanuts
Chicken Egg White
Yeast
Control Leukemia
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 Hubungan Tipe Penyakit Alergi dan Atopi dengan Leukemia
Variabel OR
IK 95
Asma bronkial 0.000
0.000 - . Rinitis alergik
0.200 0.018 - 2.283
Dermatitis atopik 0.000
0.0001 - . Atopi
0.097 0.026 – 0.359
Tabel 4.4 menunjukkan hasil analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik antara variabel asma bronkial, rinitis alergik, dermatitis atopik
dan atopi terhadap leukemia. Dari ke empat variabel hanya atopi yang menunjukkan hubungan yang bermakna terhadap leukemia dengan nilai OR
=0.097 dengan IK = 0.026-0.359, nilai OR yang kurang dari 1 menunjukkan bahwa atopi pada anak memiliki faktor protektif terhadap terjadinya penyakit
leukemia .
Universitas Sumatera Utara
BAB 5. PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan pada 35 orang anak leukemia sebagai kasus yang berusia 3 sampai 17 tahun dan 35 anak tanpa leukemia sebagai kontrol yang
disesuaikan usia dan jenis kelaminnya dengan kasus. Berdasarkan karakteristik subyek pada penelitian ini mengenai berat badan, tinggi badan,
jumlah saudara kandung serta urutan kelahiran tidak jauh perbedaan antara kasus dan kontrol. Tipe leukemia yang diamati pada penelitian ini terdiri dari
ALL sebanyak 18 orang, AML 12 orang dan CML 5 orang, dengan tipe yang terbanyak yaitu tipe ALL.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya dimana populasi kontrol disesuaikan usia dan jenis kelamin dengan kasus. Data yang
diperoleh dari kuesioner didapatkan 634 anak dengan ALL, 86 anak AML dan 1494 anak sebagai kontrol. Terdapat hubungan antara ALL dan urutan
kelahiran, infeksi berulang, terpapar dengan hewan ternak dan pertanian yang berulang diawal kehidupan dan riwayat asma atau eksim.
6
Variasi dalam interaksi gen dengan infeksi yang terpapar dengan lingkungan pada
masa bayi atau tahap awal kehidupan yang menentukan respons imun ditahap kehidupan selanjutnya.
Beberapa faktor yang berhubungan dengan sistem imun pada leukemia termasuk terpapar hewan peliharaan dan
peternakan, urutan kelahiran dan jumlah saudara kandung.
24
38
Universitas Sumatera Utara
Pada penelitian ini digunakan kuesioner ISAAC untuk mencari manifestasi penyakit alergi dan dilakukan skin prick test untuk menilai atopi.
Terdapat 1 orang anak leukemia dengan penyakit alergi dan 13 anak leukemia dengan atopi, sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 9 anak
dengan penyakit alergi dan 31 anak dengan atopi. Hasil analisis menggunakan uji chi-square terdapat hubungan yang bermakna antara
penyakit alergi dengan leukemia dengan nilai OR= 0.085 dan IK= 0.01-0.714. Terdapat juga hubungan yang bermakna antara atopi dengan leukemia,
dimana nilai OR= 0.349 dan IK= 0.215-0.567. Hasil skin prick test yang positif dengan jumlah terbanyak pada alergen udang dan kepiting pada anak
leukemia, sedangkan kelompok kontrol jumlah alergen terbanyak udang, coklat, kacang tanah, putih telur ayam dan jamur.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya, dimana persentase alergi meningkat pada kelompok kontrol dan sebaliknya
persentase alergi menurun pada kasus leukemia.
33,34
Hasil penelitian sebelumnya dengan menggunakan data yang diambil dari catatan medis,
terdapat atopi sebelum anak menderita leukemia secara bermakna dihubungkan dengan ALL. Hubungan yang bermakna juga ditemukan pada
atopi atau eksim dan asma bronkial setelah menderita leukemia.
9
Pada penelitian menunjukkan seluruh penderita leukemia hanya terdapat seorang anak leukemia dengan riwayat rinitis alergik, sedangkan
riwayat asma bronkial dan dermatitis atopik tidak dijumpai. Hasil analisa
Universitas Sumatera Utara
dengan menggunakan uji Fisher Exact dari ketiga penyakit alergi tidak ada yang berhubungan bermakna dengan leukemia dengan nilai OR= 2.094 dan
IK= 1.630-2.690 untuk hubungan asma bronkial dengan leukemia, hubungan rinitis alergik dengan leukemia nilai OR= 0.118 dan IK= 0.014-1.014,
sedangkan hubungan dermatitis atopik dengan leukemia nilai OR= 2.029 dan IK= 1.597-2.578. Pada penelitian ini terdapat 2 orang anak kelompok kontrol
yang memiliki lebih dari 1 jenis manifestasi alergi, sedangkan pada anak leukemia hanya terdapat 1 jenis manifestasi alergi.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan beberapa penelitian sebelumnya, dimana 846 anak dengan ALL dan 3.374 anak pada kelompok
kontrol usia lebih dari 1 tahun dan kurang dari 10 tahun, mayoritas anak di diagnosis dengan ALL pada usia 2 – 6 tahun. Peningkatan risiko ALL
berhubungan dengan jumlah alergi dan jenis alergi yaitu rinitis alergik, asma dan urtikaria.
