commit to user 90
4.4.4. Pengaruh Variasi Campuran Kadar Aspal dan Kadar Filler Abu Vulkanik terhadap Porositas
Grafik hubungan antara porositas dengan kadar aspal pada campuran HRS kadar filler abu vulkanik dapat dilihat pada
Gambar 4.4.
Gambar 4.4. Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Porositas menggunakan Filler Abu Vulkanik Merapi
Porositas adalah prosentase pori atau rongga udara yang terdapat dalam suatu campuran. Nilai porositas juga menunjukkan banyaknya rongga yang terdapat
dalam campuran. Dari nilai porositas yang didapat dari berbagai campuran kadar aspal dengan variasi kadar filler abu vulkanik diatas menunjukan bahwa dengan
penambahan kadar aspal akan menurunkan nilai porositas, penurunan nilai porositas itu sendiri akan turun seiring dengan besarnya kadar aspal yang
ditambahkan. Semakin besar kadar aspal maka semakin kecil nilai porositasnya. Contoh perhitungan regresi linier untuk kadar campuran aspal 6,5 dengan
menggunakan filler abu vulkanik 0 adalah sebagai berikut :
y = -1.786x + 18.46 R² = 0.920
y = -1.772x + 18.15 R² = 0.894
y = -2.001x + 19.52 R² = 0.929
y = -1.757x + 17.46 R² = 0.993
y = -2.181x + 19.95 R² = 0.931
2.5 3.0
3.5 4.0
4.5 5.0
5.5 6.0
6.5 7.0
7.5 8.0
6.5 6.75
7 7.25
7.5
Por o
si tas
Kadar Aspal
Abu Vulkanik 0 Abu Vulkanik 25
Abu Vulkanik 50 Abu Vulkanik 75
Abu Vulkanik 0 Linear Abu Vulkanik 0
Linear Abu Vulkanik 25 Linear Abu Vulkanik 50
Linear Abu Vulkanik 75 Linear Abu Vulkanik 0
Abu Vulkanik 100
commit to user 91
y = -1,786x – 18,46
dengan memasukkan nilai OBC yang telah didapat dari perhitungan sebelumnya pada campuran aspal 6,5 dengan menggunakan filler abu vulkanik 0 sebesar
6,96, maka : y = -1,786x
– 18,46 Porositas = -1,786 6,96
– 18,46 = 6,03
Dengan memasukkan nilai kadar aspal optimum sebesar 6,96 ; 6,98 ; 6,98 ; 6,99 dan 7,00 diperoleh nilai porositas untuk campuran HRS-WC
menggunakan filler abu vulkanik 0 mempunyai nilai porositas yang besar yaitu sebesar 6,03, sedangkan untuk campuran HRS-WC yang menggunakan filler
abu vulkanik 25 mempunyai nilai porositas yang lebih besar yaitu sebesar 5,79, untuk campuran HRS-WC yang menggunakan filler abu vulkanik 50
mempunyai nilai porositas sebesar 5,55, untuk campuran HRS-WC yang menggunakan filler abu vulkanik 75 mempunyai nilai porositas sebesar 5,18,
untuk campuran HRS-WC yang menggunakan filler abu vulkanik 100 mempunyai nilai porositas sebesar 4,67.
Penggunaan kadar aspal dengan variasi kadar filler abu vulkanik yang berbeda dalam campuran sangat berpengaruh terhadap nilai porositas dari suatu campuran
itu sendiri. Semakin tinggi kadar aspal dengan variasi kadar filler abu vulkanik semakin tinggi pula nilai porositasnya. Untuk campuran HRS menggunakan
campuran aspal dengan menggunakan filler abu vulkanik 0 mempunyai nilai porositas yang paling tinggi, sedangkan untuk campuran HRS yang menggunakan
campuran aspal dengan menggunakan filler abu vulkanik 25, 50, 75, dan 100, mempunyai nilai porositas semakin rendah.
