Agregat Bahan Penyusun Campuran HRS-WC

commit to user 14

2.2.1.1. Agregat

Agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir, atau komposisi mineral lainnya baik yang berupa hasil alam maupun hasil pengolahan yang digunakan sebagai bahan penyusun utama konstruksi perkerasan. Menurut asalnya agregat dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Agregat alam natural aggregate, adalah agregat yang diambil langsung dari alam tanpa melalui pengolahan dapat langsung dipakai untuk bahan perkerasan. 2. Agregat dengan pengolahan manufactured aggregate, agregat yang berasal dari mesin pemecah batu stone crusher sebelum digunakan sebagai bahan penyusun lapis perkerasan. Tujuan dari pengolahan ini adalah untuk memperbaiki gradasi sesuai dengan ukuran yang diinginkan, membuat bentuk yang beragam dan dapat pula untuk membuat tekstur yang kasar. 3. Agregat buatan synthetic aggregate, agregat semacam ini dibuat khusus dengan tujuan khusus pula, agar mempunyai daya tahan yang tinggi dan ringan untuk digunakan pada konstruksi jalan. Agregat merupakan komponen utama dari lapisan perkerasan jalan yaitu mengandung 90-95 berdasarkan prosentase berat. Daya dukung, keawetan, dan mutu perkerasan jalan ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan material lain. Sifat dan kualitas agregat menentukan kemampuan dalam memikul beban lalu lintas. Kualitas agregat dipengaruhi oleh spesifikasi gradasi, bentuk partikel, tekstur permukaan, kebersihan, kekuatan, kekasaran, porositas, daya lekat pada aspal, dan berat jenis. 1. Gradasi dan ukuran butir Agregat menurut ukuran butirnya dikelompokkan menjadi: a. Agregat kasar, yaitu batuan yang tertahan saringan 8 2.36 mm commit to user 15 b. Agregat halus, yaitu batuan yang lolos saringan 8 2,36 mm dan tertahan saringan 200 0.074 mm. c. Agregat pengisi filler, yaitu batuan yang lolos saringan 200 0,074 mm dan tertahan pan. 2. Kebersihan Agregat yang mengandung substansi asing perusak harus dihilangkan sebelum digunakan dalam campuran perkerasan, seperti tumbuh-tumbuhan, partikel halus dan gumpalan, serta lumpur.Hal ini dikarenakan substansi asing dapat mengurangi daya lekat aspal terhadap batuan Soetomo, 1994. 3. Bentuk permukaan Kemampuan saling mengunci antar batuan sangat dipengaruhi oleh bentuk batuan yang akan menentukan stabilitas konstruksi. Bentuk batuan yang menyerupai kubus dan bersudut tajam, mempunyai kemampuan saling mengunci yang tinggi dibandingkan dengan batuan yang berbentuk bulat. 4. Tekstur permukaan Tekstur permukaan yang kasar dan kasat akan memberikan gaya gesek yang lebih besar sehingga dapat menahan gaya-gaya pemisah yang bekerja pada batuan. Selain itu tekstur kasar juga memberikan adhesi yang lebih baik antar aspal dan batuan. Batuan yang halus lebih mudah terselimuti aspal namun tidak bias menahan kelekatan aspal dengan baik. Bila tekstur permukaan semakin kasar umumnya stabilitas dan durabilitas campuran akan semakin tinggi. Krebs and Walker, 1971. 5. Kekuatan dan kekerasan Kekuatan ketahan agregat untuk tidak hancurpecah oleh pengaruh mekanis atau kimia.Agregat dalam campuran HRA memberikan sebagian besar stabilitas mekanis, oleh sebab itu agregat harus kuat dan keras. Pada campuran bergradasi senjang dengan bahan yang sama, menerima lebih banyak gaya pemecah dibandingkan dengan campuran gradasi baik. Jadi bila batuan mempunyai kekuatan dan kekerasan rendah, gradasi senjang tidak menguntungkan, maka ditambah filler untuk mengisi rongganya. Dalam mengukur kekuatan dan commit to user 16 kekerasan digunakan mesin Los Angelos sesuai dengan rekomendasi dari SK SNI M-02-1990-F. Dari pengujian dengan mesin Los Angelos akan dapat diketahui nilai abrasi dan impact dari batuan penyusun lapis perkerasan. 6. Porositas Porositas berpengaruh besar terhadap nilai ekonomis suatu campuran lapis perkerasan. Makin besar porositas batuan maka aspal yang digunakan akan semakin banyak. Hal ini disebabkan kemampuan absorbsi dari batuan terhadap aspal juga semakin tinggi.Terkadang porositas juga mempengaruhi stabilitas lapis perkerasan secara tidak langsung.Batuan yang mempunyai porositas yang tinggi biasanya kekerasannya kurang. Banyaknya pori dalam batuan yang besar akan dapat mengganggu kelekatan aspal pada batuan. 7. Berat jenis agregat Berat jenis agregat adalah perbandingan volume agregat dan berat volume air. Besarnya berat jenis agregat penting dalam perencanaan campuran agregat dengan aspal, karena umumnya direncakan berdasarkan perbandingan berat dan juga untuk menentukan banyaknya kadar pori. Agregat dengan berat jenis sangat kecil mempunyai volume yang besar sehingga dengan berat yang sama membutuhkan jumlah aspal yang lebih banyak. Disamping itu agregat dengan kadar pori besar membutuhkan jumlah aspal yang banyak. 8. Kelekatan terhadap aspal Daya lekat terhadap aspal sangat dipengaruhi oleh sifat agregat yang mengandung air. Air yang diserap oleh agregat sukar dihilangkan seluruhnya walaupun melalui proses pengeringan. Agregat yang bersifat hydrophilic senang air ini tidak baik digunakan sebagai bahan campuran dengan aspal, karena akan mudah terjadi stripping yaitu lepasnya lapisan aspal dari agregat akibat pengaruh air. Bina Marga mempersyaratkan kelekatan agregat terhadap aspal panas lebih besar dari 95. commit to user 17 Penggunaan agregat untuk suatu jenis perkerasan dipengaruhi oleh gradasi dari agregat tersebut.Gradasi adalah ukuran butiran dalam agregat. Gradasi agregat dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: 1. Gradasi Seragam Uniform Graded, adalah agregat dengan ukuran butiran yang hampir sama. 2. Gradasi Baik Well Graded, adalah agregat yang mempunyai ukuran butiran dari besar ke kecil dalam porsi yang hampir seimbang. 3. Gradasi Senjang Gap Graded, adalah agregat dimana ada bagian tertentu yang dihilangkan sebagian atau seluruhnya. Perkerasan HRS mempunyai gradasi agregat timpang, yaitu campuran agregat dengan satu fraksi hilang atau satu fraksi lebih sedikit sekali. Gradasi merupakan pembagian ukuran butir campuran agregat yang mempengaruhi besarnya rongga antar butir yang akan menentukan stabilitas perkerasan dan kemudahan proses pelaksanaan. Sebagai akibat dari gradasi senjang adalah kandungan aspal pada campuran menjadi lebih banyak. Gradasi agregat diperoleh dengan analisa saringan. Untuk memungkinkan dilakukan pemadatan yang baik, maka ukuran maksimum batuan dalam campuran 75 dari tebal padat lapis perkerasan. Ukuran batuan yang terlalu besar akan memberikan sifat-sifat yang kurang baik, yaitu:  Kemudahan pelaksanaan pekerjaan berkurang  Segregasi bertambah besar  Mungkin terjadi gelombang melintang raveling. Untuk keperluan ini agregat perlu diadakan pemeriksaan antara lain:  Analisa saringan,  Keausan dengan mesin Los Angeles, dan  Berat jenis dan penyerapan. Agregat yang akan digunakan dalam perencanaan perkerasan jalan, harus memenuhi spesifikasi yang disyaratkan. Persyaratan untuk agregat kasar dan agregat halus berdasarkan ketentuan dari Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Beton commit to user 18 LATASTON untuk jalan raya No.13PTB1983, seperti yang terdapat pada Tabel 2.1 dan 2.2 sebagai berikut: Tabel 2.7 Spesifikasi Agregat Kasar No. Jenis Pemeriksaan Syarat Satuan 1. Keausan dengan Mesin Los Angeles Maks. 40 2. Kelekatan dengan Aspal Min. 95 3. Penyerapan terhadap Air Maks. 3 4. Berat Jenis Agregat Kasar Min. 2,5 grcc Sumber: DPU Dir. Jen. Bina Marga, Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Beton LATASTON Tabel 2.8 Spesifikasi Agregat Halus No. Jenis Pemeriksaan Syarat Satuan 1. Penyerapan terhadap Air Maks. 3 2. Berat Jenis Agregat Halus Maks. 2,5 grcc Sumber: DPU Dir. Jen. Bina Marga, Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Beton LATASTON Gradasi adalah batas ukuran agregat yang terbesar dan yang terkecil, jumlah dari masing – masing jenis ukuran, prosentase setiap ukuran butir pada agregat. Pada penelitian ini yang dipakai sebagai acuan spesifikasi gradasi adalah spesifikasi yang ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum Spesifikasi Bidang Jalan dan Jembatan 2005, seperti pada Tabel 2.9 di bawah ini: commit to user 19 Tabel 2.9 Spesifikasi Gradasi Agregat untuk Campuran Ukuran Saringan Berat Lolos ASTM mm ¾ “ ½ “ γ8 “ No. 8 No. 30 No. 200 19 12,5 9,5 2,36 0,6 0,075 100 90 – 100 75 – 85 50 – 72 35 – 60 6 – 12 Sumber: Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, DPU 2005

2.2.1.2. Filler