34
Penelitian lain juga menilai hubungan penyakit alergi dengan leukemia, dimana penyakit alergi yang dianalisis adalah asma, rinitis alergik,
alergi makanan atau obat dan eksim, dimana lebih dari satu penyakit alergi dihubungkan dengan risiko leukemia. Risiko leukemia menurun jika anak
mengalami dua atau lebih penyakit alergi, untuk semua kelompok umur dan tipe leukemia. Secara umum risiko leukemia menurun pada anak yang
memiliki satu atau lebih penyakit alergi dan jumlah saudara kandung.
10
Penelitian sebelumnya menilai semua tipe leukemia dengan riwayat alergi dihubungkan dengan penurunan risiko terjadinya leukemia, namun tidak
Universitas Sumatera Utara
ditemukan hubungan mengenai jenis alergi dengan tipe leukemia.
12
Hasil analisis multivariat pada penelitian ini dengan penilaian beberapa variabel yang dinilai yaitu asma bronkial, rinitis alergik, dermatitis atopik dan
atopi dengan leukemia, hanya atopi yang menunjukkan hubungan yang bermakna dengan leukemia OR=0.097, IK95=0.026 - 0.359. Menunjukkan
bahwa atopi memiliki faktor protektif terjadinya penyakit leukemia. Penelitian ini sesuai dengan beberapa penelitian sebelumnya,
menunjukkan hubungan terbalik antara atopi dan ALL di masa kanak-kanak, sedangkan peluang atopi 31 lebih rendah pada kasus dari pada kelompok
kontrol dan 21 lebih rendah untuk asma, 26 lebih rendah untuk eksim, 45 lebih rendah untuk rinitis alergik.
11
Prevalensi atopi menurun secara bermakna pada leukemia tipe ALL dan menunjukkan bahwa riwayat atopi
adalah pelindung terhadap pengembangan ALL.
35
Satu studi lain telah membahas masalah ini dengan menggunakan skala besar case-control
ditemukan penurunan risiko ALL untuk anak dengan asma, rinitis alergik, alergi makanan atau obat dan eksim tetapi tidak sepenuhnya sesuai dengan
hasil penelitian kita saat ini. Hubungan antara atopi dan risiko ALL sedikit lemah, dimana prevalensi atopi antara kelompok kasus leukemia menurun
dengan periode waktu antara tanggal diagnosis dan tanggal kuesioner; dengan prevalensi masing-masing adalah 9.4, 6.2, 6.0 dan 2.8 untuk
periode waktu. Penurunan ini tidak dapat dijelaskan oleh distribusi usia yang berbeda dari kasus ataupun oleh perubahan umum dalam prevalensi alergi
Universitas Sumatera Utara
selama seluruh periode penelitian.
8
Penelitian case control sebelumnya didapatkan tidak terdapat bukti yang mendukung efek perlindungan dari riwayat alergi tertentu pada risiko
untuk ALL atau AML dan tidak terdapat hubungan antara riwayat asma, eksim, atau psoriasis dengan risiko AML.
36
Efek protektif sangat kecil untuk masing-masing penyakit alergi dengan satu manifestasi alergi berhubungan
dengan CLL dibandingkan dengan dua manifestasi alergi dan tiga manifestasi alergi atau lebih.
37
Hasil penelitian sebelumnya juga menunjukkan alergi dapat melindungi terjadinya leukemia akut dan penyakit alergi pada
anak dan kedua orangtua mempunyai hubungan yang bermakna, namun alergi pada ayah tidak berhubungan secara statistik.
38,39
Pada penelitian ini tidak dinilai hubungan antara leukemia dengan riwayat alergi pada keluarga. Kuesioner dan uji tusuk kulit tidak dilakukan
pada kedua orangtua dan saudara kandung, sehingga tidak diketahui risiko alergi pada anak leukemia maupun kelompok kontrol.
Keterbatasan studi ini dengan menggunakan jumlah sampel yang kecil menggunakan desain case-control yang tidak dapat menyimpulkan kausalitas
dan menganalisis lama atau besarnya faktor protektif penyakit alergi dan atopi dengan terjadinya leukemia. Selain itu sulit diketahui terjadinya alergi
mendahului leukemia atau leukemia yang mendahului alergi. Keterbatasan lainnya dari penelitian ini menggunakan metode kuesioner dalam
menegakkan diagnosis asma bronkial, rinitis alergik, dan dermatitis atopik
Universitas Sumatera Utara
yang kemungkinan memiliki recall bias lebih besar. Meskipun demikian, penelitian ini menggunakan terjemahan kuesioner ISAAC yang telah
divalidasi dan distandarisasi untuk digunakan pada penelitian epidemiologi di seluruh dunia.
21
Universitas Sumatera Utara
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan