BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang, mengikuti pertumbuhan pendapatan nasional, akan membawa suatu perubahan mendasar
dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional dengan pertanian sebagai sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor
nonprimer, khususnya industri manufaktur dengan increasing returns to scale relasi positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas
yang dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Ada kecenderungan, atau dapat dilihat sebagai suatu hipotesis, bahwa semakin
tinggi laju pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun yang membuat semakin tinggi atau semakin cepat proses peningkatan pendapatan masayarakat per
kapita, semakin cepat perubahan struktur ekonomi, dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lain mendukung proses tersebut, seperti tenaga kerja,
bahan baku dan teknologi tersedia Tambunan, 2001. Menurut Kuznets perubahan struktur ekonomi dalam proses
pembangunan tidak hanya dapat dilihat dari perubahan persentase tenaga kerja yang bekerja diberbagai sektor tetapi juga dapat dilihat dari perubahan
sumbangan berbagai sektor kepada produksi nasional dalam proses pembangunan ekonomi Sukirno, 2006.
Perubahan struktur ekonomi, umum disebut transformasi struktural, menurut Kuznets dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian perubahan yang
Universitas Sumatera Utara
saling terkait satu dengan lainnya dalam komposisi permintaan agregat, perdagangan luar negeri ekspor dan impor, penawaran agregat produksi dan
penggunaan faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal yang diperlukan guna mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan. Teori perubahan struktural menitikberatkan pembahasan pada
mekanisme transformasi ekonomi yang dialami oleh negara-negara kurang maju LDCs, yang semula lebih bersifat subsisten dan menitikberatkan pada
sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang lebih modern, yang didominasi oleh sektor-sektor nonprimer khususnya industri dan jasa. Ada dua
teori utama yang umum digunakan dalam penganalisis perubahan struktur ekonomi, yakni dari Arthur Lewis teori migrasi, dan Hollis Chenery teori
transformasi struktural. Teori Arthur Lewis pada dasarnya membahas proses pembangunan ekonomi yang terjadi di daerah pedesaan rural dan daerah
perkotaan urban. Dalam teorinya, Lewis mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu
perekonomian tradisional di pedesaan yang didominasi oleh sektor pertanian dan perekonomian modern di perkotaan dengan industri sebagai sektor utama.
Di pedesaan, karena pertumbuhan penduduknya tinggi maka terjadi kelebihan suplai tenaga kerja, dan tingkat hidup masyarakatnya berada pada kondisi
subsisten akibat perekonomian yang sifatnya juga subsisten. Sebaliknya, diperkotaan, sektor industri mengalami kekurangan tenaga kerja. Sesuai
perilaku rasional pengusaha, yakni mencari keuntungan maksimal, kondisi
Universitas Sumatera Utara
pasar buruh seperti ini membuat produktivitas tenaga kerja sangat tinggi. Sesuai hukum pasar, tingginya produktivitas membuat tingkat upah riil per
pekerja di sektor perkotaan tersebut juga tinggi. Kerangka pemikiran teori Chenery pada dasarnya sama seperti model
Lewis. Teori Chenery, dikenal dengan teori pattern of development, memfokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan
ekonomi di negara-negara kurang maju LDCs, yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional subsisten ke sektor industri sebagai mesin utama
pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian empiris yang dilakukan oleh Chenery dan Syrquin 1975 mengidentifikasi bahwa sejalan dengan peningkatan
pendapatan masyarakat per kapita yang membawa perubahan dalam pola permintaan konsumer dari penekanan pada makanan dan barang-barang
kebutuhan pokok lain ke berbagai macam barang-barang manufaktur dan jasa, akumulasi kapital fisik dan manusia SDM, perkembangan kota-kota dan
industri-industri di urban bersamaan dengan proses migrasi penduduk dari pedesaan ke perkotaan, dan penurunan laju pertumbuhan penduduk dan family
size yang semakin kecil, struktur perekonomian suatu negara bergeser dari yang semula didominasi oleh sektor pertanian atau sektor pertambangan
menuju ke sektor-sektor nonprimer, khususnya industri Tambunan, 2001. Menurut Chenery dan Syrquin Sukirno, 2006 mengemukakan bahwa
perubahan-perubahan dalam struktur perekonomian yang berlaku dalam proses pembangunan negara berkembang dapat dibedakan menjadi 3
golongan, yaitu: i perubahan dalam struktur ekonomi yang dipandang
Universitas Sumatera Utara
sebagai perubahan dalam proses akumulasi; ii perubahan dalam struktur ekonomi yang dipandang sebagai perubahan dalam proses alokasi sumber
daya resources; dan iii perubahan dalam struktur ekonomi yang dipandang sebagai perubahan dalam proses demografis dan distribusi.
Perubahan struktural atau transformasi perekonomian suatu negara atau daerah dalam Sirojuzilam dan Kasyful Mahalli 2010 adalah perubahan
dari sistem sekonomi tradisional ke sistem modern, atau perubahan struktur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor industri kemudian dari sektor industri
ke sektor jasa-jasa. Perubahan struktural ini melibatkan seluruh fungsi ekonomi termasuk transformasi produksi dan perubahan dalam komposisi
permintaan konsumen, perdagangan internasional dan sumber daya serta perubahan faktor-faktor sosio ekonomi serta urbanisasi, pertumbuhan dan
distribusi penduduk. Dalam konteks perubahan struktural di atas ada satu tahap yang
dikenal dengan era tinggal landas. Dalam era tinggal landas transformasi struktural terjadi secara otomatis dengan pertumbuhan ekonomi berjalan
secara berkelanjutan suistanable. Perubahan struktur ekonomi juga terjadi dalam bentuk perubahan
pangsa share relatif dari sektor primer, sektor sekunder dan sektor tertier dalam PDRB, kesempatan kerja dan ekspor impor. Perubahan struktur ekonomi
atau transformasi struktural ditandai dengan beberapa ciri-ciri, yaitu: 1.
Pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari pada pertumbuhan penduduk. 2.
Share sektor primer menurun.
Universitas Sumatera Utara
3. Share sektor sekunder meningkat, sedangkan share sektor jasa relatif
konstan. 4.
Konsumsi pangan menurun, ini dikenal sebagai “Engel’s Law”, implikasinya adalah diisi produksi, peran sektor primer berkurang dan
diisi permintaan peran faktor konsumsi berkurang, sedangkan sektor industri dan investasi meningkat Sirojuzilam dan Kasyful Mahalli, 2010.
Yang dimaksudkan dengan sektor primer adalah kegiatan ekonomi dalam bidang pertanian, kehutanan, perikanan, dan pertambangan. Termasuk
dalam sektor sekunder adalah industri-industri pengolahan, industri air dan listrik, dan industri bangunan. Sektor tertier meliputi kegiatan dalam bidang
pengangkutan dan perhubungan, pemerintahan, perdagangan dan jasa-jasa perorangan Sukirno, 2006.
Implikasi dari perbedaan perubahan struktur PDRB dan tenaga kerja menyebabkan terjadinya pergeseran dalam indeks produktivitas relatif
Rahardjo, 1984. Pergeseran dalam indeks produktivitas relatif sektor primer, sekunder, dan tersier Pematang Siantar dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 1.1 Perkembangan Indeks Produktivitas Relatif Sektor-sektor Ekonomi tahun
2004 dan 2010 Kota Pematang Siantar
Tahun Sektor
2004 2010
PDRB TK
IPR PDRB
TK IPR
1. Primer
4,31 3,41
1,26 2,74
8,63 0,32
2. Sekunder
35,47 16,02
2,21 28,68
13,50 2,12
3. Tersier
60,20 80,57
0,75 68,57
77,87 0,88
Sumber : BPS Kota Pematang Siantar Data Diolah
Universitas Sumatera Utara
Catatan: 1.
PDRB = Produk Domestik Regional Bruto dalam persen 2.
