Pengaruh Variasi Campuran Kadar Aspal dan Kadar Filler Abu Vulkanik terhadap Stabilitas

commit to user 83

4.4.1. Pengaruh Variasi Campuran Kadar Aspal dan Kadar Filler Abu Vulkanik terhadap Stabilitas

Grafik hubungan antara stabilitas dengan kadar aspal pada campuran HRS kadar filler abu vulkanik dapat dilihat pada Gambar 4.1. Gambar 4.1. Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Stabilitas menggunakan Filler Abu Vulkanik Merapi Stabilitas adalah kemampuan lapisan perkerasan menerima beban yang bekerja tanpa perubahan bentuk. Nilai stabilitas juga menunjukkan besarnya kemampuan perkerasan untuk menahan deformasi akibat beban lalu lintas yang bekerja. Dari nilai stabilitas yang didapat dari berbagai campuran kadar aspal dan variasi kadar filler abu vulkanik diatas menunjukan bahwa dengan penambahan kadar aspal akan menaikkan nilai stabilitasnya namun stabilitas akan turun jika sudah mencapai nilai kadar aspal optimum dan akan terus menurun seiring penambahan kadar aspal hal ini dikarenakan campuran yang mengandung kadar aspal yang berlebih akan mengalami bleeding sehingga kemampuan perkerasan jalan dalam menerima beban lalu lintas akan turun. y = -1172.x 2 + 16320x - 56107 R² = 0.910 y = -1013.x 2 + 14132x - 48544 R² = 0.833 y = -1035.x 2 + 14448x - 49626 R² = 0.792 y = -998x 2 + 13949x - 47962 R² = 0.714 y = -1009.x 2 + 14134x - 48684 R² = 0.749 300 400 500 600 700 800 900 6.5 6.75 7 7.25 7.5 S tab il itas k g Kadar Aspal Abu Vulkanik 0 Abu Vulkanik 25 Abu Vulkanik 50 Abu Vulkanik 75 Abu Vulkanik 100 commit to user 84 Contoh perhitungan regresi polynomial untuk kadar campuran aspal 6,5 dengan menggunakan filler abu vulkanik 0 adalah sebagai berikut : y = -1172x 2 + 16320x - 56107 y 2 = 0 0 = -2344 x + 16320 2234 x = 16320 X = 6,96 Jadi kadar aspal optimum adalah 6,96 dari berat total campuran. y = -1172x 2 + 16320x - 56107 Stabilitas = -1172 6,96 2 + 16320 6,96 – 56107 = 706,65 kg Untuk kadar aspal optimum pada campuran aspal dengan menggunakan filler abu vulkanik dan nilai Marshall properties yang lain dihitung seperti contoh diatas dan dapat dilihat Tabel 4.26. Sehingga diperoleh kadar aspal optimum untuk campuran dengan kadar filler abu vulkanik 0 terletak pada 6,96 , untuk campuran dengan kadar filler abu vulkanik 25 terletak pada 6,98 , untuk campuran dengan kadar filler abu vulkanik 500 terletak pada 6,98 , untuk campuran dengan kadar filler abu vulkanik 75 terletak pada 6,99 , untuk campuran dengan kadar filler abu vulkanik 100 terletak pada 7,00 . Dari Gambar 4.3 di atas menunjukkan bahwa penggunaan perbedaan campuran aspal memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap nilai stabilitas campuran. Dengan memasukkan nilai kadar aspal optimum sebesar 6,96 ; 6,98 ; 6,98 ; 6,99 dan 7,00 diperoleh nilai stabilitas untuk campuran HRS-WC menggunakan filler abu vulkanik 0 mempunyai nilai stabilitas yang kecil yaitu sebesar 706,65 kg, sedangkan untuk campuran HRS-WC yang menggunakan filler abu vulkanik 25 mempunyai nilai stabilitas yang lebih besar yaitu sebesar 743,62 kg, untuk campuran HRS-WC yang menggunakan filler abu vulkanik 50 mempunyai nilai stabilitas sebesar 795,43 kg, untuk campuran HRS-WC yang menggunakan filler abu vulkanik 75 mempunyai nilai stabilitas sebesar 779,13 kg, untuk campuran HRS-WC yang menggunakan filler abu vulkanik 100 commit to user 85 mempunyai nilai stabilitas sebesar 813,02 kg. Semakin tinggi kadar filler abu vulkanik maka nilai stabilitas akan semakin naik. Spesifikasi Bina Marga untuk stabilitas adalah minimal 800 kg. Berdasarkan spesifikasi tersebut maka nilai stabilitas untuk campuran dengan kadar abu vulkanik 100 memenuhi syarat Bina Marga sehingga penggantian abu batu dengan abu vulkanik dapat digunakan. Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya oleh Jamil A. Naji dan Ibrahim M. Asi dengan menggunakan filler abu vulkanik di Yaman, didapat bahwa hanya dengan penggantian kadar filler sebesar 10 telah mencapai hasil yang optimal. Perbedaan kadar filler yang sangat mencolok pada kedua penelitian di atas disebabkan karena perbedaan keadaan alam pada kedua daerah asal penghasil abu vulkanik. Penelitian yang pertama, abu vulkanik yang digunakan adalah abu vulkanik yang berasal dari pegunungan di Yaman. Iklim yang cukup ekstrim dibandingkan dengan di Indonesia akan mempengaruhi keadaan alam sehingga menyebabkan perbedaan unsur pembentuk kandungan kimia abu vulkanik. Hal ini bisa saja disebabkan karena kandungan silika abu vulkanik Yaman lebih besar daripada abu vulkanik Merapi. Sehingga hanya dengan kadar 10 saja sudah memberikan hasil yang optimal dibanding pada penelitian ini. commit to user 86

4.4.2. Pengaruh Variasi Campuran Kadar Aspal dan Kadar Filler Abu Vulkanik terhadap