Spesifikasi porositas menurut DPU, 2005 adalah minimal 3 dan maksimal 6. Nilai porositas untuk semua campuran dengan kadar variasi kadar aspal dan filler
abu vulkanik memenuhi syarat DPU, 2005 kecuali pada kadar filler abu vulkanik 0. Hal ini dapat terjadi karena pada HRS menggunakan agregat gap-graded,
dimana dalam gradasi tersebut mempunyai kecenderungan mengarah pada kondisi memiliki rongga udara yang lumayan besar disebabkan karena adanya
commit to user 92
penggunaan prosentase agregat yang besar sehingga volume ikatan antar butiran juga menjadi besar. Disamping itu juga dalam penggunaan kadar aspal yang tinggi
menyebabkan campuran menjadi encer sehingga menyebabkan berkurangnya gaya adhesi antar batuan dengan aspal. berarti banyak rongga yang terjadi dalam
campuran tersebut yang kemungkinan disebabkan oleh agregat kasar yang saling interconnected dan pecah karena proses pemadatan yang tidak sempurna.
Sehingga campuran akan kurang kedap terhadap udara dan air. Adanya pori-pori ataupun celah pada perkerasan HRS memungkinkan air masuk ke dalam
perkerasan. Akibatnya ikatan menjadi renggang dan menimbulkan pori-pori di sela ikatan tersebut sehingga semakin mudahnya selimut aspal beroksidasi dengan
udara dan menjadi getas dan durabilitas menurun.
commit to user 93
4.4.5. Pengaruh Variasi Campuran Kadar Aspal dan Kadar Filler Abu Vulkanik terhadap Marshall Quotient
Gambar 4.5 .
Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Marshall Quotient menggunakan Filler Abu Vulkanik Merapi
Contoh perhitungan regresi polynomial untuk kadar campuran aspal 6,5 dengan menggunakan filler abu vulkanik 0 adalah sebagai berikut :
y = -225.1x
2
+ 3112x - 10598 dengan memasukkan nilai OBC yang telah didapat dari perhitungan sebelumnya
pada campuran aspal 6,5 dengan menggunakan filler abu vulkanik 0 sebesar 6,96, maka :
y = -225.1x
2
+ 3112x - 10598 MQ = -225.1 6,96
2
+ 3112 6,96 -10598 = 157,82 kgmm
y = -225.1x
2
+ 3112x - 10598 R² = 0.917
y = -183.1x
2
+ 2527.x - 8562. R² = 0.833
y = -182.4x
2
+ 2519.x - 8544. R² = 0.809
y = -182.3x
2
+ 2522.x - 8567. R² = 0.707
y = -151x
2
+ 2078.x - 6992. R² = 0.767
80 90
100 110
120 130
140 150
160 170
180
6.4 6.6
6.8 7
7.2 7.4
7.6 Abu Vulkanik 0
Abu Vulaknik 25 Abu Vulkanik 50
Abu Vulkanik 75 Abu Vulkanik 100
Poly. Abu Vulkanik 0 Poly. Abu Vulaknik 25
Poly. Abu Vulkanik 50 Poly. Abu Vulkanik 75
Poly. Abu Vulkanik 100
commit to user 94
Marshall Quotien MQ merupakan hasil bagi dari stabilitas dengan kelelahan
yang digunakan sebagai pendekatan terhadap tingkat kekakuan atau fleksibilitas campuran. Nilai Marshall Quotient yang tinggi menunjukkan kekakuan dari
perkerasan dan berakibat mudah timbul retak - retak cracking. Sebaliknya jika nilai Marshall Quotient yang rendah menunjukkan campuran terlalu
plastisfleksibel yang akan berakibat perkerasan mudah mengalami deformasi pada waktu menerima beban lalu
– lintas. Dari nilai MQ yang didapat dari berbagai campuran kadar aspal dengan variasi kadar abu vulkanik diatas
menunjukan bahwa dengan penambahan kadar aspal akan menaikan nilai MQ nya namun MQ akan turun jika sudah mencapai nilai kadar aspal optimum dan akan
terus menurun seiring penambahan kadar aspal. Penggantian filler abu vulkanik pada campuran HRS menyebabkan Marshall
Quotientnya semakin rendah. Untuk campuran HRS pada kadar aspal optimum menggunakan abu vulkanik 100 mempunyai nilai MQ yang paling tinggi,
sedangkan untuk campuran HRS yang menggunakan kadar filler 0, 25, 50 dan 75 mempunyai nilai MQ yang semakin rendah . Hal ini dikarenakan
penggantian filler menggunakan abu vulkanik membuat campuran menjadi lembek sehingga mudah mengalami deformasi.
commit to user 95
4.5. Hubungan Kadar Aspal Optimum Campuran HRS-WC menggunakan Filler Abu Vulkanik dengan Parameter