TK = Tenaga Kerja dalam persen
3. IPR = Indeks Produktivitas Relatif dalam persen
IPR = Persen sumbangan sektor terhadap PDRB
Persen sektor terhadap Tenaga Kerja Pada tahun 2004, IPR sektor primer adalah sebesar 1,26 , yang pada
tahun 2010 merosot menjadi 0,32 , sektor sekunder yang pada tahun 2004 sebesar 2,21 juga merosot menjadi 2,12 pada tahun 2010 dan IPR sektor
tersier naik pada tahun 2004 sebesar 0,75 menjadi 0,88 pada tahun 2010. Dalam pergeseran itu IPR sektor tersier tidak saja menjadi jauh lebih besar
pada tahun 2010, tetapi juga terbesar di antara ketiga sektor. Ini menjelaskan bahwa ketika sumbangan PDRB sektor primer telah merosot dari 4,31
menjadi 2,74 pada tahun 2010, tetapi mereka yang bekerja di sektor primer mengalami kenaikan dari 3,41 menjadi 8,63 . Sebaliknya, ketika PDRB
sektor tersier telah meningkat dari 60,20 menjadi 68,57 , terjadi penurunan pada tenaga kerja yaitu pada tahun 2004 sebesar 80,57 menjadi 77,87
pada tahun 2010. Disini kita melihat pula bahwa sumbangan sektor sekunder tidak meningkat selama periode tersebut bahkan mengalami penurunan baik
sumbangan PDRB maupun tenaga kerja. Jadi mereka yang tergeser dan lari dari sektor sekunder ternyata tidak bekerja atau ditampung di sektor tersier,
melainkan ke sektor primer. Berdasarkan Indeks Produktivitas Relatif IPR, pada Kota Pematang
Siantar terjadi pergeseran terhadap kontribusi terhadap PDRB dan tenaga kerja pada masing-masing sektor ekonomi baik penurunan maupun peningkatan.
Menurut Rahardjo 1984, perubahan struktural mempunyai tiga wajah.
Universitas Sumatera Utara
Pertama, sumbangan suatu sektor secara relatif akan merosot, sedangkan sektor lain semakin besar peranannya dalam produksi nasional. Kedua, mereka
yang bekerja di suatu sektor, secara absolut jumlahnya bisa saja meningkat, namun persentasenya dalam jumlah lapangan kerja keseluruhan, akan makin
kecil. Sebaliknya, bagian yang bekerja di sektor-sektor lainnya akan meningkat. Dan ketiga, sifat produksi di semua bidang akan juga berubah
sifatnya. Berdasarkan pernyataan Rahardjo, Kota Pematang Siantar mengalami
perubahan struktural pada sektor ekonominya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.1 dimana sektor yang mengalami penurunan kontribusinya terhadap PDRB
seperti sektor primer dan sekunder, dan pada sektor yang lain mengalami peningkatan seperti sektor tersier. Pada sektor ekonomi yang mengalami
peningkatan kontribusi terhadap PDRB Kota Pematang Siantar yaitu sektor tersier ternyata tidak diikuti dengan peningkatan kontribusi terhadap tenaga
kerja Kota Pematang Siantar, sebaliknya mengalami penurunan, tetapi pada sektor tersebut mengalami peningkatan produktivitas. Pada sektor ekonomi
yang mengalami penurunan kontribusi terhadap PDRB Kota Pematang Siantar yaitu sektor primer ternyata tidak diikuti dengan penurunan kontribusi terhadap
tenaga kerja Kota Pematang Siantar, sebaliknya mengalami peningkatan, tetapi pada sektor primer terjadi penurunan produktivitas. Hal yang berbeda juga
terjadi pada sektor sekunder, dimana pada sektor tersebut terjadi penurunan kontribusi terhadap PDRB Kota Pematang Siantar ternyata juga diikuti dengan
Universitas Sumatera Utara
penurunan kontribusi terhadap tenaga kerja, dan juga diikuti dengan penurunan produktivitas.
Berdasarkan uraian diatas, terjadi fenomena yang berbeda pada masing-masing sektor ekonomi di Kota Pematang Siantar. Untuk itu penulis
tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan analisis
shift share pergesaran pangsa dalam bentuk skripsi dengan judul “ Analisis Transformasi Struktural Perekonomian di Kota Pematang Siantar “.
1.2. Perumusan Masalah